Maura tak dapat menahan lagi untuk mengeluarkan kentutnya, tanpa sengaja ia mengeluarkannya tepat di dalam pelukan Andika.
‘Terserahlah, lagi pula salah dia sendiri yang tak melepaskanku.’ Maura bergumam di dalam hati sambil menutupi wajahnya dengan kedua tangan.Pelukan Andika mengendur, membuat Maura segera berlari untuk mengambil obat yang ada di tangan bawahan Diana.“Di mana dia?” Mata Maura menatap setiap sudut ruangan mencari keberadaan bawahan Diana itu. “ketemu!”Bergegas untuk mendekat kepada seseorang yang mengenakan topi untuk menutupi wajahnya. Orang itu mengenakan pakaian pengawal.“Kau kan orangnya?” Maura langsung menengadahkan tangannya untuk meminta obat.Orang itu tanpa mengatakan sepatah kata pun langsung memberikan obat kepada Maura.Maura langsung menyambut obat itu, ia berlari menuju dapur untuk segera meminumnya. Tak mungkin ia meminum di dalam kamar, karena And“Kalau kalian tahu Sonia adalah kekasihku, berarti kalian seharusnya tahu siapa orang yang menyuruhku?” Seringai tipis terukir di bibir lelaki itu.“Aku hanya ingin memastikan sesuatu kepadamu, apakah memang seperti yang aku pikirkan?” Senyum sangat tipis terukir di bibir Andika.Sampai-sampai orang lain tidak bisa melihat senyuman oleh Andika itu, kalau tidak memperhatikan dirinya dengan teliti.Sementara itu, lelaki yang sedang duduk di kursi dengan kondisi terikat itu hanya diam saja, ia tidak mengatakan apapun kepada Andika. Membuat Andika yang sudah tidak sabar menjadi sangat geram kepada orang itu. “Bukankah aku sudah bilang kepadamu, kalau kau harus mengatakan siapa orang itu kalau tidak ingin melihat bagian tubuh kekasihmu itu sampai kemari. “Andika mengancam sambil menatap tajam pada lelaki itu. Andika mengisyaratkan sesuatu kepada Jeremy, lelaki berkacamata itu langsung memainkan ponselnya dan menyerah
Tommy yang tak mendengar tanggapan apapun dari orang yang sudah ia pukuli itu langsung mengambil ponsel di dalam saku celananya. Ia pun langsung menyalakan cahaya senter ponsel itu untuk mengetahui siapa gerangan orang di depannya ini.“Arel, kenapa kau ada di sini?” Mata Tommy melotot tak percaya kalau Ariel datang kemari. Tommy pun membantu Ariel untuk bangun terlebih dahulu, ia langsung menarik lelaki tersebut untuk keluar dari sini melalui pintu yang dimaksud oleh Andika. “Kau belum mengatakan kenapa kau kemari?” Tommy bertanya dengan nada penasaran.“Kita masuk dulu ke dalam mobil, karena ini masih di wilayah Andika. Khawatir kalau ada seseorang yang mengetahui keberadaan kita di sini.” Arel masuk lebih dulu ke dalam mobil. Tommy pun menyusul masuk ke dalam mobil milik Arel, ia duduk tepat di samping lelaki tersebut. Tak lama mobil pun mulai melaju meninggalkan wilayah Andika tersebut. Tommy
Cantika menjadi gemetar melihat tangannya bersimbah dengan darah, ia pun mundur secara perlahan sampai tubuhnya terbentur dinding.Karena Cantika yang tak memperhatikan sekitar, ia tak sadar kalau Diana mendekat ke arahnya dan langsung menjambak rambut.“Sialan sekali kau! Sudah diberi makan dan diperlakukan dengan baik, malah berani sekali melukai diriku ini.” Diana menjambak rambut Cantika dengan sangat keras, ia sekarang sangat kesetanan lantaran luka di lehernya.Cantika yang belum siap menghadapi Diana pun langsung diseret oleh gadis itu. Ia terus saja meringis kesakitan dengan tangan memegangi rambutnya. Akan tetapi, Diana tetap tidak melepaskan dirinya sedari tadi.“Ngomong-ngomong, Diana. Jambakanmu kurang kuat dari Kartika, sehingga aku tidak terlalu merasa kesakitan. Coba kalau kau merasakan jambakan perempuan itu, mungkin kau akan menangis histeris seperti tadi!” ledek Cantika sambil terus memegangi rambutnya.
