Cantika tak bisa berpikir panjang lagi, ia memilih untuk mencegah tangan Andika. Akan tetapi, ternyata ditepis oleh lelaki itu, sehingga ia pun memilih untuk memeluk sang suami dengan erat. Gadis tersebut tidak ingin melihat ada seseorang mati di depan matanya lagi, rasanya ia cukup trauma melihat hal tersebut di depan matanya saat itu.
“Saya mohon biarkan saja dia, jangan ada siapapun yang mati lagi.” Cantika mengejamkan mata sambil memeluk erat Andika dari belakang.Andika yang awalnya terbakar amarah, langsung melunak dengan apa yang dilakukan oleh Cantika sekarang ini. Akan tetapi, tangannya mengepal dengan kuat saat melihat wajah Kartika yang menurutnya sangat menyebalkan sekali.Namun, saat menoleh ke arah belakang Cantika sekarang sedang menatapnya dengan wajah memelas, membuat Andika menjadi mengurungkan niatnya memperlakukan Kartika dengan kasar.“Karena gadis seperti itu kau tidak jadi memukulku? Padahal selama ini“Wajahmu menjadi sangat pucat seperti itu? Kau mengetahui apa yang akan aku katakan saat ini?” Andika menatap penuh selidik kepada Cantika, ia bahkan memaksa gadis itu untuk menatap ke arah. Cantika terlihat ragu untuk mengatakan apa yang ingin ada di dalam hatinya. Akan tetapi, ia pun memilih menggelengkan kepalanya pelan, lantaran hanya ingin menyimpan untuk dirinya sendiri. “Wajahmu pucat sekarang mengetahui apa yang aku katakan, tetapi ternyata tidak mengetahuinya,” ucap Andika tertawa pelan.Cantika hanya menundukkan kepalanya dengan malu-malu, melihat wajah tampan Andika yang semakin rupawan di matanya, lantaran lelaki itu sekarang tersenyum dengan hangat.“Aku hanya ingin memperingatimu, kalau kau menghianatiku suatu hari nanti maka akan aku pastikan kau akan menyesalinya!” ungkap Andika dengan penuh penekanan. “Apa yang akan Anda lakukan kepada saya?” Cantika mendongak, ia menatap lekat kepada sang suami yang berada di depannya.“Entah. Coba saja kau tebak sendiri apa yang
Akan tetapi, Kartika pun mulai memilih untuk menjadi tenang. Karena ia tak mungkin membuat Andika semakin marah kepadanya, kalau membuat lelaki itu marah dirinya tidak bisa membawa satu barang miliknya di sini dan bagaimana nanti akan bertahan hidup di luar kediaman megah ini? “Apa yang ingin kamu lakukan?” Kartika meremas tangannya dengan kuat untuk menahan amarah di dalam dada. “Sederhana. Aku hanya ingin kau mempermudah perceraian kita dan tentu saja jangan menginjakkan kaki ke kediaman ini, entah dengan alasan apapun. Sekaligus jangan coba-coba mendekati Cantika, kalau kau mencoba mendekati Cantika maka semua harta yang telah aku berikan kepadamu akan aku ambil kembali.“ Andika tersenyum menyeringai, merasa syarat yang diberikan itu sangat menguntungkan baginya “Jadi karena gadis jalang itu kau mau memberikan semuanya untukku? Lucu sekali,” ucap Kartika berdecak kesal.“Tentu saja. Aku rela memberikan itu karena dia adal
Kartika tertawa dengan keras sekali sampai membuat Cantika menjadi mendekat untuk melihat apa yang terjadi. “Sekarang aku sangat puas sudah melakukan hal ini kepadamu. Jadi apa kau sekarang kesal?” tanya Kartika dengan terus tertawa.Dokumen yang seharusnya ditandatangani malah dirobek oleh Kartika, tetapi perempuan itu tidak merasa bersalah sama sekali. Ia malah terlihat sangat puas dengan apa yang dirinya lakukan saat ini. Bahkan ia pun terus menata ke arah Andika, menunggu respon dari lelaki tersebut. Tentu saja awalnya Kartika merasa setuju, tetapi seketika ia berpikir kalau yang akan diuntungkan di sini adalah Andika dan Cantika. Ia hanya mendapatkan apa yang seharusnya ia miliki, lantaran semua barang itu sebenarnya adalah miliknya, jadi tidak memerlukan surat perjanjian seperti itu. Namun saat memandangi Andika sekarang, Kartika merasa sangat heran sekali. Karena Andika terlihat biasa saja, bahkan sudut bibirnya terli
Andika pun memilih pamit untuk pergi bersama dengan Jeremy dari kediaman, untuk mengurus sesuatu meninggalkan Cantika seorang diri di rumah megah itu.Cantika memilih untuk menghabiskan waktunya seorang diri dalam kamar. Akan tetapi, gadis itu mulai merasa bosan sekali, sehingga memilih untuk mendatangi ke tempat Maura berada. Tangan gadis itu mulai ragu untuk mengetuk pintu, khawatir kalau akan mengganggu Maura yang sedang beristirahat. Hanya saja ia sudah datang kemari, sehingga memilih untuk memberanikan diri mengetuk pintu kamar orang yang akan menjadi temannya itu. “Siapa?” teriak Maura di dalam kamarnya. “Aku, Cantika! Apa aku boleh masuk? “ sahut Cantika dengan setengah berteriak. Tak diduga oleh Cantika, Maura membukakan pintu untuk dirinya, membuat ia merasa tidak enak. Lantaran gadis di depan ini sedang mengalami cedera, sehingga harus beristirahat, tetapi malah membukakan pintu untuknya seperti seka
