Lisa yang sedari tadi terlihat angkuh dengan tubuh tegapnya, sekarang menjadi membungkukkan dan menundukkan kepalanya, ia sangat takut sekali melihat Andika yang sedang marah kepada dirinya.
Maura yang berada di belakang Andika, hanya tertawa kecil melihat perempuan itu menjadi ketakutan.‘Rasakan! Sudah dibilangin, tapi tetap saja tidak mempercayainya!’ gerutu Maura di dalam hatinya.“Katakan kepadaku, siapa yang ingin kau laporkan?” Andika bersedekap dada, menatap sinis kepada Lisa.“Maaf, Tuan. Saya tidak mengetahui kalau gadis itu adalah istri Anda. Saya mengira dia hanyalah seseorang penipu saja.” Lisa menundukkan kepalanya dengan tubuh yang gemetar ketakutan.“Bukankah mereka sudah bilang kalau tidak berbohong, tapi kenapa kau malah tidak mempercayainya?” Mata elang Andika terus saja menatap penuh mengintimidasi Lisa.“Itu semua karena mereka terlihat sangat sombong sekali, padahal tidak mamLisa sekarang sangat marah sekali melihat ada seseorang yang merekamnya. Sehingga ia menjadi mendekat kepada orang itu untuk mengambil ponsel dan ingin membanting milik orang tersebut ke lantai. Beruntung sekali ada dua penjaga, mereka segera menahan tangannya supaya tidak melakukan hal seperti itu. “Lebih baik seret dia keluar dan jangan biarkan dia masuk lagi ke dalam sini!” perintah Andika kepada dua penjaga yang berada di depan matanya ini. Kedua penjaga itu langsung menurut dengan apa yang dikatakan oleh Andika, membuat Lisa menjadi berontak dan berteriak. Lantaran merasa sangat tidak terima sekali, dengan perlakuan lelaki tampan tersebut. Bahkan terdengar sumpah serapah dari perempuan itu, atas kekesalan yang dirasa. Cantika dan Maura hanya terdiam membisu, mereka tidak menyangka kalau Andika bisa melakukan hal tersebut di pusat perbelanjaan ini. “Kau ingin membeli apa? Sekarang tidak ada lagi yang menghinamu dan guna
Tak peduli dengan pandangan orang sekitar Cantika tetap saja menangis, lantaran ia merasa sangat takut, dan sayang sekaligus melihat kalung yang harganya sangat mahal sekali itu putus dan berhamburan ke lantai. Betapa terkejutnya Cantika saat ini. Sehingga ia tidak bisa berpikir jernih dan membuat air matanya terus meluncur dengan derasnya. Maura pun merasakan sama melihat hal itu, tetapi ia mendongak melihat respon dari lelaki tampan itu. Andika malah hanya diam di tempat, sambil menatap kalung yang sudah berhamburan ke bawah. Membuat pikirannya menjadi semakin kalut mengkhawatirkan Cantika yang akan kena amarah lelaki tersebut.Maura memilih untuk berlindung di balik punggung besar Jeremy. Tak sanggup melihat kalau Cantika akan diperlakukan kasar oleh Andika di tempat umum, seperti sekarang. Walaupun akan ada yang merekam seperti tadi, memangnya orang tersebut bisa apa? Andika adalah orang yang kaya, jadi dengan mudah bisa menutupi hal t
Cantika merasakan ada sesuatu yang dingin menyentuh lehernya, ia pun membuka matanya secara perlahan untuk melihat. Pertama kali yang ia lihat adalah Andika sudah menjauh dari dirinya dan lantas membuat gadis kecil itu memegang leher.“Kalung?” Cantika mengerutkan dahinya.“Iya, kalung. Daripada memakai barang yang rusak lebih baik kau memakai itu saja di lehermu.” Andika menjawab sambil menunjukkan cermin kecil kepada sang gadis. Cantika lantas segera mengambil cermin itu, ia pun melihat kalung yang diberikan oleh Andika. Kalung itu sangatlah cantik dan tidak berlebihan di mata, tetapi gadis tersebut tetap merasa sayang kepada kalung yang rusak. Kalau sampai Andika membelikan kalung baru untuknya, berarti keputusan lelaki itu tetap saja untuk membuang kalung rusak tersebut. “Tapi bagaimana dengan kalung itu?” Cantikan menoleh menatap lekat kepada Andika, terlihat guratan khawatir di wajahnya “Te
Hanya umpatan yang bisa dikatakan Kartika saat i, ia tidak bisa memberikan pelajaran kepada Cantika. Karena setelah apa yang Lisa lakukan tadi membuat Andika menjadi menempatkan dua orang menjaga gadis kecil itu. Akan tetapi, saat perempuan itu ingin mengikuti Cantika lagi. Ada sentuhan di pundaknya, membuat Kartika menjadi ragu untuk menoleh lantaran mengira kalau orang itu adalah penjaga yang menjaga gadis tersebut. “Rupanya sekarang aku ketahuan,” gumam Kartika pelan. “Ketahuan oleh siapa?” Jack yang berada di belakang mengerutkan dahinya Kartika sadar kalau seseorang yang berada di belakangnya bukanlah penjaga yang menjaga Cantika, membuat ia menjadi menoleh menatap lelaki tampan di belakangnya.“Oh, hai, Jack!” sapa Kartika dengan lembut“Kau sekarang baru saja terlihat ramah, tadi padahal selalu mengepalkan tangan dengan wajah yang sangat merah,” ejek Jack dengan tertawa kecil.
