“Tuan tadi meminta tolong kepada pelayan di rumah untuk mengantarkan ponsel saya ke pusat perbelanjaan. Karena tuan marah lantaran saya ceroboh,” jawab Jeremy tanpa berkedip sedikit pun.
Maura yang sedari tadi menatap ke arah Jeremy pun yakin kalau lelaki berkacamata itu tidaklah berbohong. Karena ia tahu kalau seseorang berkata tanpa mengedipkan mata sedikitpun, berarti tidaklah berbohong.Tak lama mobil yang mereka tumpangi tadi akhirnya datang, membuat Maura langsung masuk ke kursi belakang. Sementara Jeremy memasukkan belanjaan milik gadis tersebut ke dalam bagasi mobil.“Tolong cepat ya, karena aku sudah sangat lelah sekali jadi ingin cepat beristirahat di rumah.” Maura mengipasi wajahnya dengan tangan.Padahal pendingin di dalam mobil menyala, tetapi karena Maura sangat lelah sehingga membuatnya merasa sangat kepanasan. Dirinya mulai membayangkan berendam di dalam bathtub mewah di rumah Andika sambil meminum minuman dinAndika melihat ke sekeliling untuk memastikan kalau sekarang adalah bukan jebakan. Benar saja, baru saja ia melangkahkan kaki untuk mendekati wanita yang berada di tengah ruangan itu, sudah ada seseorang yang ingin menembaknya. Beruntung sekali ia menggunakan rompi anti peluru dan membawa pengawal elitnya. Sehingga Andika dapat terselamatkan dari peluru yang ingin menembus jantungnya. “Memang sepatutnya sebagai seorang miliarder memiliki banyak pengawal dan menyiapkan semuanya dengan baik.” Arel bertepuk tangan dengan keras, ia sangat menikmati pemandangan ini.“Cepat lepaskan Cantika! Karena dia tidak ada hubungannya dengan keluargaku!” Andika berteriak sambil mengarahkan senjata apinya kepada Arel.“Sayangnya aku tidak mau, jadi rebut saja Cantika sekarang dari tanganku,” tolak Arel langsung mundur beberapa langkah dari mereka.Arel diikuti beberapa orang yang menjaganya, lelaki itu terlihat ke arah belakang g
Tangan Andika sekarang sedang memapah Cantika yang pingsan, ia menjadi kesulitan untuk memegangi senjata membidik ke arah Diana. Ia pun melirik ke arah sekeliling, tetapi para pengawal yang ia bawa semuanya sibuk menyerang bawahan Arel.“Kau tidak perlu repot-repot meminta bantuan oleh para bawahanmu itu. Karena kau lihat sendiri mereka sedang sibuk, jadi tidak ada yang melindungimu saat ini. Sekarang kau akan habis di tanganku.” Diana bersiap menarik pelatuknya, tidak diduga oleh gadis itu ada seseorang yang menembak tepat di bagian dadanya. Diana menjadi terjatuh dan ia pun batuk darah, lantaran merasa sangat sakit sekali di bagian dadanya.Arel yang melihat Diana yang tertembak, menjadi mengejar gadis tersebut. Ia menatap Andika yang berada di depan matanya, tetapi bukan lelaki tersebut pelakunya.Dari kegelapan datang seorang lelaki bertubuh tinggi, orang itu adalah Jack. Ia yang menembak Diana dengan senjata api miliknya.
