Home / Romansa / Mengandung Pewaris Tuan CEO / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of Mengandung Pewaris Tuan CEO: Chapter 51 - Chapter 60

163 Chapters

51. Go Public

**“Pak Gavin, apa nggak sebaiknya saya di rumah saja? Nanti saya ngapain di kantor anda, Pak?” Inara berujar dengan cemas. Mencoba bernegosiasi kalau-kalau dirinya bisa menghindari ajakan Gavin pagi ini. Yang mencetuskan akan mengajak Inara ke kantor setelah diskusinya dengan Joseph Sanjaya semalam.“Kita hanya akan mampir ke kantor sebentar, Inara. Ada beberapa berkas yang harus aku tanda tangani. Setelahnya, kita akan fitting baju pengantin. Bukankah sudah aku katakan, kita harus sering tampil di muka publik mulai sekarang.”“Aduh ….” Inara mengeluh tanpa sadar. Sepertinya ini akan menjadi hari yang panjang untuknya.“Kenapa mengaduh?” Gavin yang sedang bersiap-siap berangkat ke kantor melangkah mendekati Inara sembari menenteng sebuah dasi berwarna hitam di tangannya.“Pak, saya takut salah bicara atau bersikap.”“Bersikap biasa sajalah, Inara. Dan tidak perlu menjawab apapun, aku yang akan menjawab jika ada yang bertanya kepadamu. Sekarang berhenti gelisah seperti itu dan tolong
Read more

52. Menciptakan Sensasi

**“Gavin, pikirkan ini. Ini bukan hanya tentang kamu sendiri, tapi juga menyangkut nama besar keluarga dan perusahaan kamu. Apa kata orang kalau seseorang seperti kamu hanya berakhir dengan perempuan seperti dia?”Jessica masih mencoba menahan emosi dan bicara rasional dengan Gavin, sementara Inara merasa menghilang. Ia diam di atas sofa, dan sejujurnya membenarkan kata-kata perempuan cantik itu.“Aku tidak akan pernah berusaha menyenangkan semua orang, Jes. Ini adalah hidupku sendiri, jadi terserahku mau menjalaninya dengan bagaimana. Lagipula aku tidak akan menimbulkan kejahatan publik yang manapun hanya karena menikah dengan perempuan yang kuinginkan.”Jessica tampak kesusahan menelan saliva. Dadanya naik turun sebab gelombang emosi, yang Inara yakin, pasti setengah mati perempuan itu tahan agar tidak meledak.“Pikirkan keluarga kamu, Gavin. Keluarga kita berdua.”“Aku sudah mengalah kepada mereka bahkan sejak aku pertama kali memasuki kantor Papi, tiga puluh tahun yang lalu. Jadi
Read more

53. Rumor Baru dan Gaun Pengantin

**“Aku tidak mengerti apa maksudmu, Rendra.” Gavin menyipitkan mata, memandang sang supir yang masih menunjuk iPad di tangannya.“Sudah saya duga, memang demikian. Masuk saja dulu, Tuan. Akan saya tunjukkan di dalam.”Masih mengerutkan alis penuh tanya, Gavin menggandeng tangan Inara untuk memasuki Audi berwarna dark grey yang terlihat paling mencolok di antara mobil-mobil lain di basement kantor itu.“Tunjukkan padaku ada apa,” tuntut sang CEO begitu Rendra sudah duduk dan menutup pintu di sampingnya. Pria yang selalu berpenampilan rapi itu mengulurkan iPad yang sudah menyala kepada sang Tuan. Membiarkan pria tiga puluh enam tahun itu melihat sendiri kehebohan apa yang tadi ia sebut-sebut. Inara yang penasaran tanpa sadar turut melongokkan kepala di belakang bahu Gavin. Dan sedetik berikutnya, kedua netra perempuan itu membola sempurna.SKANDAL TERBARU CEO SR CORP, ADEGAN PANAS DI DALAM KANTOR!Di bawah headlines yang sangat amat clickbait atau dibesar-besarkan, tampak foto agak blu
Read more

