Tommy yang tak mendengar tanggapan apapun dari orang yang sudah ia pukuli itu langsung mengambil ponsel di dalam saku celananya. Ia pun langsung menyalakan cahaya senter ponsel itu untuk mengetahui siapa gerangan orang di depannya ini.
“Arel, kenapa kau ada di sini?” Mata Tommy melotot tak percaya kalau Ariel datang kemari.Tommy pun membantu Ariel untuk bangun terlebih dahulu, ia langsung menarik lelaki tersebut untuk keluar dari sini melalui pintu yang dimaksud oleh Andika.“Kau belum mengatakan kenapa kau kemari?” Tommy bertanya dengan nada penasaran.“Kita masuk dulu ke dalam mobil, karena ini masih di wilayah Andika. Khawatir kalau ada seseorang yang mengetahui keberadaan kita di sini.” Arel masuk lebih dulu ke dalam mobil.Tommy pun menyusul masuk ke dalam mobil milik Arel, ia duduk tepat di samping lelaki tersebut.Tak lama mobil pun mulai melaju meninggalkan wilayah Andika tersebut. TommyCantika menjadi gemetar melihat tangannya bersimbah dengan darah, ia pun mundur secara perlahan sampai tubuhnya terbentur dinding.Karena Cantika yang tak memperhatikan sekitar, ia tak sadar kalau Diana mendekat ke arahnya dan langsung menjambak rambut.“Sialan sekali kau! Sudah diberi makan dan diperlakukan dengan baik, malah berani sekali melukai diriku ini.” Diana menjambak rambut Cantika dengan sangat keras, ia sekarang sangat kesetanan lantaran luka di lehernya.Cantika yang belum siap menghadapi Diana pun langsung diseret oleh gadis itu. Ia terus saja meringis kesakitan dengan tangan memegangi rambutnya. Akan tetapi, Diana tetap tidak melepaskan dirinya sedari tadi.“Ngomong-ngomong, Diana. Jambakanmu kurang kuat dari Kartika, sehingga aku tidak terlalu merasa kesakitan. Coba kalau kau merasakan jambakan perempuan itu, mungkin kau akan menangis histeris seperti tadi!” ledek Cantika sambil terus memegangi rambutnya.
Melihat Maura menjadi murung, membuat hati Andika terasa terenyuh. Karena wajah gadis itu sangat mirip dengan Cantika, sehingga membuat ia menjadi tidak tega.“Sebagai gantinya, kau bisa berbelanja sepuasmu dengan Jeremy.” Andika langsung meninggalkan kedua orang itu untuk pergi. Mendengar hal itu membuat Maura menjadi senang sekali. Ia menjadi meloncat-loncat kegirangan dan bahkan mencium pipi Andika sebelum lelaki itu benar-benar pergi. “Tunggu sebentar, aku akan mengganti pakaian terlebih dahulu!” Maura langsung lari ke dalam kamar.Tetap saja di dalam kamar ia merasa kesal saat melihat lemari pakaian Cantika. Andaikan dirinya bisa ia ingin membawa pakaian dari tempat Diana kemari, tetapi sayangnya hal tersebut tidaklah mungkin terjadi. Sehingga membuat ia memilih untuk mengambil pakaian asal. “Lagi pula aku kan adalah orang yang cantik, jadi pasti kalau memakai apapun tidak akan jadi masalah.” Maura menatap
“Hei, kau lama sekali di sana. Cepat kemari! Memang sebenarnya apa yang kau lakukan sehingga menjadi sangat lama?” Maura menatap tajam lelaki berkacamata itu. Gadis tersebut memandang dari bawah sampai ke atas, lalu langsung merebut ponsel yang ada di tangan Jeremy. “Sebenarnya kau melakukan apa dengan ponselku?” Maura melihat ponselnya dengan sangat teliti.“Bukankah saya sudah berkata, saya hanya meminjam untuk menelpon Tuan Andika? Tuan Andika pun mengatakan banyak hal membuat saya menjadi tidak bisa menutup telepon itu secepat mungkin dan saya pun harus mencatat nomor Tuan terlebih dahulu karena rupanya Anda lupa menyimpan nomor suami Anda sendiri,” ucap Jeremy menjelaskan panjang lebar kepada Maura. Maura langsung membuka riwayat panggilan, di sana memang tertera satu nomor bekas Jeremy menelpon. Bahkan di sana ada waktu panggilan tertera selama sebelas menit, membuat ia menjadi percaya apa yang dikatakan oleh Jeremy.