Melihat Maura menjadi murung, membuat hati Andika terasa terenyuh. Karena wajah gadis itu sangat mirip dengan Cantika, sehingga membuat ia menjadi tidak tega.“Sebagai gantinya, kau bisa berbelanja sepuasmu dengan Jeremy.” Andika langsung meninggalkan kedua orang itu untuk pergi. Mendengar hal itu membuat Maura menjadi senang sekali. Ia menjadi meloncat-loncat kegirangan dan bahkan mencium pipi Andika sebelum lelaki itu benar-benar pergi. “Tunggu sebentar, aku akan mengganti pakaian terlebih dahulu!” Maura langsung lari ke dalam kamar.Tetap saja di dalam kamar ia merasa kesal saat melihat lemari pakaian Cantika. Andaikan dirinya bisa ia ingin membawa pakaian dari tempat Diana kemari, tetapi sayangnya hal tersebut tidaklah mungkin terjadi. Sehingga membuat ia memilih untuk mengambil pakaian asal. “Lagi pula aku kan adalah orang yang cantik, jadi pasti kalau memakai apapun tidak akan jadi masalah.” Maura menatap
“Hei, kau lama sekali di sana. Cepat kemari! Memang sebenarnya apa yang kau lakukan sehingga menjadi sangat lama?” Maura menatap tajam lelaki berkacamata itu. Gadis tersebut memandang dari bawah sampai ke atas, lalu langsung merebut ponsel yang ada di tangan Jeremy. “Sebenarnya kau melakukan apa dengan ponselku?” Maura melihat ponselnya dengan sangat teliti.“Bukankah saya sudah berkata, saya hanya meminjam untuk menelpon Tuan Andika? Tuan Andika pun mengatakan banyak hal membuat saya menjadi tidak bisa menutup telepon itu secepat mungkin dan saya pun harus mencatat nomor Tuan terlebih dahulu karena rupanya Anda lupa menyimpan nomor suami Anda sendiri,” ucap Jeremy menjelaskan panjang lebar kepada Maura. Maura langsung membuka riwayat panggilan, di sana memang tertera satu nomor bekas Jeremy menelpon. Bahkan di sana ada waktu panggilan tertera selama sebelas menit, membuat ia menjadi percaya apa yang dikatakan oleh Jeremy.
“Tuan tadi meminta tolong kepada pelayan di rumah untuk mengantarkan ponsel saya ke pusat perbelanjaan. Karena tuan marah lantaran saya ceroboh,” jawab Jeremy tanpa berkedip sedikit pun. Maura yang sedari tadi menatap ke arah Jeremy pun yakin kalau lelaki berkacamata itu tidaklah berbohong. Karena ia tahu kalau seseorang berkata tanpa mengedipkan mata sedikitpun, berarti tidaklah berbohong. Tak lama mobil yang mereka tumpangi tadi akhirnya datang, membuat Maura langsung masuk ke kursi belakang. Sementara Jeremy memasukkan belanjaan milik gadis tersebut ke dalam bagasi mobil.“Tolong cepat ya, karena aku sudah sangat lelah sekali jadi ingin cepat beristirahat di rumah.” Maura mengipasi wajahnya dengan tangan.Padahal pendingin di dalam mobil menyala, tetapi karena Maura sangat lelah sehingga membuatnya merasa sangat kepanasan. Dirinya mulai membayangkan berendam di dalam bathtub mewah di rumah Andika sambil meminum minuman din
Andika melihat ke sekeliling untuk memastikan kalau sekarang adalah bukan jebakan. Benar saja, baru saja ia melangkahkan kaki untuk mendekati wanita yang berada di tengah ruangan itu, sudah ada seseorang yang ingin menembaknya. Beruntung sekali ia menggunakan rompi anti peluru dan membawa pengawal elitnya. Sehingga Andika dapat terselamatkan dari peluru yang ingin menembus jantungnya. “Memang sepatutnya sebagai seorang miliarder memiliki banyak pengawal dan menyiapkan semuanya dengan baik.” Arel bertepuk tangan dengan keras, ia sangat menikmati pemandangan ini.“Cepat lepaskan Cantika! Karena dia tidak ada hubungannya dengan keluargaku!” Andika berteriak sambil mengarahkan senjata apinya kepada Arel.“Sayangnya aku tidak mau, jadi rebut saja Cantika sekarang dari tanganku,” tolak Arel langsung mundur beberapa langkah dari mereka.Arel diikuti beberapa orang yang menjaganya, lelaki itu terlihat ke arah belakang g
Tangan Andika sekarang sedang memapah Cantika yang pingsan, ia menjadi kesulitan untuk memegangi senjata membidik ke arah Diana. Ia pun melirik ke arah sekeliling, tetapi para pengawal yang ia bawa semuanya sibuk menyerang bawahan Arel.“Kau tidak perlu repot-repot meminta bantuan oleh para bawahanmu itu. Karena kau lihat sendiri mereka sedang sibuk, jadi tidak ada yang melindungimu saat ini. Sekarang kau akan habis di tanganku.” Diana bersiap menarik pelatuknya, tidak diduga oleh gadis itu ada seseorang yang menembak tepat di bagian dadanya. Diana menjadi terjatuh dan ia pun batuk darah, lantaran merasa sangat sakit sekali di bagian dadanya.Arel yang melihat Diana yang tertembak, menjadi mengejar gadis tersebut. Ia menatap Andika yang berada di depan matanya, tetapi bukan lelaki tersebut pelakunya.Dari kegelapan datang seorang lelaki bertubuh tinggi, orang itu adalah Jack. Ia yang menembak Diana dengan senjata api miliknya.