Akan tetapi, Jack malah memaksa untuk Kartika mengikutinya masuk ke dalam mobil, membuat perempuan tersebut tidak memiliki pilihan lain sehingga ikut masuk ke dalam “Apa yang ingin kau tanyakan kepadaku? Tanyakan saja!” Jack menatap lekat ke arah Kartika. “Aku hanya ingin bertanya, kenapa kau ingin membantuku? Walaupun hubungan kalian tidak terlalu baik, tetapi kau bukanlah orang yang bisa menghianatinya karena bisnis kalian itu.” Kartika bersedekap dada sambil menatap Jack dengan tatapan penuh selidik.Jack tertawa dengan keras, “Kau ingin aku menjawab jujur atau berbohong?” tanyanya. “Tentu saja jujur. Siapa yang ingin dibohongi oleh seseorang?” ucap Kartika dengan tegas.Kartika terus saja memperhatikan ke arah Jack, karena ia berpikir kalau lelaki itu pasti memiliki sesuatu yang diinginkan. Sehingga membuat ia memilih untuk berhati-hati, takutnya kalau Jack akan meminta sesuatu yang tak dapat dirinya kabulk
Maura menjadi gelagapan melihat Cantika yang tiba-tiba pingsan. Alhasil ia tak bisa berpikir jernih dan malah menjadi mondar-mandir lantaran merasa bingung melakukan apa kepada gadis pingsan di depan mata. Ingin memanggil seseorang untuk meminta bantuan, tetapi Maura terlalu takut untuk melakukan hal itu. Alhasil sekarang ia berusaha untuk membawa Cantika dengan susah payah ke ranjang, tak lupa ia pun pergi ke dapur untuk menyiapkan teh panas dan mengambil minyak angin di dalam kamarnya sendiri. Saat Maura masuk ke dalam kamar Cantika masih tak sadarkan diri, membuat ia mengoleskan minyak angin ke perut gadis tersebut dan tak lupa menciumkan aromanya ke hidung. Tak menunggu waktu lama, akhirnya gadis itu tersadar membuat perasaan ia menjadi sangat lega sekali melihat itu.“Sebaiknya kau bangun secara perlahan, karena kau habis pingsan di kamar mandi. Beruntung aku cepat menangkapmu.” Maura membantu Cantika untuk duduk secara perlahan.
Mata Cantika menjadi berkaca-kaca menatap isi pesan tersebut, sehingga ia tanpa sadar menjatuhkan bulir bening dari kedua sudut matanya. Dengan cepat ia menyeka, lantaran ia sadar kalau pesan dari orang tak dikenal itu bisa saja hanyalah kebohongan belaka.Akan tetapi, Cantika tetap saja merasa kalau kepikiran dengan pesan tersebut. Sehingga mulai membuat ia menjadi terus melamun. “Kau kenapa? Bukankah kau seharusnya sangat senang karena sudah habis berbelanja?” Andika menatap lekat ke arah Cantika yang berada di sampingnya.Karena sekarang malam hari, mereka sedang tidur bersama di satu ranjang yang sama. Andika jadi melihat kalau Cantika terus saja melamun sedari tadi, padahal dirinya tahu kalau seorang perempuan pasti akan sangat suka sekali berbelanja sama seperti Kartika. Kartika saja sangat senang sekali setiap habis berbelanja, sehingga perempuan tersebut menjadi bersikap manis kepadanya, tetapi Cantika malah sedari ta
Cantika membelalakkan mata menatap Kartika yang sekarang berdiri di depan matanya. Namun, seketika ia baru saja teringat kalau perempuan itu dilarang untuk mendekati dirinya. “Bukankah Anda dilarang untuk bertemu dengan saya, tetapi kenapa Anda malah mengatakan omong kosong itu supaya saya datang kemari?” Cantika menaikkan sebelah alisnya menatap ke arah Kartika. Kartika berdecak kesal mendengar hal itu, karena ia merasa kalau Cantika mengira adalah seseorang yang pantas untuk ia temui, padahal nyatanya tidak seperti itu. Semuanya ia lakukan untuk dirinya sendiri, perempuan tersebut tidak peduli apapun yang terjadi kepada gadis kecil itu. Hanya saja Kartika harus menahan diri, supaya tidak terlalu terlihat kalau ia sekarang disuruh oleh Jack dan tentu saja tujuannya ingin mendapatkan Andika, sumber uang yang tak akan pernah habis. “Sebaiknya kita duduk dulu di sana, karena aku sudah memesan tempat khu