Semua Bab Istri Polos sang Milyarder: Bab 61 - Bab 70

111 Bab

61. Merayu Jeremy

“Apa kau sudah gila?” Maura menarik tangannya dengan kuat dari bawah kaki Andika. Gadis itu terus menangis kesakitan, lantaran tangannya terus mengeluarkan darah segar dan belum lagi bagian pecahan kaca menempel di sana.“Aku kan sudah bilang kalau aku hanya melakukan apa yang harus kulakukan! Salah siapa kau lancang memasuki kamarku dan ingin menurunkan bingkai foto yang sudah tergantung di sana!” Wajah Andika sangat memerah dan terlihat urat lehernya yang menonjol, pertanda kalau ia sangat marah.Maura sangat terkejut mengetahui kalau wajah Andika tak setampan hatinya. Lelaki itu bahkan tak mengedipkan matanya sama sekali saat memperlakukan dirinya dengan kasar, padahal ia adalah seorang gadis yang lemah. Akan tetapi, lelaki tersebut seakan tak mentoleransi kesalahan apapun, walaupun yang bersalah adalah seorang gadis seperti dirinya.“Kau hanya masuk ke kamar ini sekali, bukan berarti kalau aku sudah menerimamu sebagai istr
Baca selengkapnya

62. Bayangan

“Hei kau mendengar apa yang aku katakan? Hello!” Maura mengibaskan tangannya di depan wajah Jeremy, karena sedari tadi lelaki berkacamata itu melamun.“Maaf saya sedikit melamun, mungkin karena terlalu lelah sekali.” Jeremy cepat-cepat menyelesaikan mengobati Cantika palsu. “sudah selesai! Kalau begitu, saya pergi dulu dari sini karena ada urusan pekerjaan.”Jeremy segera pergi meninggalkan Maura seorang diri, ia ingin cepat-cepat meninggalkan gadis tersebut supaya tidak memikirkan hal lain.Maura tersenyum kecut melihat Jeremy yang pergi meninggalkan, ia merasa kalau lelaki itu hanyalah beralasan saja supaya bisa meninggalkannya seorang diri. “Yang satunya galak, satunya lagi malah menyebalkan sekali. Belum juga apa-apa, sudah pergi,” ucap Maura menggerutu seorang diri. Gadis itu memandangi tangannya yang dibalut perban dengan rapi oleh Jeremy, seketika senyuman terukir di bibirnya. Maura terus mengelus perban tersebut. “Tapi
Baca selengkapnya

63. Mampus!

“Aku tidak sadar kalau aku tertidur, tapi kapan, ya?” Maura menggeliatkan tubuhnya, ia menjadi merasa lebih segar saat sudah tertidur.Akan tetapi, terdengar ketukan di pintu pertanda kalau ada seseorang yang ingin masuk kemarin. Membuat gadis itu perlahan turun dari ranjang, menuju ke arah pintu. “Siapa, ya?” Maura membuka pintu perlahan, di sana terlihat wajah Jeremy. Saat melihat Maura, wajah Jeremy terlihat tersipu malu. Lelaki itu beberapa kali berdehem, tetapi tidak kunjung mengatakan apa yang ingin dikatakan sehingga datang kemari. Maura mengerutkan dahinya, ia menatap bingung ke arah lelaki berkacamata di depannya ini. “Ada apa kau kemari?”“Tuan berkata ingin makan malam bersama dengan Anda, Nona. Itulah sebabnya saya datang kemari.” Jeremy memalingkan wajahnya, ia terlihat malu-malu di depan Cantika palsu.Maura yang masih belum sepenuhnya sadar, ia hanya menganggukkan kepalanya.Jeremy terlihat masih tidak ingin pergi dari sana, membuat ia menjadi menatap ke arah lelaki
Baca selengkapnya

