Maura terus berteriak kesakitan karena Kartika menarik rambutnya dengan sangat kuat, sehingga ia merasa kalau kulit kepalanya akan segera lepas sekarang.
“Salah sendiri saat aku tidak ada di sini kau malah merayu suamiku, sampai dia tidak datang berkunjung sama sekali ke rumah sakit saat aku sudah tersadar.” Kartika terus menarik rambut Maura dengan kuat, bahkan ia mendorong gadis itu ke lantai.
Maura menatap para pekerja lain yang sekarang sedang mengelilingi mereka. Ia berharap ada seseorang yang menolong dirinya sekarang, karena ia tak kuat sama sekali mendapat amukan dari Kartika.
Akan tetapi, ternyata tidak ada seorangpun mau menolongnya. Bahkan mereka menundukkan kepala dan sebagian melakukan pekerjaan seakan tidak melihat apa yang terjadi di de
“Kenapa wajahmu seperti itu? Tadi wajahmu tidak seperti itu, tapi kenapa tiba-tiba berubah?” Maura menatap penuh selidik kepada Cantika yang berada di depannya. Cantika terlihat ragu untuk mengatakan apa yang sekarang ia pikirkan, kalau tidak mengatakannya entah kenapa dirinya nanti akan menjadi kepikiran. “Kau pernahkan menghabiskan malam dengan Tuan Andika?” tanya Cantika tiba-tiba.Maura langsung merasa terkejut dengan apa yang dikatakan oleh Cantika sekarang. Bahkan ia sampai tersedak ludahnya sendiri dan terbatuk-batuk.Cantika mengerutkan dahinya, ia tak mengerti dengan respon yang diberikan Maura saat ini. “Kenapa kau malah seperti itu? Aku kan sedang bertanya dengan serius!”“Maaf-maaf! Lagi pula salah sendiri kau menanyakan hal seperti itu, aku jadi terkejut mendengar pertanyaanmu itu. Memang kau mendengar dari siapa kalau aku sudah menghabiskan malam dengan tuan Andika?” Kali ini Maura menatap serius kepada Cantika. “Yah kemungkinan saja kalau dia mengira kau adalah aku,
“Kenapa wajahmu seperti itu? Terus apa yang ingin kau katakan sebenarnya?” Cantika menatap Maura lekat, ia sangat penasaran sekali dengan apa yang ingin dikatakan gadis itu.“Apa tidak ada yang ingin aku katakan! Mungkin kau hanya salah paham saja denganku, karena kepalaku masih terasa sangat sakit sekali akibat apa yang dilakukan oleh Kartika.” Maura memegang kepalanya dengan wajah berekspresi kesakitan.“Ya sudah kalau kau masih merasa sakit. Kau mau tetap istirahat di sini atau mau ke kamarmu?” Tanya Cantika menatap dalam Naura.Sebenarnya Maura merasa sangat takut untuk berjauhan dengan Cantika. Akan tetapi, hal itu tidak mungkin ia lakukan, karena khawatir kalau Andika akan menjadi kesal kepadanya. Saat lelaki itu mengetahui kal
Maura yang masih merasa takut kepada lelaki dingin yang berada di kamarnya menjadi gemetar. Sehingga membuat Cantika memandangi gadis tersebut.“Tuan, saya pikir anda tidak akan menyusul kemari,” ucap Jeremy menatap bingung kepada Andika.“Bagaimana mungkin aku tidak datang kemari? Setelah mendengar kalau Kartika membuat masalah di rumah.” Andika menatap tajam ke arah Jeremy, lantas ia beralih kepada Cantika. “kau tidak kenapa-napa? Apakah Kartika melakukan sesuatu kepadamu?” Ia terlihat sangat khawatir sekali kepada Cantika. Bahkan Andika memperhatikan Cantika dengan teliti, ia khawatir kalau ada luka di tubuh gadis kecil tersebut. “Tidak ada. Karena kebetulan saya sedang berada di dalam kamar, tapi tidak untuk Maura yang wajahnya mirip dengan saya.” Cantika melirik ke arah Maura yang duduk di ranjang dengan ekspresi sedih.Maura menundukkan kepala saat Andika bersitatap dengan dirinya. Karena tatapan lelaki itu terlihat tak peduli kepadanya sama sekali, membuat menjadi tidak nyama
