Maura beberapa kali menahan kentut yang ingin keluar sedari tadi, karena keberadaan Andika ia tak mungkin mengeluarkannya. Sehingga memilih menahan sebaik mungkin.
“Aku hanya tidak bisa tidur, jadi ingin tidur di sini.” Andika ingin masuk ke dalam, tetapi Maura malah mencegatnya. “kenapa? Kau tak suka kalau aku tidur di sini?”Maura malah tertawa kecil, “Bukan, hanya saja kamarku sekarang sangat berantakan. Jadi kau tidak usah masuk ke dalam,” bujuknya berusaha supaya Andika tak masuk dalam.Akan tetapi, seketika perut Maura berbunyi dengan keras. Sehingga membuat ia memilih mundur beberapa langkah, supaya Andika tidak mendengar suara perutnya yang berbunyi tak karuan.Kesempatan itulah membuat Andika masuk ke dalam, lelaki tersebut langsung duduk di tepi ranjang milik Cantika.“Kenapa kau langsung masuk saja? Bukankah aku bilang kau tak usah masuk?” Wajah Maura memerah, ia tak dapat menahan diri lantaran melihatMaura tak dapat menahan lagi untuk mengeluarkan kentutnya, tanpa sengaja ia mengeluarkannya tepat di dalam pelukan Andika.‘Terserahlah, lagi pula salah dia sendiri yang tak melepaskanku.’ Maura bergumam di dalam hati sambil menutupi wajahnya dengan kedua tangan.Pelukan Andika mengendur, membuat Maura segera berlari untuk mengambil obat yang ada di tangan bawahan Diana.“Di mana dia?” Mata Maura menatap setiap sudut ruangan mencari keberadaan bawahan Diana itu. “ketemu!”Bergegas untuk mendekat kepada seseorang yang mengenakan topi untuk menutupi wajahnya. Orang itu mengenakan pakaian pengawal.“Kau kan orangnya?” Maura langsung menengadahkan tangannya untuk meminta obat. Orang itu tanpa mengatakan sepatah kata pun langsung memberikan obat kepada Maura.Maura langsung menyambut obat itu, ia berlari menuju dapur untuk segera meminumnya. Tak mungkin ia meminum di dalam kamar, karena And
“Kalau kalian tahu Sonia adalah kekasihku, berarti kalian seharusnya tahu siapa orang yang menyuruhku?” Seringai tipis terukir di bibir lelaki itu.“Aku hanya ingin memastikan sesuatu kepadamu, apakah memang seperti yang aku pikirkan?” Senyum sangat tipis terukir di bibir Andika.Sampai-sampai orang lain tidak bisa melihat senyuman oleh Andika itu, kalau tidak memperhatikan dirinya dengan teliti.Sementara itu, lelaki yang sedang duduk di kursi dengan kondisi terikat itu hanya diam saja, ia tidak mengatakan apapun kepada Andika. Membuat Andika yang sudah tidak sabar menjadi sangat geram kepada orang itu. “Bukankah aku sudah bilang kepadamu, kalau kau harus mengatakan siapa orang itu kalau tidak ingin melihat bagian tubuh kekasihmu itu sampai kemari. “Andika mengancam sambil menatap tajam pada lelaki itu. Andika mengisyaratkan sesuatu kepada Jeremy, lelaki berkacamata itu langsung memainkan ponselnya dan menyerah
Tommy yang tak mendengar tanggapan apapun dari orang yang sudah ia pukuli itu langsung mengambil ponsel di dalam saku celananya. Ia pun langsung menyalakan cahaya senter ponsel itu untuk mengetahui siapa gerangan orang di depannya ini.“Arel, kenapa kau ada di sini?” Mata Tommy melotot tak percaya kalau Ariel datang kemari. Tommy pun membantu Ariel untuk bangun terlebih dahulu, ia langsung menarik lelaki tersebut untuk keluar dari sini melalui pintu yang dimaksud oleh Andika. “Kau belum mengatakan kenapa kau kemari?” Tommy bertanya dengan nada penasaran.“Kita masuk dulu ke dalam mobil, karena ini masih di wilayah Andika. Khawatir kalau ada seseorang yang mengetahui keberadaan kita di sini.” Arel masuk lebih dulu ke dalam mobil. Tommy pun menyusul masuk ke dalam mobil milik Arel, ia duduk tepat di samping lelaki tersebut. Tak lama mobil pun mulai melaju meninggalkan wilayah Andika tersebut. Tommy
