Semua Bab Pengantin Kecil Tuan Xavier: Bab 61 - Bab 70

227 Bab

Bab 61 - Setelah Kepergian Nandini

Xavier terbangun dari tidurnya. Mimpi yang sama kembali datang ke dalam tidurnya. Seulas senyum terbit di bibir pria itu. "Terima kasih, engkau sudah hadir di mimpi daddy, jaga selalu mommymu nak," lirih Xavier. Xavier beranjak duduk. Ia melirik sarapan yang mungkin sudah mulai dingin. Tetapi ia pun meraih piring tersebut Memaksakan sesuap nasi masuk ke dalam perutnya. Meski itu sangat sulit sekali rasanya. Tetapi perkataan sang putri di dalam mimpinya selalu terngiang. "Daddy akan sehat nak, demi kamu dan mommy," gumam Xavier. * * Detik demi detik, menit demi menit, jam demi jam bahkan hari demi hari dan bulan demi bulan telah Xavier lalui. Ia melalui hari-harinya dalam kesepian. Hanya sebuah poto kecil Nandini yang menemaninya melalui hari-harinya. "Hei, apa kabar sayang?" gumam Xavier kala menatap poto sang istri kecil yang terpajang di meja kantornya. Senyum terbit di bibirnya yang sexy. Hubungannya dengan Abrian perlahan memba
Baca selengkapnya

Bab 62 - Melahirkan

Abrian kaget. Ia langsung membawa tubuh tinggi besar Xavier menuju rumah sakit. Dengan di bantu oleh Bara yang kebetulan berada di sana. Abrian antara kaget dan juga ingin tertawa. Sebab baru kali ini Xavier sampai pingsan seperti itu. Begitu juga Bara, bosnya yang arogan dan dingin ternyata bisa pingsan juga. "Aku kira sekelas bos kita tidak pernah pingsan," kekeh Bara. Abrian pun ikut tertawa. Beruntung orang yang mereka tertawakan tengah pingsan. Jika tidak, habislah nyawa mereka semenjak kepergian Nandini terkadang Xavier suka bertindak di luar nalar. "Ya, beruntung dia tengah tidak sadarkan diri. Jika tidak krek," ucap Abrian seraya mempraktekkan menggorok lehernya sendiri. Bara tertawa,"Ya kau benar, jika ia terbangun sudah seperti singa yang akan memakan mangsanya," timpal Bara. Kedua anak buat laknat itu tengah asyik menggibah bos mereka. Sang supir hanya tersenyum saja. Jika sang bos tahu, sudah bisa di pastikan hukuman menunggu mereka.
Baca selengkapnya

Bab 63 - Kehidupan Baru Nandini

Bara segera berlalu dari ruangan rawat Xavier. Kini hanya ada Abrian dan juga Xavier yang berada di ruangan tersebut. Keduanya tampak terdiam, saling menatap tajam. "Mengapa kau tega Vier!" tegas Abrian. Xavier menatap Abrian. Di matanya, Abrian bukan hanya seorang assisten tetapi juga sudah seperti saudara. Sama seperti dia dan Arshaka. Bagaimana dirinya akan menjelaskan. Sedangkan Abrian tahu sendiri bagaimana kejadian tersebut terjadi. Ia pun terpaksa harus menodai Nandini. "Aku terpaksa, kau tahu sendiri jika saat itu aku tengah terpengaruh obat perangsang yang di berikan oleh adikmu itu. Aku pulang untuk meredamkan hasratku, tetapi sepertinya dosis yang di berikan adikmu sangat banyak, sehingga meskipun aku sudah merendam diriku sendiri di dalam air dingin. Tetapi tidak menghilangkan efek dari obat sialan itu!" Abrian diam. Lagi dan lagi Meylan lah pelakunya. Tak cukupkah ia menyakiti Nandini, Abrian menghela nafas lelah. "Sekarang d
Baca selengkapnya

