**Entah dua atau tiga jam kemudian.“Ini di mana, Om?”Aylin mengerjapkan mata saat mobil yang ditumpanginya masuk ke sebuah tempat yang gelap. Gadis cilik itu menengok ke sana kemari, memindai pemandangan sekitar yang seratus persen asing. Jujur saja hati kecilnya dicengkeram ketakutan. Namun putri cilik yang jelita itu hanya akan menangis jika melihat ibunya terluka. Selain dari itu, Aylin masih bisa menahan diri. Ia adalah putri Gavin Devano Sanjaya, keberanian yang mengalir dalam darahnya, ia warisi dari sang ayah.“Om, jadi beneran Om ini penculik, ya?”“Diam!”Seketika bungkam, namun masih tetap tidak menunjukkan gelagat ketakutan yang sangat kentara. Aylin justru kembali duduk tenang, bersandar dan menyenandungkan twinkle-twinkle little star sembari memainkan jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya. Menghidupkan flashlight warna-warni, membuat pria di depannya kian frustasi.“Sial, di mana orang itu?” Mengumpat pelan, Aylin menyipitkan mata dan memperhatikan si pria
Baca selengkapnya