Cantika menjadi gemetar melihat tangannya bersimbah dengan darah, ia pun mundur secara perlahan sampai tubuhnya terbentur dinding.Karena Cantika yang tak memperhatikan sekitar, ia tak sadar kalau Diana mendekat ke arahnya dan langsung menjambak rambut.“Sialan sekali kau! Sudah diberi makan dan diperlakukan dengan baik, malah berani sekali melukai diriku ini.” Diana menjambak rambut Cantika dengan sangat keras, ia sekarang sangat kesetanan lantaran luka di lehernya.Cantika yang belum siap menghadapi Diana pun langsung diseret oleh gadis itu. Ia terus saja meringis kesakitan dengan tangan memegangi rambutnya. Akan tetapi, Diana tetap tidak melepaskan dirinya sedari tadi.“Ngomong-ngomong, Diana. Jambakanmu kurang kuat dari Kartika, sehingga aku tidak terlalu merasa kesakitan. Coba kalau kau merasakan jambakan perempuan itu, mungkin kau akan menangis histeris seperti tadi!” ledek Cantika sambil terus memegangi rambutnya.
Melihat Maura menjadi murung, membuat hati Andika terasa terenyuh. Karena wajah gadis itu sangat mirip dengan Cantika, sehingga membuat ia menjadi tidak tega.“Sebagai gantinya, kau bisa berbelanja sepuasmu dengan Jeremy.” Andika langsung meninggalkan kedua orang itu untuk pergi. Mendengar hal itu membuat Maura menjadi senang sekali. Ia menjadi meloncat-loncat kegirangan dan bahkan mencium pipi Andika sebelum lelaki itu benar-benar pergi. “Tunggu sebentar, aku akan mengganti pakaian terlebih dahulu!” Maura langsung lari ke dalam kamar.Tetap saja di dalam kamar ia merasa kesal saat melihat lemari pakaian Cantika. Andaikan dirinya bisa ia ingin membawa pakaian dari tempat Diana kemari, tetapi sayangnya hal tersebut tidaklah mungkin terjadi. Sehingga membuat ia memilih untuk mengambil pakaian asal. “Lagi pula aku kan adalah orang yang cantik, jadi pasti kalau memakai apapun tidak akan jadi masalah.” Maura menatap
“Hei, kau lama sekali di sana. Cepat kemari! Memang sebenarnya apa yang kau lakukan sehingga menjadi sangat lama?” Maura menatap tajam lelaki berkacamata itu. Gadis tersebut memandang dari bawah sampai ke atas, lalu langsung merebut ponsel yang ada di tangan Jeremy. “Sebenarnya kau melakukan apa dengan ponselku?” Maura melihat ponselnya dengan sangat teliti.“Bukankah saya sudah berkata, saya hanya meminjam untuk menelpon Tuan Andika? Tuan Andika pun mengatakan banyak hal membuat saya menjadi tidak bisa menutup telepon itu secepat mungkin dan saya pun harus mencatat nomor Tuan terlebih dahulu karena rupanya Anda lupa menyimpan nomor suami Anda sendiri,” ucap Jeremy menjelaskan panjang lebar kepada Maura. Maura langsung membuka riwayat panggilan, di sana memang tertera satu nomor bekas Jeremy menelpon. Bahkan di sana ada waktu panggilan tertera selama sebelas menit, membuat ia menjadi percaya apa yang dikatakan oleh Jeremy.