Andika terus merengkuh tubuh mungil Cantika dengan kua. Ia bahkan menciumnya leher jenjang gadis itu dengan sangat ganas, membuat Cantika terus meronta-ronta berharap sang suami akan melepaskan dirinya. Akan tetapi, nihil, Andika malah merengkuh tubuhnya semakin kuat dan tiba-tiba menggendongnya.“Tuan, Anda mau membawa saya ke mana? Kita masih belum selesai bicara, “ ucap Cantika terus berteriak dalam pelukan Andika. Andika tidak memperdulikan teriakan dari Cantika, ia malah menghempaskan tubuh gadis tersebut dengan kasar ke atas kasur. Lelaki itu pun membuka kemeja yang ia kenakan dengan perlahan dan melemparkan ke sembarang tempat.Cantika sadar kalau lelaki itu ingin melakukan sesuatu kepadanya. Sehingga ia hanya memalingkan wajah, di dalam hatinya hanya berdoa berharap sang suami akan memperlakukannya secara perlahan. Lantaran gadis tersebut tak ingin merasa sakit seperti sebelumnya.Tanpa sadar Cantika gemetar ketakutan, karena terus memikirkan tentang malam pertamanya. “Kenap
“Pasang sekarang pakaian!” Andika beranjak dari kasur untuk memasang pakaiannya yang berserakan di lantai. Andika terlihat sangat dingin sekali, membuat Cantika merasa sedih. Akan tetapi, gadis itu tetap menuruti apa yang dikatakan oleh sang suami, ia memasang semua pakaiannya dengan cepat dan duduk di tepi ranjang miliknya. “Aku akan mendengarkan apa yang akan dia katakan sekarang!” Andika melangkahkan kakinya dengan lebar ke arah pintu kamar. Lelaki itu langsung membuka pintunya dengan lebar. Pintu itu terbuka, Cantika melihat Kartika yang sedang bersedekap dada menatap sinis ke arah mereka berdua. Cantika langsung sigap berdiri, ia merasa akan ada terjadi sesuatu di dalam kamar ini. Pantas saja suaminya langsung berdiri dan menyuruhnya untuk berpakaian. “Bagus sekali kau sudah bercinta dengan pelakor kecil itu! Padahal istri sahmu dirawat di rumah sakit, tetapi kau tak pernah mengunjunginya satu kali pun, dan bahkan sampai aku berada di rumah kau pun tak ada niat untuk menemui
Andika dan Cantika hanya memperhatikan perempuan yang berada di depannya ini. Pun di dalam hati mereka untuk menghentikan tawa dari Kartika sedikitpun.“Rupanya aku sendirilah yang membawa perempuan untuk menghancurkan rumah tanggaku. Padahal dulu aku sangat percaya kalau suamiku yang sangat mencintaiku ini tak akan pernah mendua, tetapi nyatanya aku salah,” ucap Kartika dengan dingin.Kartika terus memandang dingin ke arah Andika yang berada di depannya. Padahal tadi perempuan tersebut sempat tertawa dengan keras, tapi sekarang tak terlihat ekspresi apapun di wajahnya.Dari kejauhan terlihat Jeremy mulai mendekat ke arah dua orang tersebut. “Tuan, ini yang anda minta.” Lelaki berkacamata itu menyerahkan map kepada Andika.