54. Klarifikasi

**“Wedding Organizer? Mereka berdua pergi ke kantor wedding organizer?”Jessica Freya yang sedang berbicara dengan ponselnya tampak sangat terkejut. Tanpa sadar meremas ujung cardigan yang ia kenakan sebab sengatan rasa nyeri pada hatinya. Perempuan itu membiarkan ponsel yang menempel di telinga merosot perlahan sebab tangannya jatuh lunglai.“Gavin serius dengan perempuan itu. Dia bahkan sama sekali nggak ambil pusing dengan rumor yang baru saja beredar. Padahal foto dia sekarang sudah trending nomor satu di media sosial.”Kesal dan putus asa, Jessica melemparkan ponsel ke atas sofa di ruang tamu kediamannya yang megah namun sunyi senyap. Tanpa bisa ia cegah, butir-butir air mata berjatuhan menuruni kedua pipinya yang bersih mulus seperti porselen Tiongkok, tak bercacat sedikitpun.“Aku sudah melakukan semuanya. Sampai merusak image-nya dan perempuan itu di mata publik agar mereka berdua terlihat seperti orang-orang brengsek. Tapi Gavin malah bertindak sejauh ini. Menikah dalam wakt
Read more

55. Taman

**Inara, aku menyukaimu.Kata-kata itu terus terngiang-ngiang di telinga Inara. Memenuhi benaknya seperti kawanan lebah yang mengerumuni taman bunga. Membuat awang Inara senantiasa melayang-layang setiap kali ia diam. Ditambah dengan bayangan senyum Gavin yang menawan, sungguh, rasanya hati Inara meleleh tak berbentuk.“Mama?”Suara lucu itu menyentak Inara keluar dari lamunannya. Ia terkesiap, memandang penuh perhatian kepada putri kecilnya yang sedang memandang ingin tahu.“Ya, Sayang?”“Mama kenapa senyum-senyum sendiri?”“Ah, benarkah?” Perempuan itu terkekeh pelan. Malu sendiri saat tertangkap basah oleh sang putri bahwa ia sedang tersenyum tanpa sadar, indikasi bahwa dirinya sedang berbahagia. “Maaf, Sayang. Mama tadi cuma teringat film lucu di televisi.”“Umm ….” Aylin mencebik, mengerucutkan bibir mungilnya. “Mama, Aylin bosen di rumah.”“Hm?” Inara mengangkat kedua alis. “Sabar, ya. Bulan depan Aylin sudah mulai sekolah, jadi akan punya teman banyak dan nggak akan bosen lagi
Read more

56. Confession

**“Anda tahu sesuatu yang kami tidak ketahui, Pak Aldo?” Inara bertanya tanpa maksud menyudutkan. Namun sorot mata penuh curiganya tetap membuat Aldo merasa tersudut.“Nggak, bukan begitu, Inara–”“Tapi anda tahu dari mana tentang ini, Pak? Maaf, tapi ini memang mencurigakan. Seperti yang tadi saya katakan, hanya Nyonya Besar yang tahu tentang ini.” Inara tatap pria itu dengan intens. “Jangan bilang anda yang merencanakan ini. Anda yang mencelakai Pak Gavin?”Pria berparas Kaukasia yang menawan itu terdiam sembari menatap Inara dalam-dalam. Satu sudut bibirnya kemudian mulai terangkat ke atas, menunjukkan bahwa ia memang mengetahui sesuatu yang tidak seharusnya.“Aku hanya bermaksud memberi sedikit pelajaran, Inara. Sama sekali tidak berencana membuatnya luka seperti itu.”“Pak Aldo!” Inara terbelalak. Ia berdiri dari tempat duduknya dan mendelik memandang satu yang lain. “Apa yang anda lakukan? Pak Gavin teman anda, kan? BIsa-bisanya Pak Aldo lakukan ini?”Pria itu mengangkat bahu m
Read more

57. Sisa Trauma

**Inara menatap televisi yang menyala, yang mana sedang menayangkan pemberitaan tentang Gavin dengan dirinya. Tampak pada layar kaca, dirinya yang sedang digandeng oleh sang CEO keluar dari gedung WO yang kemarin. Inara mendesis, menyadari betapa ia terlihat sangat kikuk dan menyedihkan di sana. Perempuan itu menatap nyalang kepada benda persegi tipis yang menempel di dinding dengan berbagai hal berkecamuk memenuhi benak.“Pernikahannya tinggal beberapa hari lagi …” Bergumam seorang diri dengan sorot mata kosong kepada si televisi, perempuan bersurai sepanjang bahu itu meremas-remas ujung dress yang ia kenakan dengan gelisah.Kemudian berita televisi menampilkan slide lain yang benar-benar menyita atensi Inara kali ini. Sebuah video buram yang sempat booming menghebohkan penjuru negeri beberapa waktu yang lalu, video Gavin yang mencium Inara dalam keadaan mabuk itu.“Mereka akhirnya menghubungkan dua berita itu.” Ia bergumam lagi. “Tapi nggak apa-apalah, kalau begini kan Pak Gavin ng
Read more