Semua orang menjadi waspada dengan tingkah Arel sekarang. Alhasil mereka pun menodongkan senjata kepada lelaki yang tengah bersedih itu. Hanya saja tidak yang seperti mereka duga, Arel menembakkan senjata api itu ke kepalanya sendiri dan lelaki tersebut pun langsung mati di tempat. Cantika yang baru saja tersadar melihat Arel mengakhiri hidupnya sendiri, gadis tersebut langsung menutup kedua matanya dengan tangan. “Kau jangan melihatnya! Terus tutup matamu sampai aku bilang buka!” Andika memerintahkan Cantika sambil membawa gadis tersebut menjauh dari sana. Andika mengisyaratkan kepada Jeremy untuk mengurus semuanya. Membuat lelaki berkacamata itu harus tinggal di sana. “Sekarang kau bisa membuka matamu.”Andika menurunkan Cantika di dalam mobil. Cantika membuka matanya perlahan, matanya langsung berembun menatap Andika yang berada di depan. “Apa benar Anda adalah Andika? Apa saya
“Astaga! Aku lupa minta Jeremy untuk membereskan gadis itu.” Andika memandangi Maura yang sekarang sedang gemetar ketakutan.Di dalam hati Maura sekarang mulai menyadari kenapa Diana ataupun Arel tidak ada yang bisa dihubungi. Rupanya karena lelaki yang berada di depannya ini sudah membunuh kedua orang tersebut. Sehingga ia hanya menunggu gilirannya saja, tetapi sebenarnya dirinya tidak ingin dibunuh sama sekali. “Kalau dilihat sekilas dia sangat mirip dengan saya, kenapa gadis yang sangat mirip dengan saya ini ada di sini?” Cantika menatap Maura dengan wajah yang sangat bingung.“Apalagi kalau bukan kedua orang itu ingin supaya aku tidak menyadari kau hilang dari kediaman ini, dan tentu saja supaya mereka dapat mencuri informasi dariku dengan mengandalkan gadis itu,” jelas Andika dengan tertawa kecil. Di dalam hati Andika sangat senang sekali karena ia mengetahui kalau yang berada di depannya beberapa hari lalu adalah bukan
“Aku memilih untuk percaya kepadamu, walau perkataanmu terdengar seperti mencurigakan. Karena walaupun kau sibuk, biasanya kau tetap melakukan pekerjaanmu dengan benar. Semoga saja kau tak mengkhianatiku hanya demi seorang gadis kecil,” ucap Andika dengan tegas. “Saya tidak akan pernah mengkhianati Anda, Tuan,” jelas Jeremy dengan menundukkan kepalanya.“Lantas apa yang ingin kau lakukan dengan gadis itu?” Andika menatap Jeremy dengan dagu yang ditopang ke atas dua tangannya.“Saya sudah menyelidiki asal usul gadis itu, tetapi dia adalah seorang anak yatim piatu sehingga mungkin sekarang dia tidak memiliki tempat untuk kembali. Bagaimana kalau kita menjadikannya pelayan saja? Supaya Nona Cantika tidak kesepian di rumah yang besar ini,” usul Jeremy dengan ragu.Andika terlihat berpikir dengan apa yang dikatakan oleh Jeremy, memang benar di sini tidak ada orang yang bisa dijadikan teman. Akan tetapi, kalau Maura—bekas musuh dijadikan teman Cantika
Andika sekarang sedang menatap Cantika yang terlelap, entah kenapa debaran jantungnya menjadi semakin kencang saat melihat gadis yang berada di depan mata. Cantika memang tak secantik Kartika, tetapi gadis tersebut sangatlah manis dengan mata bulatnya dan hidungnya yang pesek begitu memikat hati Andika.Membuat tangan kekar tersebut mulai membelai rambut hitam nan panjang milik gadis tersebut. Akan tetapi, Andika begitu hati-hati lantaran tak mau mengganggu istirahat Cantika. Memang benar kalau sang gadis sekarang sudah baik-baik saja, tetapi tetap saja Cantika perlu istirahat untuk beberapa hari lantaran jiwanya cukup terguncang dengan kejadian kemarin. Itulah kenapa Andika tak mempermasalahkan Jeremy merekomendasikan Maura sebagai teman.Maura, gadis yang mirip dengan Cantika kalau dilihat sekilas dan umurnya pun tak berbeda jauh dari istri kecilnya sekarang. Andika hanya berharap kalau Maura akan menjadi teman baik untuk C