64. Tersedak

Andika menatap tajam kepada Maura, akan ingin menelan gadis itu hidup-hidup. “Kau tidak menjawab pertanyaanku tadi, cepat katakan apa yang aku dengar tadi salah ataukah benar?” Andika bertanya dengan menatap tajam orang yang ada di depannya.Maura menjadi memikirkan alasan apa yang ingin dikatakan kepada lelaki berada di depannya ini. Akan tetapi, belum juga ia memikirkan perkataan apa yang ingin keluar dari mulutnya, Jeremy sudah mendekat kepada sang tuan.“Tuan, Anda hanya salah mendengar saja. Karena Nona tidak mengatakan apapun,” sela Jeremy, ia terlihat sangat khawatir dengan Maura.Maura merasa menjadi gadis yang istimewa, diperebutkan oleh dua lelaki tampan di depannya ini. Sehingga ia menjadi terus tersenyum sedari tadi. “Kau kemari. “Andika melambaikan tangannya kepada Maura supaya mendekat kepadanya. Maura malah bingung, ia pun menunjuk dirinya sendiri supaya tidak salah menduga.Sementara Andika, lelak
Baca selengkapnya

65. Sakit perut

Maura menatap ketakutan kepada Andika yang menundukkan kepala itu.“Maafkan aku. Aku tidak bermaksud untuk melakukan itu, tapi karena aku tersedak jadi tak sengaja memuntahkannya,” ucap Maura dengan tergagap.Jeremy menatap tuannya penuh arti, tetapi ia tidak mendekat satu langkah pun. Menunggu respon apa yang diberikan oleh Andika.Dengan cepat Andika mendongakkan kepalanya menatap gadis di depan. “Kau tidak perlu meminta maaf, karena kau kan tidak sengaja.” Ia menyeka sudut bibir Maura dengan sapu tangan miliknya.“Benarkah?” Mata Maura berbinar, ia terpana dengan ketampanan Andika.“Benar. Tapi bagaimana kau habiskan makanan ini sebagai bentuk permintaan maaf untukku?” Andika memberikan sepiring makanan untuk Maura makan.“Tidak, perutku sangat tidak nyaman sehingga menjadi tidak nafsu makan,” tolak Maura beralasan.“Kau harus makan supaya membuat aku senang,” ucap Andika dengan nada
Baca selengkapnya

66. Ingin buang air besar

Maura beberapa kali menahan kentut yang ingin keluar sedari tadi, karena keberadaan Andika ia tak mungkin mengeluarkannya. Sehingga memilih menahan sebaik mungkin. “Aku hanya tidak bisa tidur, jadi ingin tidur di sini.” Andika ingin masuk ke dalam, tetapi Maura malah mencegatnya. “kenapa? Kau tak suka kalau aku tidur di sini?”Maura malah tertawa kecil, “Bukan, hanya saja kamarku sekarang sangat berantakan. Jadi kau tidak usah masuk ke dalam,” bujuknya berusaha supaya Andika tak masuk dalam.Akan tetapi, seketika perut Maura berbunyi dengan keras. Sehingga membuat ia memilih mundur beberapa langkah, supaya Andika tidak mendengar suara perutnya yang berbunyi tak karuan.Kesempatan itulah membuat Andika masuk ke dalam, lelaki tersebut langsung duduk di tepi ranjang milik Cantika.“Kenapa kau langsung masuk saja? Bukankah aku bilang kau tak usah masuk?” Wajah Maura memerah, ia tak dapat menahan diri lantaran melihat
Baca selengkapnya

67. Musuh

Maura tak dapat menahan lagi untuk mengeluarkan kentutnya, tanpa sengaja ia mengeluarkannya tepat di dalam pelukan Andika.‘Terserahlah, lagi pula salah dia sendiri yang tak melepaskanku.’ Maura bergumam di dalam hati sambil menutupi wajahnya dengan kedua tangan.Pelukan Andika mengendur, membuat Maura segera berlari untuk mengambil obat yang ada di tangan bawahan Diana.“Di mana dia?” Mata Maura menatap setiap sudut ruangan mencari keberadaan bawahan Diana itu. “ketemu!”Bergegas untuk mendekat kepada seseorang yang mengenakan topi untuk menutupi wajahnya. Orang itu mengenakan pakaian pengawal.“Kau kan orangnya?” Maura langsung menengadahkan tangannya untuk meminta obat. Orang itu tanpa mengatakan sepatah kata pun langsung memberikan obat kepada Maura.Maura langsung menyambut obat itu, ia berlari menuju dapur untuk segera meminumnya. Tak mungkin ia meminum di dalam kamar, karena And
Baca selengkapnya

