**Inara, aku menyukaimu.Kata-kata itu terus terngiang-ngiang di telinga Inara. Memenuhi benaknya seperti kawanan lebah yang mengerumuni taman bunga. Membuat awang Inara senantiasa melayang-layang setiap kali ia diam. Ditambah dengan bayangan senyum Gavin yang menawan, sungguh, rasanya hati Inara meleleh tak berbentuk.“Mama?”Suara lucu itu menyentak Inara keluar dari lamunannya. Ia terkesiap, memandang penuh perhatian kepada putri kecilnya yang sedang memandang ingin tahu.“Ya, Sayang?”“Mama kenapa senyum-senyum sendiri?”“Ah, benarkah?” Perempuan itu terkekeh pelan. Malu sendiri saat tertangkap basah oleh sang putri bahwa ia sedang tersenyum tanpa sadar, indikasi bahwa dirinya sedang berbahagia. “Maaf, Sayang. Mama tadi cuma teringat film lucu di televisi.”“Umm ….” Aylin mencebik, mengerucutkan bibir mungilnya. “Mama, Aylin bosen di rumah.”“Hm?” Inara mengangkat kedua alis. “Sabar, ya. Bulan depan Aylin sudah mulai sekolah, jadi akan punya teman banyak dan nggak akan bosen lagi
Read more