Saat Andika sedang berbicara dengan Jeremy, seketika matanya terfokus ke arah belakang lelaki berkacamata itu. Matanya tak berkedip sedikit pun menatap sesuatu itu, sampai membuat ia menjadi tak mengatakan apapun.Jeremy pun memilih untuk menatap ke arah Andika memandang, betapa terkejutnya ia tatkala matanya menangkap sosok perempuan yang sangat anggun dengan mengenakan dress warna hitam selutut, pundaknya pun terekspos dengan jelas menampilkan tulang leher yang begitu indah.Kedua lelaki itu terdiam dengan masing-masing memikirkan pikiran berbeda. Akan tetapi, satu hal yang pasti, yaitu mereka terpesona dengan kecantikan Cantika yang berada di depan mata. Sementara Cantika terlihat tidak nyaman karena diperhatikan oleh dua orang lelaki di depannya sekarang. Ia bahkan sesekali membenarkan pakaian yang dikenakan, lantaran merasa kalau ada sesuatu yang salah.‘Kenapa sedari tadi mereka tidak berhenti memandangku? Membuatku tida
Kedua orang itu langsung terkejut melihat kedatangan Cantika yang tiba-tiba. Mereka berdua menjadi saling pandang, seakan sedang berkomunikasi lewat pikiran. “Kau salah dengar, Cantika! Kami hanya membicarakan sesuatu saja,” sanggah Maura dengan santai.Jeremy terkejut melihat Maura yang berbohong dengan sangat santai sekali. Bahkan gadis tersebut tidak berkedip satu kali pun menatap Cantika, membuat ia merasa kalau gadis itu adalah orang yang mengerikan. “Masa iya aku salah dengar? Mungkin memang iya!” ucap Cantika percaya. “Tapi, Maura. Jangan berbicara seperti itu kepada Nona Cantika, kau hanyalah seorang pelayan biasa,” tegur Jeremy kepada Maura.“Ah, maafkan aku! Aku tidak tahu kalau tidak boleh berbicara santai kepada Nona Cantika. Kupikiran karena kami akan menjadi teman, jadi tak masalah berbicara sampai dengannya,” balas Maura dengan sedih.Maura pikir kalau disuruh berteman dengan Cantika ia bisa berbicara bebas dengan gadis tersebut. Akan tetapi, ternyata hal itu tidakla
Andika menendang pintu rumah Kartika dengan kuat sampai membuat pintu tersebut terbuka lebar. Terlihat di sana perempuan itu sedang memakai masker wajah dan hanya menggunakan jubah mandi saja duduk di ruang tamu. “Kalau masuk seharusnya ketuk dulu pintunya, jangan malah didobrak seperti itu.” Kartika melepas timun yang berada di matanya, ia terlihat tenang menatap Andika. “Untuk apa aku mengetuk pintumu? Sedangkan aku datang kemari bukan untuk berbicara baik-baik!” Andika mendekat dan menarik jubah Kartika supaya perempuan itu berdiri. Akan tetapi, tak diduga oleh Andika Kartika terlihat sangat tenang sekali, tidak ada raut ketakutan yang terukir di wajah perempuan tersebut. Sehingga membuat ia menjadi merasa sangat heran sekali. “Lepaskan dulu!” Kartika menepis tangan Andika dengan kasar, tetapi tak kunjung membuat lelaki itu melepaskan cengkraman.“Katakan dulu di mana Cantika! Aku sangat yakin kalau kau yang menyembunyikannya!” Mata elang Andika menatap penuh mengintimidasi kep
Andika yang bagus saja pulang dari bekerja merasa sangat lelah sekali. Alhasil ia ingin menemui Cantika supaya bisa menghilangkan rasa penat dirasa. Akan tetapi, sudah mencari kesana-kemari gadis kecil tersebut tidak berada di manapun. Andika menjadi melangkah untuk mencari keberadaan Cantika. Lelaki tersebut membuka semua ruangan yang berada di dalam kediamannya, tanpa terlewat satu pun sampai di tempat terakhir, yaitu kamar Maura.Kamar Maura yang tidak dikunci membuat gadis di dalamnya menjadi terkejut dan langsung beranjak dari duduknya saat pintu dibuka tanpa permisi. Ia terlihat takut-takut menatap ke arah Andika, lantaran ekspresi dari lelaki itu sangat berbeda dari biasanya. Yaitu lebih dingin dan kejam. “Ke mana Cantika? Aku sudah mencarinya di seluruh kediaman ini, tetapi dia tidak kunjung terlihat di manapun!” Andika menatap penuh selidik kepada Maura. Maura menjadi gelagapan lantaran yang merasa terkejut karena s