58. Hari Pernikahan

**Satu hari sebelum pernikahan dilaksanakan.Inara sedang menatap dengan serius iPad di tangannya. Memperhatikan setiap detail laporan tentang persiapan pernikahan yang dikirimkan para asisten Gavin kepadanya. Ah, laporan itu sebenarnya dikirim kepada Gavin, namun sebab yang bersangkutan harus mengutamakan pekerjaan kantornya, maka Gavin mempercayakan Inara yang mengambil alih hal ini. Meskipun tidak mengadakan acara besar-besaran, bukan berarti persiapannya tidak matang, kan?“Semuanya sudah sembilan puluh sembilan persen beres.” Perempuan itu mengangguk. “Undangan, gedung, semua sudah selesai. Aku harus laporkan ini sama Pak Gavin. Tapi nanti saja, tunggu jam istirahat kantor dulu biar nggak ganggu kerjanya dia.” Perempuan itu tersenyum. Memandangi foto dekorasi interior gedung pernikahan yang disertakan dalam surat elektronik yang ia baca.“Aku selalu ingin menjadi desainer interior seperti ini, tapi semesta nggak pernah mengizinkan,” gumamnya sembari masih memandangi foto itu den
Read more

59. Tragedi Malam Pertama

**Disaksikan oleh kerabat dan beberapa rekan dekat Gavin, akhirnya janji suci itu terucap sudah. Tidak ada Riani Sanjaya di sana, yang sudah memastikan tidak akan pernah hadir apalagi memberikan restu. Pun Jessica Freya, yang sepertinya saat itu tengah patah hati berat. Hanya ada Joseph Sanjaya sebagai perwakilan dari pihak keluarga, sementara Yanti dan Maulina hadir untuk Inara.Mengingat sang mempelai pria adalah putra dari keluarga terpandang di negeri ini, pernikahan yang tidak lazim itu sudah pasti akan menjadi topik hangat di seluruh penjuru negeri sesudah ini. Semua orang berekspektasi Gavin Sanjaya akan menghelat pesta meriah untuk pelepasan masa lajangnya, namun ternyata tidak.“Kamu capek?” Pria itu bertanya dengan lembut ketika waktu sudah merangkak menuju tengah malam.Acara utama sudah selesai, dan sekarang Gavin tinggal menemui beberapa tamu-tamu pentingnya.“Kamu bisa istirahat duluan, Inara. Minta staff untuk menemani ke kamar. Aku nggak akan lama, setelah ini aku sus
Read more

60. Afeksi

**Inara masih terisak dan gemetaran ketika Gavin berusaha menghubungi Yanti dan Maulina. Hingga berkali-kali menelepon, dua orang itu tidak merespon. Baru pada percobaan ketujuh atau kedelapan, Ibu Yanti mengangkat teleponnya.“Halo?”“Ibu Yanti? Ibu, mana Aylin? Aylin ada di sana, kan? Aylin nggak kenapa-kenapa, kan?” Gavin bertanya mendesak, bahkan lupa mengucap salam pembukaan atau semacam itu.“Aylin?” Ibu Yanti menjawab dengan gugup. “T-Tuan Gavin, Aylin–”“Putriku baik-baik saja, kan? Tolong katakan putriku baik-baik saja!”“Aylin sudah tidur dari tadi, Tuan. Dia tidur bersama Maulina. Bukankah tadi Tuan sendiri yang mengantarkan Aylin masuk ke mobil saat ikut kami pulang?” Suara Ibu Yanti terdengar heran sekali.“Lihat sekali lagi dan pastikan putriku baik-baik saja. Sekarang!”Hening kemudian, namun Gavin bisa mendengar suara pelan tapak-tapak kaki di seberang sana. Ia menunggu dengan tidak sabar, sampai Bu Yanti kembali bersuara.“Sudah saya lihat, Tuan. Aylin tidur lelap di
Read more
PREV
1
...
45678
...
17
DMCA.com Protection Status