Kartika tertawa dengan keras sekali sampai membuat Cantika menjadi mendekat untuk melihat apa yang terjadi.
“Sekarang aku sangat puas sudah melakukan hal ini kepadamu. Jadi apa kau sekarang kesal?” tanya Kartika dengan terus tertawa.Dokumen yang seharusnya ditandatangani malah dirobek oleh Kartika, tetapi perempuan itu tidak merasa bersalah sama sekali. Ia malah terlihat sangat puas dengan apa yang dirinya lakukan saat ini. Bahkan ia pun terus menata ke arah Andika, menunggu respon dari lelaki tersebut.Tentu saja awalnya Kartika merasa setuju, tetapi seketika ia berpikir kalau yang akan diuntungkan di sini adalah Andika dan Cantika. Ia hanya mendapatkan apa yang seharusnya ia miliki, lantaran semua barang itu sebenarnya adalah miliknya, jadi tidak memerlukan surat perjanjian seperti itu.Namun saat memandangi Andika sekarang, Kartika merasa sangat heran sekali. Karena Andika terlihat biasa saja, bahkan sudut bibirnya terliAndika pun memilih pamit untuk pergi bersama dengan Jeremy dari kediaman, untuk mengurus sesuatu meninggalkan Cantika seorang diri di rumah megah itu.Cantika memilih untuk menghabiskan waktunya seorang diri dalam kamar. Akan tetapi, gadis itu mulai merasa bosan sekali, sehingga memilih untuk mendatangi ke tempat Maura berada. Tangan gadis itu mulai ragu untuk mengetuk pintu, khawatir kalau akan mengganggu Maura yang sedang beristirahat. Hanya saja ia sudah datang kemari, sehingga memilih untuk memberanikan diri mengetuk pintu kamar orang yang akan menjadi temannya itu. “Siapa?” teriak Maura di dalam kamarnya. “Aku, Cantika! Apa aku boleh masuk? “ sahut Cantika dengan setengah berteriak. Tak diduga oleh Cantika, Maura membukakan pintu untuk dirinya, membuat ia merasa tidak enak. Lantaran gadis di depan ini sedang mengalami cedera, sehingga harus beristirahat, tetapi malah membukakan pintu untuknya seperti seka
“Katakan apa yang ingin kau tanyakan terlebih dahulu, baru aku akan memutuskan apakah aku akan menjawab atau tidak!” tegas Cantika yang khawatir kalau Maura akan menanyakan sesuatu yang sensitif. Maura menggaruk tengkuknya yang sebenarnya tidak gatal. Karena memang benar apa yang dikatakan oleh Cantika saat ini, tidak mungkin akan menyetujui yang bahkan pertanyaannya saja tidak diketahui apa. “Sebenarnya aku hanya ingin bertanya, bagaimana kau bisa bertahan di kediaman ini? Selain dari Andika yang temperamental, Kartika pun seperti itu. Bukankah ini adalah hal yang mengerikan untuk gadis seusia kita?” tanya Maura dengan ragu, ia khawatir kalau Cantika akan tersinggung dengan pertanyaannya.Cantika malah tersenyum tipis menanggapi pertanyaan dari Maura, tetapi sebenarnya dirinya pun merasa bingung, knapa ia bisa bertahan di sini sampai sekarang. Padahal mungkin kalau orang lain yang berada di posisi sekarang, mungkin gadis tersebut akan kab
Wajah Maura menjadi mengkerut mendengar apa yang dikatakan oleh Cantika, bahkan matanya melotot seakan ingin lepas dari tempatnya. Ia tak percaya kalau Andika yang begitu menyayangi Kartika malah berkata akan menceraikan perempuan itu. Sehingga ia tak dapat menutupi ekspresi keterkejutan dirinya saat ini.“Aku pun sangat terkejut dengan apa yang dikatakan oleh Tuan Andika, tetapi dia berbicara dengan nada sangat serius sekali,” ucap Cantika seakan mengetahui isi pikiran dari Maura.Maura memilih berdehem beberapa kali untuk menetralkan perasaannya saat ini.“Tapi bukankah itu bagus kalau dia tak ada di sini? Bukan maksudku untuk menghasutmu, tetapi kalau tidak ada dia bukankah tempat ini akan menjadi sangat nyaman?” Maura mengukirkan senyuman di bibir. Maura merasa kalau tidak ada Kartika, suasana di dalam kediaman ini akan lebih meriah dan tak dingin lagi. Karena nyonya di kediaman ini sekarang sudah berganti menjadi Cantika, gadis periang dan ramah dari penglihatan Maura sendiri.