Bab 64 - Kehidupan Baru Nandini Part 2

Wajah ceria Xavier membuat para maid yang berada di rumahnya menatap heran pada sang majikan. Baru kali ini mereka melihat sang tuan bisa tersenyum seperti itu. Xavier mengedarkan pandangannya mencari sang kepala pelayan. Lantas ia menanyakan keberadaan Jordhan. Dan salah satu maid mengatakan jika Jordhan berada di dekat taman belakang. Xavier pun berlalu menghampiri pria paruh baya itu, namun sepertinya pria itu tengah menelepon seseorang. Xavier tak menginterupsi percakapan Jordhan, tetapi entah kenapa percakapan pria itu menarik perhatian Xavier. "Siapa yang kau telepon paman!" Suara tegas Xavier menyapa Jordhan. Membuat pria itu seketika membeku. Ia takut jika tuannya itu mendengar percakapannya. Beruntung Jordhan tidak mengucapkan nama nona-nya , jadi ia tidak terlalu khawatir. "Tu-an maaf saya tidak tahu jika anda sudah pulang," ucap Jordhan gugup. Xavier menautkan alisnya, merasa heran karena baru kali ini Jordhan berbicara gugup seperti itu pad
Baca selengkapnya

Bab 65 - Sheinafia Azzalea Romanov

Nandini tampak tengah memakaikan sebuah bedong pada putrinya. Supaya sang putri merasakan kehangatan. Subuh ini mereka akan keluar dari rumah yang sudah di tempati oleh Nandini selama 9 bulan lamanya. Wanita muda itu tampak tersenyum kala melihat bayi mungilnya itu. Gadis kecil itu tampak menggeliat di dalam balutan kain hangat itu. Sangat menggemaskan. "Cantik sekali kamu nak, sayang sekali wajahmu sangat mirip sekali dengan ayahmu, ibu hanya kebagian sedikit saja ini. Hanya matamu saja yang mirip dengan ibu." Mbok Sekar ikut tersenyum kala melihat wajah ceria Nandini. Tadinya ia takut jika Nandini akan mengalami baby blouse. Sebab wajah si bayi begitu mirip sekali dengan suaminya. Mbok Sekar pun tahu bagaimana cerita hidup Nandini dari Jordhan. Pria itu menceritakan semua hal yang terjadi dalam hidup gadis itu. Membuat Mbok Sekar merasa iba. "Sudah siap nak?" Nandini mengangguk. Ia hanya membawa keperluan sang bayi. Sebab barang-barang dia hanya
Baca selengkapnya

Bab 66 - Pasrahnya Seorang Xavier

Nandini baru saja tiba di sebuah kampung kecil yang berada di Sukabumi. Sekar memilih kampung itu karena terletak jauh dari perkotaan. Dia yakin jika suami dari Nandini tidak akan dengan mudah menemukan keberadaan mereka. Walau sebenarnya Sekar merasakan berdosa karena telah memisahkan seorang anak dari ayahnya. Tetapi keadaan yang membuat mereka dengan sangat terpaksa membawa Nandini beserta sang bayi. Meski di tempat tinggal baru Nandini, di sana sangat susah sinyal tetapi setidaknya membuat Sekar dan Jordhan tenang. "Mas, kami sudah tiba di salah satu kampung yang berada di kota Sukabumi. Apabila kamu meneleponku dan ponselku tidak aktif kemungkinan di sana akan susah sinyal. Jadi aku memberi tahumu sekarang supaya nanti tidak terlalu kaget." Itulah kata-kata Sekar kepada Jordhan sebelum mereka melanjutkan perjalanan. Dari kota Sukabumi menuju ke daerah kabupaten Sukabumi. Nandini memperhatikan sekelilingnya, hawa sejuk menyelimuti dirinya. "Mbok i
Baca selengkapnya

Bab 67 - Ketangguhan Nandini

Xavier merenung. Ia sudah pasrah, dan hanya berharap pada takdir. Yang kelak akan mempertemukan mereka. Senyum Xavier tersungging kala mengingat ia sudah mempunyai seorang putri. Tapi ia pun sedih, sebab di saat Nandini hamil dirinya tidak ada. Dan di saat bayinya lahir pun ia tidak ada. "Maafkan, maafkan Daddy, Nak. Daddy banyak salah pada Mommy. Daddy berharap bila kelak kita berjumpa, bantu Daddy untuk membujuk Mommy, supaya ia mau memaafkan semua kesalahan yang telah Daddy lakukan padanya." Xavier pun tertidur dengan memeluk bantal yang dulu di pakai Nandini. Bantal itu tidak pernah di cuci. Sengaja supaya wanginya tidak hilang. * * Pagi menjelang, kicau burung tampak menyambut datangnya pagi. Embun yang masih menempel di dedaunan menambah hangat dan sejuknya udara di pagi hari. Nandini tampak sudah bangun sedari tadi. Beruntung si bayi sudah mulai anteung. Tidak menangis ataupun rewel seperti kemarin. Sheinafia atau Nandini me
Baca selengkapnya

