All Chapters of Panglima Kuno Terjebak di Tubuh CEO: Chapter 191 - Chapter 200
373 Chapters
191 - Kabur
Juna mematung sambil memegang ponselnya, lalu menoleh ke Anika yang terdiam. “Jun?” Rinjani bertanya dari seberang sana karena tak mendapatkan respon dari Juna. “Oh, ehem!” Juna tersadar dan berdehem sebentar untuk mengusir kebingungannya. “Bagaimana, Jun? Apakah kamu bersedia?” Rinjani bertanya. Permintaan Rinjani harus Juna pertimbangkan dulu, apakah akan menyakiti perasaan Anika atau tidak. “Rin, bukankah akan repot nantinya kalau Robert tahu aku ini sudah punya istri? Papamu juga pasti akan marah kalau tahu mengenai itu.” Juna menemukan alasan untuk berkelit dari permintaan Rinjani. Hening di seberang, menandakan Rinjani sedang berpikir. “Hm, ya sudah kalau begitu, aku besok kabur saja dulu, keluar rumah.” Rinjani sungguh enteng memutuskan perkara demikian. Setelah itu, Rinjani menyudahi telepon. Alasan yang diberikan Juna sangat masuk akal. Juna menaruh kembali ponselnya ke meja nakas dan kembali mendekat ke Anika. “Nik, itu tadi ….” “Kasihan Rinjani.” Anika tiba-tiba be
Read more
192 - Kalau Aku Jadi Pacarnya
‘Po—posisi macam apa itu?’ batin Anika berteriak melihat adegan di depan mata antara Juna dan Rinjani.Rinjani berada di lantai, menghadap ke Juna yang menekan dari atas. Dua lengan Juna melakukan kuncian, sedangkan dua kaki Rinjani membelit ke leher Juna.“Ah! Sial!” teriak Rinjani ketika dia tidak berhasil membuka kuncian dari Juna.Juna bergegas bangun dari atas Rinjani sembari berkata, “Kamu hanya kurang koordinasi pada kekuatan kamu dan keyakinan mental kamu.”Tangan Juna terulur dan Rinjani meraihnya agar bisa bangun dari lantai. Melihat pemandangan semacam itu, Anika merasa ada yang berdenyut tak nyaman di hatinya.“Oh, Nik!” sapa Juna setelah sadar akan kehadiran Anika di ruangan itu.“A—aku cuma bawa minuman untuk kalian.” Anika menaruh baki yang dia pegang ke meja terdekat. Pipinya terasa panas, entah karena malu atau cemburu.Juna melihat sikap gugup An
Read more
193 - Papa Minta Bertemu Juna
Malam ini, Juna tidak bisa bertandang ke rumah Anika karena ada Rinjani di sana.Dia juga tidak akan tahu betapa rumit wajah Anika ketika mendengar Rinjani bertanya bagaimana jika anak pemilik bank swasta terbesar di Nusantara itu menjadi pacarnya.“Hatshyiiii!” Juna bersin mendadak.‘Hm, apa udara malam ini dingin? Sepertinya tidak.’ Dia menggumam heran dan melihat ke arah jendela, semua sudah dia tutup rapat.***“Pak Juna, selamat! Apartemen Anda langsung ludes laris dalam waktu kurang dari satu bulan!” Saini yang sedang berkunjung di kantor Juna, tak bisa menahan pujiannya.“Itu juga berkat kerja keras Pak Saini dan para tukang semuanya. Kalian mampu merealisasikan keinginan saya sehingga hasilnya sebaik itu.” Juna merendah.Saini memang bukan karyawan Juna, melainkan orang yang disewa oleh Juna untuk mengurus mengenai pembangunan apartemennya.Ketika semua unit apartemen itu
Read more
194 - Apa Kau Menyukai Anakku?
