**“Halo?”Inara mengernyit saat suara suaminya mendadak menghilang dari pendengaran. Mengira bahwa sambungan teleponnya terputus, perempuan itu sampai mengecek layar ponselnya. Ternyata tidak, panggilannya dengan Gavin masih tetap tersambung.“Halo, Papa?”“Ah!” Suara Gavin terdengar tersentak di seberang sana. Membuat Inara ikut kaget. “Siapa tamunya? Apakah baru datang? Katakan, ada siapa di rumah, Inara?”“Udah agak tadi, kok. Maaf ya, aku nggak kasih tahu karena aku pikir kamu lagi sibuk kerja.”“Iya, siapa tamunya?”Inara bisa memaklumi jikalau suara suaminya terdengar sangat mendesak begitu. Hidup bersama selama nyaris satu tahun belakangan ini membuatnya paham sifat posesif sang suami kadang tak bisa dihindari. Benar, Inara sudah bisa memaklumi hal itu.“Ah, ini ada Bu Eliza di rumah.”“Apa? Ibunya Aldo?”“Ya, tapi–”“Sama Aldo? Aku pulang sekarang juga, Inara!”“Heh, enggak! Nggak sama Pak Aldo, Bu Eliza dateng sendirian. Udah nggak usah panik begitu, nggak ada laki-laki lain
Read more