“Tuan tadi meminta tolong kepada pelayan di rumah untuk mengantarkan ponsel saya ke pusat perbelanjaan. Karena tuan marah lantaran saya ceroboh,” jawab Jeremy tanpa berkedip sedikit pun. Maura yang sedari tadi menatap ke arah Jeremy pun yakin kalau lelaki berkacamata itu tidaklah berbohong. Karena ia tahu kalau seseorang berkata tanpa mengedipkan mata sedikitpun, berarti tidaklah berbohong. Tak lama mobil yang mereka tumpangi tadi akhirnya datang, membuat Maura langsung masuk ke kursi belakang. Sementara Jeremy memasukkan belanjaan milik gadis tersebut ke dalam bagasi mobil.“Tolong cepat ya, karena aku sudah sangat lelah sekali jadi ingin cepat beristirahat di rumah.” Maura mengipasi wajahnya dengan tangan.Padahal pendingin di dalam mobil menyala, tetapi karena Maura sangat lelah sehingga membuatnya merasa sangat kepanasan. Dirinya mulai membayangkan berendam di dalam bathtub mewah di rumah Andika sambil meminum minuman din
Andika melihat ke sekeliling untuk memastikan kalau sekarang adalah bukan jebakan. Benar saja, baru saja ia melangkahkan kaki untuk mendekati wanita yang berada di tengah ruangan itu, sudah ada seseorang yang ingin menembaknya. Beruntung sekali ia menggunakan rompi anti peluru dan membawa pengawal elitnya. Sehingga Andika dapat terselamatkan dari peluru yang ingin menembus jantungnya. “Memang sepatutnya sebagai seorang miliarder memiliki banyak pengawal dan menyiapkan semuanya dengan baik.” Arel bertepuk tangan dengan keras, ia sangat menikmati pemandangan ini.“Cepat lepaskan Cantika! Karena dia tidak ada hubungannya dengan keluargaku!” Andika berteriak sambil mengarahkan senjata apinya kepada Arel.“Sayangnya aku tidak mau, jadi rebut saja Cantika sekarang dari tanganku,” tolak Arel langsung mundur beberapa langkah dari mereka.Arel diikuti beberapa orang yang menjaganya, lelaki itu terlihat ke arah belakang g
Andika menendang pintu rumah Kartika dengan kuat sampai membuat pintu tersebut terbuka lebar. Terlihat di sana perempuan itu sedang memakai masker wajah dan hanya menggunakan jubah mandi saja duduk di ruang tamu. “Kalau masuk seharusnya ketuk dulu pintunya, jangan malah didobrak seperti itu.” Kartika melepas timun yang berada di matanya, ia terlihat tenang menatap Andika. “Untuk apa aku mengetuk pintumu? Sedangkan aku datang kemari bukan untuk berbicara baik-baik!” Andika mendekat dan menarik jubah Kartika supaya perempuan itu berdiri. Akan tetapi, tak diduga oleh Andika Kartika terlihat sangat tenang sekali, tidak ada raut ketakutan yang terukir di wajah perempuan tersebut. Sehingga membuat ia menjadi merasa sangat heran sekali. “Lepaskan dulu!” Kartika menepis tangan Andika dengan kasar, tetapi tak kunjung membuat lelaki itu melepaskan cengkraman.“Katakan dulu di mana Cantika! Aku sangat yakin kalau kau yang menyembunyikannya!” Mata elang Andika menatap penuh mengintimidasi kep
Andika yang bagus saja pulang dari bekerja merasa sangat lelah sekali. Alhasil ia ingin menemui Cantika supaya bisa menghilangkan rasa penat dirasa. Akan tetapi, sudah mencari kesana-kemari gadis kecil tersebut tidak berada di manapun. Andika menjadi melangkah untuk mencari keberadaan Cantika. Lelaki tersebut membuka semua ruangan yang berada di dalam kediamannya, tanpa terlewat satu pun sampai di tempat terakhir, yaitu kamar Maura.Kamar Maura yang tidak dikunci membuat gadis di dalamnya menjadi terkejut dan langsung beranjak dari duduknya saat pintu dibuka tanpa permisi. Ia terlihat takut-takut menatap ke arah Andika, lantaran ekspresi dari lelaki itu sangat berbeda dari biasanya. Yaitu lebih dingin dan kejam. “Ke mana Cantika? Aku sudah mencarinya di seluruh kediaman ini, tetapi dia tidak kunjung terlihat di manapun!” Andika menatap penuh selidik kepada Maura. Maura menjadi gelagapan lantaran yang merasa terkejut karena s