“Tidak mungkin! Anda pasti berbohong kepada saya!” Cantika menggeleng kepalanya pelan sambil semakin derasnya linangan air mata.Kartika tersenyum tipis menatap Cantika. “Mulutmu berkata tidak percaya, tetapi hatimu malah membenarkan apa yang aku katakan.”Cantikan menyentuh kedua pipinya yang sekarang sudah basah akibat linangan air mata semakin deras. Ia dengan cepat mengambil tisu yang berada di depan mata.“Dia memang yang menabrak ayahmu, coba kau tanyakan saja kepada dia. Tapi pasti dia akan berbohong kepadamu, karena orang seperti dia mana mungkin mengakui kesalahannya dengan mudah seperti itu.” Kartika menepuk pundak Cantika, ia pun kemudian pergi menjauh dari sana.Karena Kartika tahu sekarang sudah hampir lima menit, membuat ia memilih untuk pergi lebih awal, supaya tidak ketahuan oleh para penjaga Cantika. Saat perempuan tersebut melewati satu meja, ia menatap dan menganggukkan kepala kepada orang yang duduk di sana.Orang itu
Cantika membelalakkan mata menatap Kartika yang sekarang berdiri di depan matanya. Namun, seketika ia baru saja teringat kalau perempuan itu dilarang untuk mendekati dirinya. “Bukankah Anda dilarang untuk bertemu dengan saya, tetapi kenapa Anda malah mengatakan omong kosong itu supaya saya datang kemari?” Cantika menaikkan sebelah alisnya menatap ke arah Kartika. Kartika berdecak kesal mendengar hal itu, karena ia merasa kalau Cantika mengira adalah seseorang yang pantas untuk ia temui, padahal nyatanya tidak seperti itu. Semuanya ia lakukan untuk dirinya sendiri, perempuan tersebut tidak peduli apapun yang terjadi kepada gadis kecil itu. Hanya saja Kartika harus menahan diri, supaya tidak terlalu terlihat kalau ia sekarang disuruh oleh Jack dan tentu saja tujuannya ingin mendapatkan Andika, sumber uang yang tak akan pernah habis. “Sebaiknya kita duduk dulu di sana, karena aku sudah memesan tempat khu
Mata Cantika menjadi berkaca-kaca menatap isi pesan tersebut, sehingga ia tanpa sadar menjatuhkan bulir bening dari kedua sudut matanya. Dengan cepat ia menyeka, lantaran ia sadar kalau pesan dari orang tak dikenal itu bisa saja hanyalah kebohongan belaka.Akan tetapi, Cantika tetap saja merasa kalau kepikiran dengan pesan tersebut. Sehingga mulai membuat ia menjadi terus melamun. “Kau kenapa? Bukankah kau seharusnya sangat senang karena sudah habis berbelanja?” Andika menatap lekat ke arah Cantika yang berada di sampingnya.Karena sekarang malam hari, mereka sedang tidur bersama di satu ranjang yang sama. Andika jadi melihat kalau Cantika terus saja melamun sedari tadi, padahal dirinya tahu kalau seorang perempuan pasti akan sangat suka sekali berbelanja sama seperti Kartika. Kartika saja sangat senang sekali setiap habis berbelanja, sehingga perempuan tersebut menjadi bersikap manis kepadanya, tetapi Cantika malah sedari ta
Maura menjadi gelagapan melihat Cantika yang tiba-tiba pingsan. Alhasil ia tak bisa berpikir jernih dan malah menjadi mondar-mandir lantaran merasa bingung melakukan apa kepada gadis pingsan di depan mata. Ingin memanggil seseorang untuk meminta bantuan, tetapi Maura terlalu takut untuk melakukan hal itu. Alhasil sekarang ia berusaha untuk membawa Cantika dengan susah payah ke ranjang, tak lupa ia pun pergi ke dapur untuk menyiapkan teh panas dan mengambil minyak angin di dalam kamarnya sendiri. Saat Maura masuk ke dalam kamar Cantika masih tak sadarkan diri, membuat ia mengoleskan minyak angin ke perut gadis tersebut dan tak lupa menciumkan aromanya ke hidung. Tak menunggu waktu lama, akhirnya gadis itu tersadar membuat perasaan ia menjadi sangat lega sekali melihat itu.“Sebaiknya kau bangun secara perlahan, karena kau habis pingsan di kamar mandi. Beruntung aku cepat menangkapmu.” Maura membantu Cantika untuk duduk secara perlahan.