68. Tommy

“Kalau kalian tahu Sonia adalah kekasihku, berarti kalian seharusnya tahu siapa orang yang menyuruhku?” Seringai tipis terukir di bibir lelaki itu.“Aku hanya ingin memastikan sesuatu kepadamu, apakah memang seperti yang aku pikirkan?” Senyum sangat tipis terukir di bibir Andika.Sampai-sampai orang lain tidak bisa melihat senyuman oleh Andika itu, kalau tidak memperhatikan dirinya dengan teliti.Sementara itu, lelaki yang sedang duduk di kursi dengan kondisi terikat itu hanya diam saja, ia tidak mengatakan apapun kepada Andika. Membuat Andika yang sudah tidak sabar menjadi sangat geram kepada orang itu. “Bukankah aku sudah bilang kepadamu, kalau kau harus mengatakan siapa orang itu kalau tidak ingin melihat bagian tubuh kekasihmu itu sampai kemari. “Andika mengancam sambil menatap tajam pada lelaki itu. Andika mengisyaratkan sesuatu kepada Jeremy, lelaki berkacamata itu langsung memainkan ponselnya dan menyerah
Baca selengkapnya

69. Histeris

Tommy yang tak mendengar tanggapan apapun dari orang yang sudah ia pukuli itu langsung mengambil ponsel di dalam saku celananya. Ia pun langsung menyalakan cahaya senter ponsel itu untuk mengetahui siapa gerangan orang di depannya ini.“Arel, kenapa kau ada di sini?” Mata Tommy melotot tak percaya kalau Ariel datang kemari. Tommy pun membantu Ariel untuk bangun terlebih dahulu, ia langsung menarik lelaki tersebut untuk keluar dari sini melalui pintu yang dimaksud oleh Andika. “Kau belum mengatakan kenapa kau kemari?” Tommy bertanya dengan nada penasaran.“Kita masuk dulu ke dalam mobil, karena ini masih di wilayah Andika. Khawatir kalau ada seseorang yang mengetahui keberadaan kita di sini.” Arel masuk lebih dulu ke dalam mobil. Tommy pun menyusul masuk ke dalam mobil milik Arel, ia duduk tepat di samping lelaki tersebut. Tak lama mobil pun mulai melaju meninggalkan wilayah Andika tersebut. Tommy
Baca selengkapnya

70. Membeli baju

Cantika menjadi gemetar melihat tangannya bersimbah dengan darah, ia pun mundur secara perlahan sampai tubuhnya terbentur dinding.Karena Cantika yang tak memperhatikan sekitar, ia tak sadar kalau Diana mendekat ke arahnya dan langsung menjambak rambut.“Sialan sekali kau! Sudah diberi makan dan diperlakukan dengan baik, malah berani sekali melukai diriku ini.” Diana menjambak rambut Cantika dengan sangat keras, ia sekarang sangat kesetanan lantaran luka di lehernya.Cantika yang belum siap menghadapi Diana pun langsung diseret oleh gadis itu. Ia terus saja meringis kesakitan dengan tangan memegangi rambutnya. Akan tetapi, Diana tetap tidak melepaskan dirinya sedari tadi.“Ngomong-ngomong, Diana. Jambakanmu kurang kuat dari Kartika, sehingga aku tidak terlalu merasa kesakitan. Coba kalau kau merasakan jambakan perempuan itu, mungkin kau akan menangis histeris seperti tadi!” ledek Cantika sambil terus memegangi rambutnya.
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
56789
...
12
DMCA.com Protection Status