Cantika tak bisa berpikir panjang lagi, ia memilih untuk mencegah tangan Andika. Akan tetapi, ternyata ditepis oleh lelaki itu, sehingga ia pun memilih untuk memeluk sang suami dengan erat. Gadis tersebut tidak ingin melihat ada seseorang mati di depan matanya lagi, rasanya ia cukup trauma melihat hal tersebut di depan matanya saat itu.“Saya mohon biarkan saja dia, jangan ada siapapun yang mati lagi.” Cantika mengejamkan mata sambil memeluk erat Andika dari belakang. Andika yang awalnya terbakar amarah, langsung melunak dengan apa yang dilakukan oleh Cantika sekarang ini. Akan tetapi, tangannya mengepal dengan kuat saat melihat wajah Kartika yang menurutnya sangat menyebalkan sekali.Namun, saat menoleh ke arah belakang Cantika sekarang sedang menatapnya dengan wajah memelas, membuat Andika menjadi mengurungkan niatnya memperlakukan Kartika dengan kasar. “Karena gadis seperti itu kau tidak jadi memukulku? Padahal selama ini
“Wajahmu menjadi sangat pucat seperti itu? Kau mengetahui apa yang akan aku katakan saat ini?” Andika menatap penuh selidik kepada Cantika, ia bahkan memaksa gadis itu untuk menatap ke arah. Cantika terlihat ragu untuk mengatakan apa yang ingin ada di dalam hatinya. Akan tetapi, ia pun memilih menggelengkan kepalanya pelan, lantaran hanya ingin menyimpan untuk dirinya sendiri. “Wajahmu pucat sekarang mengetahui apa yang aku katakan, tetapi ternyata tidak mengetahuinya,” ucap Andika tertawa pelan.Cantika hanya menundukkan kepalanya dengan malu-malu, melihat wajah tampan Andika yang semakin rupawan di matanya, lantaran lelaki itu sekarang tersenyum dengan hangat.“Aku hanya ingin memperingatimu, kalau kau menghianatiku suatu hari nanti maka akan aku pastikan kau akan menyesalinya!” ungkap Andika dengan penuh penekanan. “Apa yang akan Anda lakukan kepada saya?” Cantika mendongak, ia menatap lekat kepada sang suami yang berada di depannya.“Entah. Coba saja kau tebak sendiri apa yang
Andika menendang pintu rumah Kartika dengan kuat sampai membuat pintu tersebut terbuka lebar. Terlihat di sana perempuan itu sedang memakai masker wajah dan hanya menggunakan jubah mandi saja duduk di ruang tamu. “Kalau masuk seharusnya ketuk dulu pintunya, jangan malah didobrak seperti itu.” Kartika melepas timun yang berada di matanya, ia terlihat tenang menatap Andika. “Untuk apa aku mengetuk pintumu? Sedangkan aku datang kemari bukan untuk berbicara baik-baik!” Andika mendekat dan menarik jubah Kartika supaya perempuan itu berdiri. Akan tetapi, tak diduga oleh Andika Kartika terlihat sangat tenang sekali, tidak ada raut ketakutan yang terukir di wajah perempuan tersebut. Sehingga membuat ia menjadi merasa sangat heran sekali. “Lepaskan dulu!” Kartika menepis tangan Andika dengan kasar, tetapi tak kunjung membuat lelaki itu melepaskan cengkraman.“Katakan dulu di mana Cantika! Aku sangat yakin kalau kau yang menyembunyikannya!” Mata elang Andika menatap penuh mengintimidasi kep
Andika yang bagus saja pulang dari bekerja merasa sangat lelah sekali. Alhasil ia ingin menemui Cantika supaya bisa menghilangkan rasa penat dirasa. Akan tetapi, sudah mencari kesana-kemari gadis kecil tersebut tidak berada di manapun. Andika menjadi melangkah untuk mencari keberadaan Cantika. Lelaki tersebut membuka semua ruangan yang berada di dalam kediamannya, tanpa terlewat satu pun sampai di tempat terakhir, yaitu kamar Maura.Kamar Maura yang tidak dikunci membuat gadis di dalamnya menjadi terkejut dan langsung beranjak dari duduknya saat pintu dibuka tanpa permisi. Ia terlihat takut-takut menatap ke arah Andika, lantaran ekspresi dari lelaki itu sangat berbeda dari biasanya. Yaitu lebih dingin dan kejam. “Ke mana Cantika? Aku sudah mencarinya di seluruh kediaman ini, tetapi dia tidak kunjung terlihat di manapun!” Andika menatap penuh selidik kepada Maura. Maura menjadi gelagapan lantaran yang merasa terkejut karena s