“Hah?” Juna tak bisa menahan suaranya untuk memekik kaget.Sedangkan Anika menaikkan kedua alisnya dengan raut wajah terkejut.“Iya, Jun! Ya ampun, tadi itu papaku.” Rinjani mendekat ke Juna disertai wajah tegang dan sikap panik.“Memangnya tadi kamu bicara apa saja dengan papamu?” tanya Juna sambil terus memandangi wajah panik Rinjani.Rinjani menarik napas terlebih dahulu sebelum dia berkata, “Aku berkata kalau aku tidak ingin jadi istrinya Robert, karena aku sudah punya orang yang aku sukai.”Mendengar cerita Rinjani, Juna sudah bisa menebak alur berikutnya.“Lalu papaku tanya, siapa orangnya. Aku bilang kalau papa mungkin kenal dengan orangnya dan dia memaksa ingin bertemu kamu.” Rinjani belum bisa tenang.Wanita itu malah berdiri gelisah di antara Juna dan Anika.“Jun, kamu besok bisa meluangkan waktu sebentar untuk bertemu papaku, ‘kan?” pinta Rinjani dengan wajah memelas ke Juna.“Hm, aku tidak bisa menjanjikan itu padamu karena aku memiliki jadwalku sendiri.” Juna mengelak.Me
Read more
195 - Rinjani yang Ngotot
Juna tak siap dengan pertanyaan semacam itu. Begitu lugas! Apakah anak dan bapak memang sama-sama frontal ketika berbicara?‘Pantas saja! Tak heran Rinjani seperti itu cara bicaranya. Tsk!’ batin Juna sebelum menghela napas, memperluas lautan kesabarannya.“Dia teman yang menyenangkan. Mana mungkin saya tidak menyukainya, Pak.” Juna memilih kalimat diplomatis.Namun, kening Dharma mengerut, mengisyaratkan ketidakpuasan pria itu atas jawaban Juna.“Yang aku maksud bukan sebagai teman, tapi hubungan pria dan wanita. Kamu tentu paham arah yang aku bicarakan.” Dharma bicara.Juna mengutuk di hatinya, ‘Astaga, Pak! Tidak bisakah pelan-pelan dulu?’“Papa!” Rinjani merengek protes ke ayahnya.Rinjani sempat melihat adanya nuansa ketidaknyamanan pada ekspresi wajah Juna dengan pertanyaan ayahnya.“Kenapa? Papa hanya ingin mengetahui jelas dengan hubungan kalian. Kalau in
Read more
196 - Lenita Akhirnya Tahu
Juna sedikit terkejut dengan ucapan ayah mertuanya. Apakah dia harus membuka mengenai perselingkuhan istrinya?“Sepertinya tidak begitu, Pa.” Juna memilih untuk berpihak pada Lenita agar istrinya tidak mengganggu hidupnya.Lagipula, dia juga sudah berjanji ke kekasih gelap Lenita untuk tidak membuka mengenai hubungan tabu mereka ke Hartono atau Lenita akan dimiskinkan.“Tapi kenapa tingkah dia begitu? Jarang pulang, sering pergi seharian sampai malam. Bukan bersama kamu, pula!” Hartono masih menyangsikannya.Juna harus memilih jawaban terbaik agar ayah mertuanya tenang dan tak lagi curiga.“Mungkin ini pengaruh hormon kehamilan dia, Pa.” Juna memulai. “Dia sering berkabar melalui chat ke aku setiap beberapa jam sekali, kok Pa. Dia sedang senang bersama kawan-kawan dekatnya. Mungkin itu menenangkan untuknya.”Hartono terdiam sejenak, pandangannya terarah ke lantai untuk sekian detik.&ldq
Read more
197 - Perjanjian Antara Mereka
Juna menjejakkan kakinya di rumah Leila atas undangan Lenita, istrinya. Ketika dia disambut sang istri dengan wajah cemberut, dia sudah tidak kaget lagi.“Halo, Istri,” sapa Juna sambil tersenyum menggoda.Mata jenaka Juna bertemu tatapan sengit Lenita, lalu dia beralih ke Wildan di sebelah Lenita.“Halo, selingkuhan Istri.” Juna tak lupa menyertakan Wildan pula dalam sapaan sindiran dia.“Tidak usah sok keren dengan menyapa seperti itu!” Lenita langsung memberikan sentakan suaranya.Namun, Juna menanggapi dengan cengiran, merasa geli sendiri di hati.‘Kalau dari dulu kamu mengaku punya selingkuhan begini, ‘kan semuanya bisa lebih enak dibicarakan. Aku tak perlu jumpalitan menemui Anika.’ Juna membatin.Wildan mempersilahkan Juna duduk di ruang tamu. Mereka bertiga bersiap untuk bicara.“Jadi, akan ngobrol apa kita hari ini?” tanya Juna membuka awalan.&ld