Cantika langsung memukul Maura, setelah mendengar gadis di depannya ini mengatakan hal seperti itu. “Aku kan sudah bilang, kalau aku nyaman memakai pakaian ini. Lagi pula aku melihat sendiri, kalau orang lain itu memakai pakaian seperti ini juga, jadi pakaianku tidak seburuk itu!” gerutu Cantika panjang lebar. “Tapi kan, itu orang biasa! Sedangkan kamu sekarang adalah istri orang kaya, bahkan orang kaya nomor satu di Indonesia ini. Seharusnya kau tidak memakai pakaian jelek seperti ini.” Maura mengatakan itu dengan bibir cemberut, ia merasa Cantika tak bisa menggunakan posisinya sekarang. Padahal kalau Maura yang berada di posisi Cantika sekarang, ia akan menghambur-hamburkan uang Andika. Karena bukankah lelaki itu sering berlaku kasar dan bisa saja menyakitkan hati, sehingga membuat menghibur diri dengan berbelanja sebanyak mungkin. “Apa mungkin kau tidak menyukai pakaian, karena ingin mengumpulkan emas atau apapun yang bisa dijual?” Mata Maura berbinar-binar mengatakan hal itu.
Betapa terkejutnya Maura melihat respon dari pegawai di toko perhiasan ini. Ia ingin sekali memarahi perempuan di depannya sekarang. Akan tetapi, Cantika malah memegang tangannya mengisyaratkan untuk tetap diam saja. “Seharusnya kau melayani pengunjung yang datang dengan ramah, bukan malah merendahkannya. Apakah karena penampilan kami sekarang?” Cantika menatap penuh selidik kepada perempuan di depan matanya ini “Kau tahu sendiri bagaimana penampilanmu! Cobalah lihat pengunjung yang datang kemari bukanlah orang-orang berpenampilan seperti kalian, mereka elegan dengan semua barang branded membungkus tubuhnya.” Perempuan itu menunjuk salah satu pengunjung yang datang. Memang tanpa bertanya pun, Cantika tahu kalau orang itu adalah orang kaya. Melihat penampilan dirinya dan Maura saat ini, memang terlihat sekali kalau tidak akan mampu membeli perhiasan di sini. Betapa menyesalnya ia mengikuti gadis di sampingnya. “Sebaiknya kita segera pergi saja dari sini, karena kita salah tempat.”
Mungkin sebenarnya mereka tak bisa membeli kalung itu seumur hidup, lantaran harganya yang sangat mahal sekali. Membuat kedua gadis itu terdiam dan meneguk ludahnya beberapa. Lisa yang sadar kalau kedua gadis di depannya ini tidak mampu membeli kalung itu, membuat ia menjadi tertawa dengan keras. Pandangan matanya terlihat sangat meremehkan kepada Maura dan Cantika. “Aku kan sudah bilang, kalau kalian tidak akan mampu membelinya. Jadi sebaiknya kalian menjauh dari sini saja!” usir Lisa dengan angkuh. Perempuan itu sangat senang sekali bisa mengusir kedua gadis menyebalkan di depan mata. Padahal tidak mampu membeli satu kalung pun, tetapi dengan sombongnya ingin membuat dirinya dipecat sebagai penanggung jawab. Lisa tak mudah mendapatkan posisi ini, bahkan ia harus merayu pamannya untuk mendapatkannya.“Ya, sudah. Sebaiknya kita pergi saja, Maura,” bisik Cantika pelan. Maura melihat perempuan itu sedang tertawa-tawa dan memandangnya dengan remeh, membuat ia menjadi geram. Namun, ia
Cantika mengerutkan dahinya menatap ke arah Maura, ia sama sekali tidak mengerti apa yang gadis tersebut pikirkan saat ini. Yang ada di dalam pikirannya sekarang adalah, bagaimana cara mengambil kartu hitam tersebut? Sehingga tidak akan membuat Andika menjadi marah kepada mereka. Cantika tidak mengkhawatirkan dirinya sendiri, tetapi ia sangat mengkhawatirkan gadis yang berada di sampingnya sekarang. Kemungkinan besar, Andika akan memarahi Maura atau malah melakukan sesuatu kepada gadis tersebut. Ia tidak tega membayangkan hal itu terjadi di depan mata, memang kemungkinan dirinya bisa menghentikan seperti Kartika kemarin. Hanya saja Cantika tidaklah yakin kalau dirinya bisa melakukan hal yang sama dua kali, apalagi kasus sekarang sangat berbeda “Sebaiknya kita ambil saja kartu hitam itu dengan paksa, kalau dia tidak mau memberikannya,” gumam Cantika berbisik kepada Maura “Tenanglah. Kalau kita melakukan seperti itu nanti kita yang akan mendapatkan masalah di sini, jadi aku akan mema