“Tidak mungkin! Anda pasti berbohong kepada saya!” Cantika menggeleng kepalanya pelan sambil semakin derasnya linangan air mata.Kartika tersenyum tipis menatap Cantika. “Mulutmu berkata tidak percaya, tetapi hatimu malah membenarkan apa yang aku katakan.”Cantikan menyentuh kedua pipinya yang sekarang sudah basah akibat linangan air mata semakin deras. Ia dengan cepat mengambil tisu yang berada di depan mata.“Dia memang yang menabrak ayahmu, coba kau tanyakan saja kepada dia. Tapi pasti dia akan berbohong kepadamu, karena orang seperti dia mana mungkin mengakui kesalahannya dengan mudah seperti itu.” Kartika menepuk pundak Cantika, ia pun kemudian pergi menjauh dari sana.Karena Kartika tahu sekarang sudah hampir lima menit, membuat ia memilih untuk pergi lebih awal, supaya tidak ketahuan oleh para penjaga Cantika. Saat perempuan tersebut melewati satu meja, ia menatap dan menganggukkan kepala kepada orang yang duduk di sana.Orang itu
Cantika membelalakkan mata menatap Kartika yang sekarang berdiri di depan matanya. Namun, seketika ia baru saja teringat kalau perempuan itu dilarang untuk mendekati dirinya. “Bukankah Anda dilarang untuk bertemu dengan saya, tetapi kenapa Anda malah mengatakan omong kosong itu supaya saya datang kemari?” Cantika menaikkan sebelah alisnya menatap ke arah Kartika. Kartika berdecak kesal mendengar hal itu, karena ia merasa kalau Cantika mengira adalah seseorang yang pantas untuk ia temui, padahal nyatanya tidak seperti itu. Semuanya ia lakukan untuk dirinya sendiri, perempuan tersebut tidak peduli apapun yang terjadi kepada gadis kecil itu. Hanya saja Kartika harus menahan diri, supaya tidak terlalu terlihat kalau ia sekarang disuruh oleh Jack dan tentu saja tujuannya ingin mendapatkan Andika, sumber uang yang tak akan pernah habis. “Sebaiknya kita duduk dulu di sana, karena aku sudah memesan tempat khu
Mata Cantika menjadi berkaca-kaca menatap isi pesan tersebut, sehingga ia tanpa sadar menjatuhkan bulir bening dari kedua sudut matanya. Dengan cepat ia menyeka, lantaran ia sadar kalau pesan dari orang tak dikenal itu bisa saja hanyalah kebohongan belaka.Akan tetapi, Cantika tetap saja merasa kalau kepikiran dengan pesan tersebut. Sehingga mulai membuat ia menjadi terus melamun. “Kau kenapa? Bukankah kau seharusnya sangat senang karena sudah habis berbelanja?” Andika menatap lekat ke arah Cantika yang berada di sampingnya.Karena sekarang malam hari, mereka sedang tidur bersama di satu ranjang yang sama. Andika jadi melihat kalau Cantika terus saja melamun sedari tadi, padahal dirinya tahu kalau seorang perempuan pasti akan sangat suka sekali berbelanja sama seperti Kartika. Kartika saja sangat senang sekali setiap habis berbelanja, sehingga perempuan tersebut menjadi bersikap manis kepadanya, tetapi Cantika malah sedari ta
Maura menjadi gelagapan melihat Cantika yang tiba-tiba pingsan. Alhasil ia tak bisa berpikir jernih dan malah menjadi mondar-mandir lantaran merasa bingung melakukan apa kepada gadis pingsan di depan mata. Ingin memanggil seseorang untuk meminta bantuan, tetapi Maura terlalu takut untuk melakukan hal itu. Alhasil sekarang ia berusaha untuk membawa Cantika dengan susah payah ke ranjang, tak lupa ia pun pergi ke dapur untuk menyiapkan teh panas dan mengambil minyak angin di dalam kamarnya sendiri. Saat Maura masuk ke dalam kamar Cantika masih tak sadarkan diri, membuat ia mengoleskan minyak angin ke perut gadis tersebut dan tak lupa menciumkan aromanya ke hidung. Tak menunggu waktu lama, akhirnya gadis itu tersadar membuat perasaan ia menjadi sangat lega sekali melihat itu.“Sebaiknya kau bangun secara perlahan, karena kau habis pingsan di kamar mandi. Beruntung aku cepat menangkapmu.” Maura membantu Cantika untuk duduk secara perlahan.
