“Aku memilih untuk percaya kepadamu, walau perkataanmu terdengar seperti mencurigakan. Karena walaupun kau sibuk, biasanya kau tetap melakukan pekerjaanmu dengan benar. Semoga saja kau tak mengkhianatiku hanya demi seorang gadis kecil,” ucap Andika dengan tegas.
“Saya tidak akan pernah mengkhianati Anda, Tuan,” jelas Jeremy dengan menundukkan kepalanya.“Lantas apa yang ingin kau lakukan dengan gadis itu?” Andika menatap Jeremy dengan dagu yang ditopang ke atas dua tangannya.“Saya sudah menyelidiki asal usul gadis itu, tetapi dia adalah seorang anak yatim piatu sehingga mungkin sekarang dia tidak memiliki tempat untuk kembali. Bagaimana kalau kita menjadikannya pelayan saja? Supaya Nona Cantika tidak kesepian di rumah yang besar ini,” usul Jeremy dengan ragu.Andika terlihat berpikir dengan apa yang dikatakan oleh Jeremy, memang benar di sini tidak ada orang yang bisa dijadikan teman. Akan tetapi, kalau Maura—bekas musuh dijadikan teman CantikaAndika sekarang sedang menatap Cantika yang terlelap, entah kenapa debaran jantungnya menjadi semakin kencang saat melihat gadis yang berada di depan mata. Cantika memang tak secantik Kartika, tetapi gadis tersebut sangatlah manis dengan mata bulatnya dan hidungnya yang pesek begitu memikat hati Andika.Membuat tangan kekar tersebut mulai membelai rambut hitam nan panjang milik gadis tersebut. Akan tetapi, Andika begitu hati-hati lantaran tak mau mengganggu istirahat Cantika. Memang benar kalau sang gadis sekarang sudah baik-baik saja, tetapi tetap saja Cantika perlu istirahat untuk beberapa hari lantaran jiwanya cukup terguncang dengan kejadian kemarin. Itulah kenapa Andika tak mempermasalahkan Jeremy merekomendasikan Maura sebagai teman.Maura, gadis yang mirip dengan Cantika kalau dilihat sekilas dan umurnya pun tak berbeda jauh dari istri kecilnya sekarang. Andika hanya berharap kalau Maura akan menjadi teman baik untuk C
Saat Andika sedang berbicara dengan Jeremy, seketika matanya terfokus ke arah belakang lelaki berkacamata itu. Matanya tak berkedip sedikit pun menatap sesuatu itu, sampai membuat ia menjadi tak mengatakan apapun.Jeremy pun memilih untuk menatap ke arah Andika memandang, betapa terkejutnya ia tatkala matanya menangkap sosok perempuan yang sangat anggun dengan mengenakan dress warna hitam selutut, pundaknya pun terekspos dengan jelas menampilkan tulang leher yang begitu indah.Kedua lelaki itu terdiam dengan masing-masing memikirkan pikiran berbeda. Akan tetapi, satu hal yang pasti, yaitu mereka terpesona dengan kecantikan Cantika yang berada di depan mata. Sementara Cantika terlihat tidak nyaman karena diperhatikan oleh dua orang lelaki di depannya sekarang. Ia bahkan sesekali membenarkan pakaian yang dikenakan, lantaran merasa kalau ada sesuatu yang salah.‘Kenapa sedari tadi mereka tidak berhenti memandangku? Membuatku tida
Kedua orang itu langsung terkejut melihat kedatangan Cantika yang tiba-tiba. Mereka berdua menjadi saling pandang, seakan sedang berkomunikasi lewat pikiran. “Kau salah dengar, Cantika! Kami hanya membicarakan sesuatu saja,” sanggah Maura dengan santai.Jeremy terkejut melihat Maura yang berbohong dengan sangat santai sekali. Bahkan gadis tersebut tidak berkedip satu kali pun menatap Cantika, membuat ia merasa kalau gadis itu adalah orang yang mengerikan. “Masa iya aku salah dengar? Mungkin memang iya!” ucap Cantika percaya. “Tapi, Maura. Jangan berbicara seperti itu kepada Nona Cantika, kau hanyalah seorang pelayan biasa,” tegur Jeremy kepada Maura.“Ah, maafkan aku! Aku tidak tahu kalau tidak boleh berbicara santai kepada Nona Cantika. Kupikiran karena kami akan menjadi teman, jadi tak masalah berbicara sampai dengannya,” balas Maura dengan sedih.Maura pikir kalau disuruh berteman dengan Cantika ia bisa berbicara bebas dengan gadis tersebut. Akan tetapi, ternyata hal itu tidakla