Lisa yang sedari tadi terlihat angkuh dengan tubuh tegapnya, sekarang menjadi membungkukkan dan menundukkan kepalanya, ia sangat takut sekali melihat Andika yang sedang marah kepada dirinya. Maura yang berada di belakang Andika, hanya tertawa kecil melihat perempuan itu menjadi ketakutan. ‘Rasakan! Sudah dibilangin, tapi tetap saja tidak mempercayainya!’ gerutu Maura di dalam hatinya.“Katakan kepadaku, siapa yang ingin kau laporkan?” Andika bersedekap dada, menatap sinis kepada Lisa.“Maaf, Tuan. Saya tidak mengetahui kalau gadis itu adalah istri Anda. Saya mengira dia hanyalah seseorang penipu saja.” Lisa menundukkan kepalanya dengan tubuh yang gemetar ketakutan. “Bukankah mereka sudah bilang kalau tidak berbohong, tapi kenapa kau malah tidak mempercayainya?” Mata elang Andika terus saja menatap penuh mengintimidasi Lisa.“Itu semua karena mereka terlihat sangat sombong sekali, padahal tidak mam
Andika menendang pintu rumah Kartika dengan kuat sampai membuat pintu tersebut terbuka lebar. Terlihat di sana perempuan itu sedang memakai masker wajah dan hanya menggunakan jubah mandi saja duduk di ruang tamu. “Kalau masuk seharusnya ketuk dulu pintunya, jangan malah didobrak seperti itu.” Kartika melepas timun yang berada di matanya, ia terlihat tenang menatap Andika. “Untuk apa aku mengetuk pintumu? Sedangkan aku datang kemari bukan untuk berbicara baik-baik!” Andika mendekat dan menarik jubah Kartika supaya perempuan itu berdiri. Akan tetapi, tak diduga oleh Andika Kartika terlihat sangat tenang sekali, tidak ada raut ketakutan yang terukir di wajah perempuan tersebut. Sehingga membuat ia menjadi merasa sangat heran sekali. “Lepaskan dulu!” Kartika menepis tangan Andika dengan kasar, tetapi tak kunjung membuat lelaki itu melepaskan cengkraman.“Katakan dulu di mana Cantika! Aku sangat yakin kalau kau yang menyembunyikannya!” Mata elang Andika menatap penuh mengintimidasi kep
Andika yang bagus saja pulang dari bekerja merasa sangat lelah sekali. Alhasil ia ingin menemui Cantika supaya bisa menghilangkan rasa penat dirasa. Akan tetapi, sudah mencari kesana-kemari gadis kecil tersebut tidak berada di manapun. Andika menjadi melangkah untuk mencari keberadaan Cantika. Lelaki tersebut membuka semua ruangan yang berada di dalam kediamannya, tanpa terlewat satu pun sampai di tempat terakhir, yaitu kamar Maura.Kamar Maura yang tidak dikunci membuat gadis di dalamnya menjadi terkejut dan langsung beranjak dari duduknya saat pintu dibuka tanpa permisi. Ia terlihat takut-takut menatap ke arah Andika, lantaran ekspresi dari lelaki itu sangat berbeda dari biasanya. Yaitu lebih dingin dan kejam. “Ke mana Cantika? Aku sudah mencarinya di seluruh kediaman ini, tetapi dia tidak kunjung terlihat di manapun!” Andika menatap penuh selidik kepada Maura. Maura menjadi gelagapan lantaran yang merasa terkejut karena s