“Tidak mungkin! Anda pasti berbohong kepada saya!” Cantika menggeleng kepalanya pelan sambil semakin derasnya linangan air mata.Kartika tersenyum tipis menatap Cantika. “Mulutmu berkata tidak percaya, tetapi hatimu malah membenarkan apa yang aku katakan.”Cantikan menyentuh kedua pipinya yang sekarang sudah basah akibat linangan air mata semakin deras. Ia dengan cepat mengambil tisu yang berada di depan mata.“Dia memang yang menabrak ayahmu, coba kau tanyakan saja kepada dia. Tapi pasti dia akan berbohong kepadamu, karena orang seperti dia mana mungkin mengakui kesalahannya dengan mudah seperti itu.” Kartika menepuk pundak Cantika, ia pun kemudian pergi menjauh dari sana.Karena Kartika tahu sekarang sudah hampir lima menit, membuat ia memilih untuk pergi lebih awal, supaya tidak ketahuan oleh para penjaga Cantika. Saat perempuan tersebut melewati satu meja, ia menatap dan menganggukkan kepala kepada orang yang duduk di sana.Orang itu
Cantika membelalakkan mata menatap Kartika yang sekarang berdiri di depan matanya. Namun, seketika ia baru saja teringat kalau perempuan itu dilarang untuk mendekati dirinya. “Bukankah Anda dilarang untuk bertemu dengan saya, tetapi kenapa Anda malah mengatakan omong kosong itu supaya saya datang kemari?” Cantika menaikkan sebelah alisnya menatap ke arah Kartika. Kartika berdecak kesal mendengar hal itu, karena ia merasa kalau Cantika mengira adalah seseorang yang pantas untuk ia temui, padahal nyatanya tidak seperti itu. Semuanya ia lakukan untuk dirinya sendiri, perempuan tersebut tidak peduli apapun yang terjadi kepada gadis kecil itu. Hanya saja Kartika harus menahan diri, supaya tidak terlalu terlihat kalau ia sekarang disuruh oleh Jack dan tentu saja tujuannya ingin mendapatkan Andika, sumber uang yang tak akan pernah habis. “Sebaiknya kita duduk dulu di sana, karena aku sudah memesan tempat khu
Mata Cantika menjadi berkaca-kaca menatap isi pesan tersebut, sehingga ia tanpa sadar menjatuhkan bulir bening dari kedua sudut matanya. Dengan cepat ia menyeka, lantaran ia sadar kalau pesan dari orang tak dikenal itu bisa saja hanyalah kebohongan belaka.Akan tetapi, Cantika tetap saja merasa kalau kepikiran dengan pesan tersebut. Sehingga mulai membuat ia menjadi terus melamun. “Kau kenapa? Bukankah kau seharusnya sangat senang karena sudah habis berbelanja?” Andika menatap lekat ke arah Cantika yang berada di sampingnya.Karena sekarang malam hari, mereka sedang tidur bersama di satu ranjang yang sama. Andika jadi melihat kalau Cantika terus saja melamun sedari tadi, padahal dirinya tahu kalau seorang perempuan pasti akan sangat suka sekali berbelanja sama seperti Kartika. Kartika saja sangat senang sekali setiap habis berbelanja, sehingga perempuan tersebut menjadi bersikap manis kepadanya, tetapi Cantika malah sedari ta
Maura menjadi gelagapan melihat Cantika yang tiba-tiba pingsan. Alhasil ia tak bisa berpikir jernih dan malah menjadi mondar-mandir lantaran merasa bingung melakukan apa kepada gadis pingsan di depan mata. Ingin memanggil seseorang untuk meminta bantuan, tetapi Maura terlalu takut untuk melakukan hal itu. Alhasil sekarang ia berusaha untuk membawa Cantika dengan susah payah ke ranjang, tak lupa ia pun pergi ke dapur untuk menyiapkan teh panas dan mengambil minyak angin di dalam kamarnya sendiri. Saat Maura masuk ke dalam kamar Cantika masih tak sadarkan diri, membuat ia mengoleskan minyak angin ke perut gadis tersebut dan tak lupa menciumkan aromanya ke hidung. Tak menunggu waktu lama, akhirnya gadis itu tersadar membuat perasaan ia menjadi sangat lega sekali melihat itu.“Sebaiknya kau bangun secara perlahan, karena kau habis pingsan di kamar mandi. Beruntung aku cepat menangkapmu.” Maura membantu Cantika untuk duduk secara perlahan.