Read more
198 - Pengacau di Minimarket Anika
Ketika tiba di salah satu minimarket Jozmart milik Anika, Juna melihat sudah ada kerumunan dan keributan di sana. Suara orang-orang marah juga menguasai situasi.“Lalu ini! Kenapa ini sudah mendekati tanggal kadaluarsa masih saja dijual, dipajang di sini? Ingin meracuni konsumen? Ingin membunuh pelanggan sendiri?” Seorang lelaki dengan tubuh besar membanting sekantong roti tawar ke lantai lalu menginjaknya dengan bengis.Orang-orang yang menonton terus berbisik-bisik melihat kejadian itu. Juna menerobos kerumunan dan melihat ada 5 pria bertubuh besar seperti preman yang sedang mengacak-acak barang dagangan di rak-rak.“Bukannya roti yang bagus memang biasanya hanya punya masa kadaluarsa singkat? Artinya tak pakai banyak pengawet!” bisik seorang penonton yang disetujui kawan di sebelahnya.Sementara itu, Anika berdiri di belakang dan dilindungi beberapa pegawainya. Terlihat wajah sedih Anika di sana.“Heh! Jangan sembar
Read more
199 - Rencana Pembalasan
“Yah, aku sudah dapat siapa dalang yang membuat kekacauan di Jozmart.” Juna sudah yakin.Dia menatap Anika yang diam menunggu dia mengungkapkannya.“Hamid. Bapaknya Shevia.” Juna tidak menutupi identitas Hamid.Mata Anika membelalak kaget. “Ba—bapaknya Shevia?”Wajar bila Anika kaget karena menurutnya, hubungan dia dengan Shevia baik-baik saja. Kenapa ayahnya membuat masalah dengannya?“Hgh ….” Juna menghela napas. Mungkin sudah waktunya dia memberitahu Anika. “Nik sayang.”Tangan Juna masih memeluk Anika yang duduk di pangkuannya tanpa ingin melepaskannya.“Hamid ingin aku dan Shevia jadi pasangan.” Juna mengawali.Anika semakin termangu menatap Juna.“Mas, serius?” Bukannya Anika tak memercayai apa yang dikatakan Juna, melainkan dia ingin memastikan itu benar adanya.Juna mengangguk. Kemudian, dia menceritakan mengenai apa yang dia ketahui tentang rencana dan intrik Hamid padanya menggunakan Shevia sebagai senjatanya.Di tempat lain, Lenita sedang memandangi lembaran kertas berisi p
Read more
200 - Teror untuk Hamid
"Membalas Hamid, Mas?" Anika terkejut dengan rencana Juna. "Memangnya itu ... tidak apa-apa? Nanti kalau terjadi apa-apa, bagaimana? Kasihan, Mas. Kasihan Shevia juga." Juna tersenyum sembari menatap Anika. Wanita pujaannya itu sungguh seorang yang berhati lembut, bahkan pada orang yang telah berbuat kejam padanya. "Aku tidak akan terlalu kejam membalasnya, Nik sayang. Jangan khawatir, yah!" Juna menenangkan Anika sambil tangannya mengelus sayang pipi pujaannya. "Apa aku sudah boleh melakukan meditasiku sekarang?" Anika mengangguk membolehkan. Juna segera duduk bersila di atas sofa ruang tamu dan memejamkan mata, berkonsentrasi. Pecahan jiwanya yang ada di dekat Anika dia kirimkan ke tempat lain. Di rumahnya, Hamid terpekik kaget ketika dia melihat sosok makhluk astral mengerikan ada di kamar ketika hendak masuk. Sementara Hamid sedang sibuk berteriak-teriak horor, Juna sedang berbicara pada jin astral lainnya, di sebuah gudang yang ma
Read more
PREV
1
...
1819202122
...
38
DMCA.com Protection Status