“Tidak mungkin! Anda pasti berbohong kepada saya!” Cantika menggeleng kepalanya pelan sambil semakin derasnya linangan air mata.Kartika tersenyum tipis menatap Cantika. “Mulutmu berkata tidak percaya, tetapi hatimu malah membenarkan apa yang aku katakan.”Cantikan menyentuh kedua pipinya yang sekarang sudah basah akibat linangan air mata semakin deras. Ia dengan cepat mengambil tisu yang berada di depan mata.“Dia memang yang menabrak ayahmu, coba kau tanyakan saja kepada dia. Tapi pasti dia akan berbohong kepadamu, karena orang seperti dia mana mungkin mengakui kesalahannya dengan mudah seperti itu.” Kartika menepuk pundak Cantika, ia pun kemudian pergi menjauh dari sana.Karena Kartika tahu sekarang sudah hampir lima menit, membuat ia memilih untuk pergi lebih awal, supaya tidak ketahuan oleh para penjaga Cantika. Saat perempuan tersebut melewati satu meja, ia menatap dan menganggukkan kepala kepada orang yang duduk di sana.Orang itu
Cantika membelalakkan mata menatap Kartika yang sekarang berdiri di depan matanya. Namun, seketika ia baru saja teringat kalau perempuan itu dilarang untuk mendekati dirinya. “Bukankah Anda dilarang untuk bertemu dengan saya, tetapi kenapa Anda malah mengatakan omong kosong itu supaya saya datang kemari?” Cantika menaikkan sebelah alisnya menatap ke arah Kartika. Kartika berdecak kesal mendengar hal itu, karena ia merasa kalau Cantika mengira adalah seseorang yang pantas untuk ia temui, padahal nyatanya tidak seperti itu. Semuanya ia lakukan untuk dirinya sendiri, perempuan tersebut tidak peduli apapun yang terjadi kepada gadis kecil itu. Hanya saja Kartika harus menahan diri, supaya tidak terlalu terlihat kalau ia sekarang disuruh oleh Jack dan tentu saja tujuannya ingin mendapatkan Andika, sumber uang yang tak akan pernah habis. “Sebaiknya kita duduk dulu di sana, karena aku sudah memesan tempat khu
Mata Cantika menjadi berkaca-kaca menatap isi pesan tersebut, sehingga ia tanpa sadar menjatuhkan bulir bening dari kedua sudut matanya. Dengan cepat ia menyeka, lantaran ia sadar kalau pesan dari orang tak dikenal itu bisa saja hanyalah kebohongan belaka.Akan tetapi, Cantika tetap saja merasa kalau kepikiran dengan pesan tersebut. Sehingga mulai membuat ia menjadi terus melamun. “Kau kenapa? Bukankah kau seharusnya sangat senang karena sudah habis berbelanja?” Andika menatap lekat ke arah Cantika yang berada di sampingnya.Karena sekarang malam hari, mereka sedang tidur bersama di satu ranjang yang sama. Andika jadi melihat kalau Cantika terus saja melamun sedari tadi, padahal dirinya tahu kalau seorang perempuan pasti akan sangat suka sekali berbelanja sama seperti Kartika. Kartika saja sangat senang sekali setiap habis berbelanja, sehingga perempuan tersebut menjadi bersikap manis kepadanya, tetapi Cantika malah sedari ta
Maura menjadi gelagapan melihat Cantika yang tiba-tiba pingsan. Alhasil ia tak bisa berpikir jernih dan malah menjadi mondar-mandir lantaran merasa bingung melakukan apa kepada gadis pingsan di depan mata. Ingin memanggil seseorang untuk meminta bantuan, tetapi Maura terlalu takut untuk melakukan hal itu. Alhasil sekarang ia berusaha untuk membawa Cantika dengan susah payah ke ranjang, tak lupa ia pun pergi ke dapur untuk menyiapkan teh panas dan mengambil minyak angin di dalam kamarnya sendiri. Saat Maura masuk ke dalam kamar Cantika masih tak sadarkan diri, membuat ia mengoleskan minyak angin ke perut gadis tersebut dan tak lupa menciumkan aromanya ke hidung. Tak menunggu waktu lama, akhirnya gadis itu tersadar membuat perasaan ia menjadi sangat lega sekali melihat itu.“Sebaiknya kau bangun secara perlahan, karena kau habis pingsan di kamar mandi. Beruntung aku cepat menangkapmu.” Maura membantu Cantika untuk duduk secara perlahan.