Akan tetapi, Jack malah memaksa untuk Kartika mengikutinya masuk ke dalam mobil, membuat perempuan tersebut tidak memiliki pilihan lain sehingga ikut masuk ke dalam “Apa yang ingin kau tanyakan kepadaku? Tanyakan saja!” Jack menatap lekat ke arah Kartika. “Aku hanya ingin bertanya, kenapa kau ingin membantuku? Walaupun hubungan kalian tidak terlalu baik, tetapi kau bukanlah orang yang bisa menghianatinya karena bisnis kalian itu.” Kartika bersedekap dada sambil menatap Jack dengan tatapan penuh selidik.Jack tertawa dengan keras, “Kau ingin aku menjawab jujur atau berbohong?” tanyanya. “Tentu saja jujur. Siapa yang ingin dibohongi oleh seseorang?” ucap Kartika dengan tegas.Kartika terus saja memperhatikan ke arah Jack, karena ia berpikir kalau lelaki itu pasti memiliki sesuatu yang diinginkan. Sehingga membuat ia memilih untuk berhati-hati, takutnya kalau Jack akan meminta sesuatu yang tak dapat dirinya kabulk
Hanya umpatan yang bisa dikatakan Kartika saat i, ia tidak bisa memberikan pelajaran kepada Cantika. Karena setelah apa yang Lisa lakukan tadi membuat Andika menjadi menempatkan dua orang menjaga gadis kecil itu. Akan tetapi, saat perempuan itu ingin mengikuti Cantika lagi. Ada sentuhan di pundaknya, membuat Kartika menjadi ragu untuk menoleh lantaran mengira kalau orang itu adalah penjaga yang menjaga gadis tersebut. “Rupanya sekarang aku ketahuan,” gumam Kartika pelan. “Ketahuan oleh siapa?” Jack yang berada di belakang mengerutkan dahinya Kartika sadar kalau seseorang yang berada di belakangnya bukanlah penjaga yang menjaga Cantika, membuat ia menjadi menoleh menatap lelaki tampan di belakangnya.“Oh, hai, Jack!” sapa Kartika dengan lembut“Kau sekarang baru saja terlihat ramah, tadi padahal selalu mengepalkan tangan dengan wajah yang sangat merah,” ejek Jack dengan tertawa kecil.
Cantika merasakan ada sesuatu yang dingin menyentuh lehernya, ia pun membuka matanya secara perlahan untuk melihat. Pertama kali yang ia lihat adalah Andika sudah menjauh dari dirinya dan lantas membuat gadis kecil itu memegang leher.“Kalung?” Cantika mengerutkan dahinya.“Iya, kalung. Daripada memakai barang yang rusak lebih baik kau memakai itu saja di lehermu.” Andika menjawab sambil menunjukkan cermin kecil kepada sang gadis. Cantika lantas segera mengambil cermin itu, ia pun melihat kalung yang diberikan oleh Andika. Kalung itu sangatlah cantik dan tidak berlebihan di mata, tetapi gadis tersebut tetap merasa sayang kepada kalung yang rusak. Kalau sampai Andika membelikan kalung baru untuknya, berarti keputusan lelaki itu tetap saja untuk membuang kalung rusak tersebut. “Tapi bagaimana dengan kalung itu?” Cantikan menoleh menatap lekat kepada Andika, terlihat guratan khawatir di wajahnya “Te