Akan tetapi, Jack malah memaksa untuk Kartika mengikutinya masuk ke dalam mobil, membuat perempuan tersebut tidak memiliki pilihan lain sehingga ikut masuk ke dalam “Apa yang ingin kau tanyakan kepadaku? Tanyakan saja!” Jack menatap lekat ke arah Kartika. “Aku hanya ingin bertanya, kenapa kau ingin membantuku? Walaupun hubungan kalian tidak terlalu baik, tetapi kau bukanlah orang yang bisa menghianatinya karena bisnis kalian itu.” Kartika bersedekap dada sambil menatap Jack dengan tatapan penuh selidik.Jack tertawa dengan keras, “Kau ingin aku menjawab jujur atau berbohong?” tanyanya. “Tentu saja jujur. Siapa yang ingin dibohongi oleh seseorang?” ucap Kartika dengan tegas.Kartika terus saja memperhatikan ke arah Jack, karena ia berpikir kalau lelaki itu pasti memiliki sesuatu yang diinginkan. Sehingga membuat ia memilih untuk berhati-hati, takutnya kalau Jack akan meminta sesuatu yang tak dapat dirinya kabulk
Hanya umpatan yang bisa dikatakan Kartika saat i, ia tidak bisa memberikan pelajaran kepada Cantika. Karena setelah apa yang Lisa lakukan tadi membuat Andika menjadi menempatkan dua orang menjaga gadis kecil itu. Akan tetapi, saat perempuan itu ingin mengikuti Cantika lagi. Ada sentuhan di pundaknya, membuat Kartika menjadi ragu untuk menoleh lantaran mengira kalau orang itu adalah penjaga yang menjaga gadis tersebut. “Rupanya sekarang aku ketahuan,” gumam Kartika pelan. “Ketahuan oleh siapa?” Jack yang berada di belakang mengerutkan dahinya Kartika sadar kalau seseorang yang berada di belakangnya bukanlah penjaga yang menjaga Cantika, membuat ia menjadi menoleh menatap lelaki tampan di belakangnya.“Oh, hai, Jack!” sapa Kartika dengan lembut“Kau sekarang baru saja terlihat ramah, tadi padahal selalu mengepalkan tangan dengan wajah yang sangat merah,” ejek Jack dengan tertawa kecil.
Cantika merasakan ada sesuatu yang dingin menyentuh lehernya, ia pun membuka matanya secara perlahan untuk melihat. Pertama kali yang ia lihat adalah Andika sudah menjauh dari dirinya dan lantas membuat gadis kecil itu memegang leher.“Kalung?” Cantika mengerutkan dahinya.“Iya, kalung. Daripada memakai barang yang rusak lebih baik kau memakai itu saja di lehermu.” Andika menjawab sambil menunjukkan cermin kecil kepada sang gadis. Cantika lantas segera mengambil cermin itu, ia pun melihat kalung yang diberikan oleh Andika. Kalung itu sangatlah cantik dan tidak berlebihan di mata, tetapi gadis tersebut tetap merasa sayang kepada kalung yang rusak. Kalau sampai Andika membelikan kalung baru untuknya, berarti keputusan lelaki itu tetap saja untuk membuang kalung rusak tersebut. “Tapi bagaimana dengan kalung itu?” Cantikan menoleh menatap lekat kepada Andika, terlihat guratan khawatir di wajahnya “Te