Akan tetapi, Jack malah memaksa untuk Kartika mengikutinya masuk ke dalam mobil, membuat perempuan tersebut tidak memiliki pilihan lain sehingga ikut masuk ke dalam “Apa yang ingin kau tanyakan kepadaku? Tanyakan saja!” Jack menatap lekat ke arah Kartika. “Aku hanya ingin bertanya, kenapa kau ingin membantuku? Walaupun hubungan kalian tidak terlalu baik, tetapi kau bukanlah orang yang bisa menghianatinya karena bisnis kalian itu.” Kartika bersedekap dada sambil menatap Jack dengan tatapan penuh selidik.Jack tertawa dengan keras, “Kau ingin aku menjawab jujur atau berbohong?” tanyanya. “Tentu saja jujur. Siapa yang ingin dibohongi oleh seseorang?” ucap Kartika dengan tegas.Kartika terus saja memperhatikan ke arah Jack, karena ia berpikir kalau lelaki itu pasti memiliki sesuatu yang diinginkan. Sehingga membuat ia memilih untuk berhati-hati, takutnya kalau Jack akan meminta sesuatu yang tak dapat dirinya kabulk
Hanya umpatan yang bisa dikatakan Kartika saat i, ia tidak bisa memberikan pelajaran kepada Cantika. Karena setelah apa yang Lisa lakukan tadi membuat Andika menjadi menempatkan dua orang menjaga gadis kecil itu. Akan tetapi, saat perempuan itu ingin mengikuti Cantika lagi. Ada sentuhan di pundaknya, membuat Kartika menjadi ragu untuk menoleh lantaran mengira kalau orang itu adalah penjaga yang menjaga gadis tersebut. “Rupanya sekarang aku ketahuan,” gumam Kartika pelan. “Ketahuan oleh siapa?” Jack yang berada di belakang mengerutkan dahinya Kartika sadar kalau seseorang yang berada di belakangnya bukanlah penjaga yang menjaga Cantika, membuat ia menjadi menoleh menatap lelaki tampan di belakangnya.“Oh, hai, Jack!” sapa Kartika dengan lembut“Kau sekarang baru saja terlihat ramah, tadi padahal selalu mengepalkan tangan dengan wajah yang sangat merah,” ejek Jack dengan tertawa kecil.
Cantika merasakan ada sesuatu yang dingin menyentuh lehernya, ia pun membuka matanya secara perlahan untuk melihat. Pertama kali yang ia lihat adalah Andika sudah menjauh dari dirinya dan lantas membuat gadis kecil itu memegang leher.“Kalung?” Cantika mengerutkan dahinya.“Iya, kalung. Daripada memakai barang yang rusak lebih baik kau memakai itu saja di lehermu.” Andika menjawab sambil menunjukkan cermin kecil kepada sang gadis. Cantika lantas segera mengambil cermin itu, ia pun melihat kalung yang diberikan oleh Andika. Kalung itu sangatlah cantik dan tidak berlebihan di mata, tetapi gadis tersebut tetap merasa sayang kepada kalung yang rusak. Kalau sampai Andika membelikan kalung baru untuknya, berarti keputusan lelaki itu tetap saja untuk membuang kalung rusak tersebut. “Tapi bagaimana dengan kalung itu?” Cantikan menoleh menatap lekat kepada Andika, terlihat guratan khawatir di wajahnya “Te