Bab 68 - Ketangguhan Nandini 2

Pagi itu, Nandini sudah terbangun sejak pukul 03 pagi. Kemarin Nandini dan si mbok sudah berbelanja membeli beberapa kebutuhan mereka untuk berdagang. Beruntung mereka mempunyai tetangga yang begitu baik dan ramah sehingga mau membantu mengantarkan mereka ke pasar. Nandini pagi ini akan memulai berdagang. Ia begitu semangat mempersiapkan olahan untuk dagangannya. Beruntung Sheinafia tidak rewel, bayi itu seakan mengerti jika sang ibu tengah berjuang untuk kehidupannya supaya lebih baik. "Shei tidak boleh rewel ya, Nak. Hari ini kita akan mulai berjualan. Do'a kan ibu supaya di hari pertama kita berjualan, laris manis," ucap Nandini pada si kecil Sheinafia. Si mbok tersenyum melihat interaksi keduanya. Padahal Nandini baru beberapa hari melahirkan, tetapi ia di paksa untuk menjadi kuat karena keadaan. "Hari ini mau berjualan apa dulu, Nak?" tanya si mbok. Nandini tersenyum, "Pagi ini kita akan jualan pisang goreng, bakwan jagung, kue lapis, kue
Baca selengkapnya

Bab 69 - Kegelisahan Xavier

Mbok Sekar segera berlari begitu melihat Sheinafia berada di dalam gendongan pria tampan nan gagah itu. Ya meski saat ini usia Xavier sudah menginjak 30 lebih, tetapi yang ada di semakin matang. Wajahnya semakin berwibawa. Wajah mbok Sekar sudah tegang, ia takut jika pria itu mengenali anak yang tengah ia gendong itu. Jika itu sampai terjadi, pelarian Nandini akan berbuah percuma. Dengan nafasnya yang masih terengah-engah, ia meraih gadis kecil yang baru berusia beberapa bulan itu dari gendongan Xavier. "Ya Tuhan, maafkan cucu saya tuan! Barusan saya tak tinggal sebentar masuk ke dalam rumah, eh malah sudah kabur saja. Sekali lagi maafkan cucu saya, Tuan!" Si mbok berusaha berbicara dengan nada tenang. Supaya orang-orang yang ada di hadapannya tidak curiga. Si mbok tahu, bila ayah dari Sheinafia adalah orang penting di negaranya, beruntung Nandini belum kembali dari pasar. "Tidak apa-apa," jawab Xavier datar seperti biasanya. "Terima kasih tuan k
Baca selengkapnya

Bab 70 - Fakta Mengejutkan

Jeduarr Bak di sambar petir di siang bolong. Abrian tidak percaya dengan apa yang ia katakan. Bahkan ia sempat memegangi kupingnya untuk memastikan apa yang ia dengar. Lantas pria itu menatap Xavier yang tengah fokus menatap jalanan. Tetapi Abrian dapat melihat kegelisahan dalam mata tajam pria itu. Keduanya pun terdiam dengan fokus pada pikiran masing-masing. "Tadi siang, aku bertemu dengan anak kecil itu di sini," ujar Xavier begitu mobil berhenti di depan sebuah lapangan. Xavier memandangi sekeliling. Gelap sebab memang belum ada penerangan. Abrian pun ikut mengedarkan pandangannya, tetapi nihil tidak ada apapun. "Kamu yakin Vier! Di sini tidak ada siapa-siapa, tidak mungkin bukan jika tempat tinggal anak itu di sekitar sini! Atau kau bisa menelepon Mandor pembangunan tempat ini, siapa tahu dia mengetahui perihal anak bayi itu!" usul Abrian. Xavier menoleh, dan tersenyum dengan ide sahabatnya itu. "Boleh juga usulmu, aku akan menelepon Man
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
56789
...
23
DMCA.com Protection Status