“Tuan tadi meminta tolong kepada pelayan di rumah untuk mengantarkan ponsel saya ke pusat perbelanjaan. Karena tuan marah lantaran saya ceroboh,” jawab Jeremy tanpa berkedip sedikit pun. Maura yang sedari tadi menatap ke arah Jeremy pun yakin kalau lelaki berkacamata itu tidaklah berbohong. Karena ia tahu kalau seseorang berkata tanpa mengedipkan mata sedikitpun, berarti tidaklah berbohong. Tak lama mobil yang mereka tumpangi tadi akhirnya datang, membuat Maura langsung masuk ke kursi belakang. Sementara Jeremy memasukkan belanjaan milik gadis tersebut ke dalam bagasi mobil.“Tolong cepat ya, karena aku sudah sangat lelah sekali jadi ingin cepat beristirahat di rumah.” Maura mengipasi wajahnya dengan tangan.Padahal pendingin di dalam mobil menyala, tetapi karena Maura sangat lelah sehingga membuatnya merasa sangat kepanasan. Dirinya mulai membayangkan berendam di dalam bathtub mewah di rumah Andika sambil meminum minuman din
Andika melihat ke sekeliling untuk memastikan kalau sekarang adalah bukan jebakan. Benar saja, baru saja ia melangkahkan kaki untuk mendekati wanita yang berada di tengah ruangan itu, sudah ada seseorang yang ingin menembaknya. Beruntung sekali ia menggunakan rompi anti peluru dan membawa pengawal elitnya. Sehingga Andika dapat terselamatkan dari peluru yang ingin menembus jantungnya. “Memang sepatutnya sebagai seorang miliarder memiliki banyak pengawal dan menyiapkan semuanya dengan baik.” Arel bertepuk tangan dengan keras, ia sangat menikmati pemandangan ini.“Cepat lepaskan Cantika! Karena dia tidak ada hubungannya dengan keluargaku!” Andika berteriak sambil mengarahkan senjata apinya kepada Arel.“Sayangnya aku tidak mau, jadi rebut saja Cantika sekarang dari tanganku,” tolak Arel langsung mundur beberapa langkah dari mereka.Arel diikuti beberapa orang yang menjaganya, lelaki itu terlihat ke arah belakang g
Tangan Andika sekarang sedang memapah Cantika yang pingsan, ia menjadi kesulitan untuk memegangi senjata membidik ke arah Diana. Ia pun melirik ke arah sekeliling, tetapi para pengawal yang ia bawa semuanya sibuk menyerang bawahan Arel.“Kau tidak perlu repot-repot meminta bantuan oleh para bawahanmu itu. Karena kau lihat sendiri mereka sedang sibuk, jadi tidak ada yang melindungimu saat ini. Sekarang kau akan habis di tanganku.” Diana bersiap menarik pelatuknya, tidak diduga oleh gadis itu ada seseorang yang menembak tepat di bagian dadanya. Diana menjadi terjatuh dan ia pun batuk darah, lantaran merasa sangat sakit sekali di bagian dadanya.Arel yang melihat Diana yang tertembak, menjadi mengejar gadis tersebut. Ia menatap Andika yang berada di depan matanya, tetapi bukan lelaki tersebut pelakunya.Dari kegelapan datang seorang lelaki bertubuh tinggi, orang itu adalah Jack. Ia yang menembak Diana dengan senjata api miliknya.
Semua orang menjadi waspada dengan tingkah Arel sekarang. Alhasil mereka pun menodongkan senjata kepada lelaki yang tengah bersedih itu. Hanya saja tidak yang seperti mereka duga, Arel menembakkan senjata api itu ke kepalanya sendiri dan lelaki tersebut pun langsung mati di tempat. Cantika yang baru saja tersadar melihat Arel mengakhiri hidupnya sendiri, gadis tersebut langsung menutup kedua matanya dengan tangan. “Kau jangan melihatnya! Terus tutup matamu sampai aku bilang buka!” Andika memerintahkan Cantika sambil membawa gadis tersebut menjauh dari sana. Andika mengisyaratkan kepada Jeremy untuk mengurus semuanya. Membuat lelaki berkacamata itu harus tinggal di sana. “Sekarang kau bisa membuka matamu.”Andika menurunkan Cantika di dalam mobil. Cantika membuka matanya perlahan, matanya langsung berembun menatap Andika yang berada di depan. “Apa benar Anda adalah Andika? Apa saya
“Astaga! Aku lupa minta Jeremy untuk membereskan gadis itu.” Andika memandangi Maura yang sekarang sedang gemetar ketakutan.Di dalam hati Maura sekarang mulai menyadari kenapa Diana ataupun Arel tidak ada yang bisa dihubungi. Rupanya karena lelaki yang berada di depannya ini sudah membunuh kedua orang tersebut. Sehingga ia hanya menunggu gilirannya saja, tetapi sebenarnya dirinya tidak ingin dibunuh sama sekali. “Kalau dilihat sekilas dia sangat mirip dengan saya, kenapa gadis yang sangat mirip dengan saya ini ada di sini?” Cantika menatap Maura dengan wajah yang sangat bingung.“Apalagi kalau bukan kedua orang itu ingin supaya aku tidak menyadari kau hilang dari kediaman ini, dan tentu saja supaya mereka dapat mencuri informasi dariku dengan mengandalkan gadis itu,” jelas Andika dengan tertawa kecil. Di dalam hati Andika sangat senang sekali karena ia mengetahui kalau yang berada di depannya beberapa hari lalu adalah bukan