Akan tetapi, Jack malah memaksa untuk Kartika mengikutinya masuk ke dalam mobil, membuat perempuan tersebut tidak memiliki pilihan lain sehingga ikut masuk ke dalam “Apa yang ingin kau tanyakan kepadaku? Tanyakan saja!” Jack menatap lekat ke arah Kartika. “Aku hanya ingin bertanya, kenapa kau ingin membantuku? Walaupun hubungan kalian tidak terlalu baik, tetapi kau bukanlah orang yang bisa menghianatinya karena bisnis kalian itu.” Kartika bersedekap dada sambil menatap Jack dengan tatapan penuh selidik.Jack tertawa dengan keras, “Kau ingin aku menjawab jujur atau berbohong?” tanyanya. “Tentu saja jujur. Siapa yang ingin dibohongi oleh seseorang?” ucap Kartika dengan tegas.Kartika terus saja memperhatikan ke arah Jack, karena ia berpikir kalau lelaki itu pasti memiliki sesuatu yang diinginkan. Sehingga membuat ia memilih untuk berhati-hati, takutnya kalau Jack akan meminta sesuatu yang tak dapat dirinya kabulk
Hanya umpatan yang bisa dikatakan Kartika saat i, ia tidak bisa memberikan pelajaran kepada Cantika. Karena setelah apa yang Lisa lakukan tadi membuat Andika menjadi menempatkan dua orang menjaga gadis kecil itu. Akan tetapi, saat perempuan itu ingin mengikuti Cantika lagi. Ada sentuhan di pundaknya, membuat Kartika menjadi ragu untuk menoleh lantaran mengira kalau orang itu adalah penjaga yang menjaga gadis tersebut. “Rupanya sekarang aku ketahuan,” gumam Kartika pelan. “Ketahuan oleh siapa?” Jack yang berada di belakang mengerutkan dahinya Kartika sadar kalau seseorang yang berada di belakangnya bukanlah penjaga yang menjaga Cantika, membuat ia menjadi menoleh menatap lelaki tampan di belakangnya.“Oh, hai, Jack!” sapa Kartika dengan lembut“Kau sekarang baru saja terlihat ramah, tadi padahal selalu mengepalkan tangan dengan wajah yang sangat merah,” ejek Jack dengan tertawa kecil.
Cantika merasakan ada sesuatu yang dingin menyentuh lehernya, ia pun membuka matanya secara perlahan untuk melihat. Pertama kali yang ia lihat adalah Andika sudah menjauh dari dirinya dan lantas membuat gadis kecil itu memegang leher.“Kalung?” Cantika mengerutkan dahinya.“Iya, kalung. Daripada memakai barang yang rusak lebih baik kau memakai itu saja di lehermu.” Andika menjawab sambil menunjukkan cermin kecil kepada sang gadis. Cantika lantas segera mengambil cermin itu, ia pun melihat kalung yang diberikan oleh Andika. Kalung itu sangatlah cantik dan tidak berlebihan di mata, tetapi gadis tersebut tetap merasa sayang kepada kalung yang rusak. Kalau sampai Andika membelikan kalung baru untuknya, berarti keputusan lelaki itu tetap saja untuk membuang kalung rusak tersebut. “Tapi bagaimana dengan kalung itu?” Cantikan menoleh menatap lekat kepada Andika, terlihat guratan khawatir di wajahnya “Te