“Katakan apa yang ingin kau tanyakan terlebih dahulu, baru aku akan memutuskan apakah aku akan menjawab atau tidak!” tegas Cantika yang khawatir kalau Maura akan menanyakan sesuatu yang sensitif. Maura menggaruk tengkuknya yang sebenarnya tidak gatal. Karena memang benar apa yang dikatakan oleh Cantika saat ini, tidak mungkin akan menyetujui yang bahkan pertanyaannya saja tidak diketahui apa. “Sebenarnya aku hanya ingin bertanya, bagaimana kau bisa bertahan di kediaman ini? Selain dari Andika yang temperamental, Kartika pun seperti itu. Bukankah ini adalah hal yang mengerikan untuk gadis seusia kita?” tanya Maura dengan ragu, ia khawatir kalau Cantika akan tersinggung dengan pertanyaannya.Cantika malah tersenyum tipis menanggapi pertanyaan dari Maura, tetapi sebenarnya dirinya pun merasa bingung, knapa ia bisa bertahan di sini sampai sekarang. Padahal mungkin kalau orang lain yang berada di posisi sekarang, mungkin gadis tersebut akan kab
Wajah Maura menjadi mengkerut mendengar apa yang dikatakan oleh Cantika, bahkan matanya melotot seakan ingin lepas dari tempatnya. Ia tak percaya kalau Andika yang begitu menyayangi Kartika malah berkata akan menceraikan perempuan itu. Sehingga ia tak dapat menutupi ekspresi keterkejutan dirinya saat ini.“Aku pun sangat terkejut dengan apa yang dikatakan oleh Tuan Andika, tetapi dia berbicara dengan nada sangat serius sekali,” ucap Cantika seakan mengetahui isi pikiran dari Maura.Maura memilih berdehem beberapa kali untuk menetralkan perasaannya saat ini.“Tapi bukankah itu bagus kalau dia tak ada di sini? Bukan maksudku untuk menghasutmu, tetapi kalau tidak ada dia bukankah tempat ini akan menjadi sangat nyaman?” Maura mengukirkan senyuman di bibir. Maura merasa kalau tidak ada Kartika, suasana di dalam kediaman ini akan lebih meriah dan tak dingin lagi. Karena nyonya di kediaman ini sekarang sudah berganti menjadi Cantika, gadis periang dan ramah dari penglihatan Maura sendiri.
Cantika langsung memukul Maura, setelah mendengar gadis di depannya ini mengatakan hal seperti itu. “Aku kan sudah bilang, kalau aku nyaman memakai pakaian ini. Lagi pula aku melihat sendiri, kalau orang lain itu memakai pakaian seperti ini juga, jadi pakaianku tidak seburuk itu!” gerutu Cantika panjang lebar. “Tapi kan, itu orang biasa! Sedangkan kamu sekarang adalah istri orang kaya, bahkan orang kaya nomor satu di Indonesia ini. Seharusnya kau tidak memakai pakaian jelek seperti ini.” Maura mengatakan itu dengan bibir cemberut, ia merasa Cantika tak bisa menggunakan posisinya sekarang. Padahal kalau Maura yang berada di posisi Cantika sekarang, ia akan menghambur-hamburkan uang Andika. Karena bukankah lelaki itu sering berlaku kasar dan bisa saja menyakitkan hati, sehingga membuat menghibur diri dengan berbelanja sebanyak mungkin. “Apa mungkin kau tidak menyukai pakaian, karena ingin mengumpulkan emas atau apapun yang bisa dijual?” Mata Maura berbinar-binar mengatakan hal itu.
Betapa terkejutnya Maura melihat respon dari pegawai di toko perhiasan ini. Ia ingin sekali memarahi perempuan di depannya sekarang. Akan tetapi, Cantika malah memegang tangannya mengisyaratkan untuk tetap diam saja. “Seharusnya kau melayani pengunjung yang datang dengan ramah, bukan malah merendahkannya. Apakah karena penampilan kami sekarang?” Cantika menatap penuh selidik kepada perempuan di depan matanya ini “Kau tahu sendiri bagaimana penampilanmu! Cobalah lihat pengunjung yang datang kemari bukanlah orang-orang berpenampilan seperti kalian, mereka elegan dengan semua barang branded membungkus tubuhnya.” Perempuan itu menunjuk salah satu pengunjung yang datang. Memang tanpa bertanya pun, Cantika tahu kalau orang itu adalah orang kaya. Melihat penampilan dirinya dan Maura saat ini, memang terlihat sekali kalau tidak akan mampu membeli perhiasan di sini. Betapa menyesalnya ia mengikuti gadis di sampingnya. “Sebaiknya kita segera pergi saja dari sini, karena kita salah tempat.”