Maura terus berteriak kesakitan karena Kartika menarik rambutnya dengan sangat kuat, sehingga ia merasa kalau kulit kepalanya akan segera lepas sekarang.“Salah sendiri saat aku tidak ada di sini kau malah merayu suamiku, sampai dia tidak datang berkunjung sama sekali ke rumah sakit saat aku sudah tersadar.” Kartika terus menarik rambut Maura dengan kuat, bahkan ia mendorong gadis itu ke lantai.Maura menatap para pekerja lain yang sekarang sedang mengelilingi mereka. Ia berharap ada seseorang yang menolong dirinya sekarang, karena ia tak kuat sama sekali mendapat amukan dari Kartika.Akan tetapi, ternyata tidak ada seorangpun mau menolongnya. Bahkan mereka menundukkan kepala dan sebagian melakukan pekerjaan seakan tidak melihat apa yang terjadi di de
“Kenapa wajahmu seperti itu? Tadi wajahmu tidak seperti itu, tapi kenapa tiba-tiba berubah?” Maura menatap penuh selidik kepada Cantika yang berada di depannya. Cantika terlihat ragu untuk mengatakan apa yang sekarang ia pikirkan, kalau tidak mengatakannya entah kenapa dirinya nanti akan menjadi kepikiran. “Kau pernahkan menghabiskan malam dengan Tuan Andika?” tanya Cantika tiba-tiba.Maura langsung merasa terkejut dengan apa yang dikatakan oleh Cantika sekarang. Bahkan ia sampai tersedak ludahnya sendiri dan terbatuk-batuk.Cantika mengerutkan dahinya, ia tak mengerti dengan respon yang diberikan Maura saat ini. “Kenapa kau malah seperti itu? Aku kan sedang bertanya dengan serius!”“Maaf-maaf! Lagi pula salah sendiri kau menanyakan hal seperti itu, aku jadi terkejut mendengar pertanyaanmu itu. Memang kau mendengar dari siapa kalau aku sudah menghabiskan malam dengan tuan Andika?” Kali ini Maura menatap serius kepada Cantika. “Yah kemungkinan saja kalau dia mengira kau adalah aku,
“Kenapa wajahmu seperti itu? Terus apa yang ingin kau katakan sebenarnya?” Cantika menatap Maura lekat, ia sangat penasaran sekali dengan apa yang ingin dikatakan gadis itu.“Apa tidak ada yang ingin aku katakan! Mungkin kau hanya salah paham saja denganku, karena kepalaku masih terasa sangat sakit sekali akibat apa yang dilakukan oleh Kartika.” Maura memegang kepalanya dengan wajah berekspresi kesakitan.“Ya sudah kalau kau masih merasa sakit. Kau mau tetap istirahat di sini atau mau ke kamarmu?” Tanya Cantika menatap dalam Naura.Sebenarnya Maura merasa sangat takut untuk berjauhan dengan Cantika. Akan tetapi, hal itu tidak mungkin ia lakukan, karena khawatir kalau Andika akan menjadi kesal kepadanya. Saat lelaki itu mengetahui kal
Maura yang masih merasa takut kepada lelaki dingin yang berada di kamarnya menjadi gemetar. Sehingga membuat Cantika memandangi gadis tersebut.“Tuan, saya pikir anda tidak akan menyusul kemari,” ucap Jeremy menatap bingung kepada Andika.“Bagaimana mungkin aku tidak datang kemari? Setelah mendengar kalau Kartika membuat masalah di rumah.” Andika menatap tajam ke arah Jeremy, lantas ia beralih kepada Cantika. “kau tidak kenapa-napa? Apakah Kartika melakukan sesuatu kepadamu?” Ia terlihat sangat khawatir sekali kepada Cantika. Bahkan Andika memperhatikan Cantika dengan teliti, ia khawatir kalau ada luka di tubuh gadis kecil tersebut. “Tidak ada. Karena kebetulan saya sedang berada di dalam kamar, tapi tidak untuk Maura yang wajahnya mirip dengan saya.” Cantika melirik ke arah Maura yang duduk di ranjang dengan ekspresi sedih.Maura menundukkan kepala saat Andika bersitatap dengan dirinya. Karena tatapan lelaki itu terlihat tak peduli kepadanya sama sekali, membuat menjadi tidak nyama
Andika terus merengkuh tubuh mungil Cantika dengan kua. Ia bahkan menciumnya leher jenjang gadis itu dengan sangat ganas, membuat Cantika terus meronta-ronta berharap sang suami akan melepaskan dirinya. Akan tetapi, nihil, Andika malah merengkuh tubuhnya semakin kuat dan tiba-tiba menggendongnya.“Tuan, Anda mau membawa saya ke mana? Kita masih belum selesai bicara, “ ucap Cantika terus berteriak dalam pelukan Andika. Andika tidak memperdulikan teriakan dari Cantika, ia malah menghempaskan tubuh gadis tersebut dengan kasar ke atas kasur. Lelaki itu pun membuka kemeja yang ia kenakan dengan perlahan dan melemparkan ke sembarang tempat.Cantika sadar kalau lelaki itu ingin melakukan sesuatu kepadanya. Sehingga ia hanya memalingkan wajah, di dalam hatinya hanya berdoa berharap sang suami akan memperlakukannya secara perlahan. Lantaran gadis tersebut tak ingin merasa sakit seperti sebelumnya.Tanpa sadar Cantika gemetar ketakutan, karena terus memikirkan tentang malam pertamanya. “Kenap