"Ayah," gumam Sheinafia di tengah tidurnya. Nandini sontak menghentikan langkah kakinya. Ia diam, berdiri termangu di tepi sofa yang di tiduri oleh sang putri. Gumaman Sheinafia, meski terdengar pelan, tetapi terdengar jelas di telinga Nandini. Setetes air mata luruh. Membasahi pipi mulus Nandini, bohong jika ia tidak merasakan rindu terhadap pria yang dulu sering menyiksanya. Tetapi Nandini tahu, jika saja sang kakak tidak melakukan ulah, tentu saja ia tidak akan mengalami nasib yang seperti ini. "Maafkan ibu, Nak! Jika ibu egois, memisahkanmu dengan ayah kandungmu," lirih Nandini. Ikatan bathin antara Xavier dan Sheinafia begitu kuat. Meski jarak mereka terpisah beberapa kilometer. Tetapi, entah kenapa Sheinafia seolah merasakan kehadiran sang ayah. Oleh sebab itu, anak itu mengalami demam. Bukan semata, karena ia oi dah ke tempat yang baru. Tetapi juga, rasa rindunya terhadap sang ayah, yang sudah sangat ingin sekali ia jumpai. "Setel
Read more