Semua Bab Panglima Kuno Terjebak di Tubuh CEO: Bab 171 - Bab 180

373 Bab

171 - Kecelakaan Tunggal yang Aneh

“Bagas … kecelakaan?” Juna sampai mengulang kalimat dari Anika.Karena mendengar berita mengejutkan itu, maka Juna bergegas kembali ke mobilnya.“Iya, iya, oke, aku akan ke sana.” Juna kemudian menutup telepon usai mengatakan itu. Kemudian, dia memandangi ibu mertua dan istrinya. “Ma, Len, aku pergi dulu menjenguk temanku.”Juna melirik Lenita yang ingin memberikan bantahan dengan kalimatnya, tapi dia tak mau ambil pusing. Terserah Lenita hendak mengomel apa.“Hati-hati di jalan, Jun! Jangan lupa makan!” Wenti tidak bisa mencegah karena tahu Juna sedang menghadapi situasi penting jika ekspresinya menerima telepon seperti tadi.Sementara itu, Lenita memberikan beberapa kalimat pedas meski tanpa berbicara keras dan masuk ke kamar karena diabaikan Juna yang sudah berlari masuk lagi ke mobil yang sudah masuk ke carport.“Ya ampun, baru juga tadi pecahan jiwaku meninggalkan dia, kok sud
Baca selengkapnya

172 - Kegemparan di Rumah Duka

“Apa?” Anika terkejut luar biasa. Bukan atas tudingan Cindy, melainkan karena berita duka yang disampaikan padanya meski diucapkan dalam kemarahan.“Mas Bagas … meninggal?” Suara Anika bergetar ketika air mata mulai memenuhi pelupuk matanya. Padahal baru tadi mereka saling bicara di telepon, tapi kenapa sekarang ….Sementara itu, Juna tetap bersikap tenang. Dia sudah mengetahui perihal tidak selamatnya Bagas di meja operasi karena luka di kepala yang terlalu parah dan fatal.‘Itulah kenapa tadi aku ingin memeluk Nik, karena aku sudah tahu tentang kematian Bagas,’ batinnya.“Kamu pembunuh kak Bagas! Kamu pembunuhnya! Hu hu hu ….” Cindy berteriak kencang sampai orang-orang di sekitar sana menoleh ke arahnya.Kalau Juna bisa mengabaikan moralitas, sudah dia tampar mulut lancang Cindy yang seenaknya berucap.“Cin, jangan lemparkan kesalahan ke Anika!” Juna bergerak ke depan Anika untuk menghalangi Cindy yang hendak meraih Anika dengan bengis.Meski tidak bisa menampar, bukan berarti Juna
Baca selengkapnya

173 - Ayo Kita Menikah Lagi!

“Aku pamit dulu dengan tuan rumah.” Anika tidak melupakan tata kramanya.Juna dan Shevia mengangguk lalu mengantarkan Anika untuk berpamitan dengan saudara dan kerabat Bagas sebelum mereka keluar dari rumah duka.“Anika, maafkan Bagas, yah!” ucap salah satu saudara Bagas yang dulu ikut menjodohkan Anika dengan Bagas.“Tidak mengapa, Budhe Rahma.” Anika tersenyum.Ketika mereka berjalan melewati Cindy yang tertunduk lesu usai mengakui semuanya berkat mantra kejujuran Juna, Anika hendak menyapa, tapi urung.‘Ya, lebih baik memang abaikan saja dia yang sedang kacau begitu, Nik!’ batin Juna.Usai mengantarkan Shevia pulang meski menggunakan mobil berbeda, Juna melanjutkan perjalanan dengan Anika di bawah tatapan sedih Shevia.“Nik.” Juna menoleh ke Anika di sampingnya sambil dia menyetir.“Aku tak apa, kok Mas!” Anika menoleh diiringi senyumannya.Dalam
Baca selengkapnya

174 - Mendapatkan Aura Terduga Kekasih Lenita

Anika termangu sejenak usai mendengar ucapan penuh semangat Juna. Kemudian, dia terkikik kecil sambil menutup mulut dengan punggung telapak tangannya.Melihat tingkah Anika, mana mungkin Juna tidak merasa gemas. Ingin dia renggut tubuh Anika untuk dia ciumi wajahnya.“Mas ini … kenapa masih saja memiliki keinginan itu?” Anika seperti bertanya sekaligus juga heran.“Untuk urusan cinta aku ke kamu, Nik, tak perlu diragukan lagi.” Juna tegas menatap lurus wajah cantik Anika.Sebagai pria, terlebih seorang panglima di era dulunya, Juna tentu tak perlu ragu-ragu menyatakan keinginannya.“Aku ingin menikahi kamu lagi, Nik. Aku sejak dulu sangat mendambakan kamu. Dulu aku akui, aku tak punya nyali karena kamu seorang tuan putri. Namun, sekarang berbeda.” Juna terus menatap lekat Anika.Mendapatkan tatapan seperti itu, Anika menundukkan kepala.“Nik!” Juna meraih tangan Anika dan menggeng
Baca selengkapnya

175 - Melacak Selingkuhan Istri

Karena malam ini masih belum cukup larut dan kebetulan Lenita tidak berada di rumah, maka Juna bisa leluasa melacak benang aura milik dua pria yang dia lihat di restoran bersama istrinya tadi siang.Wuss! Wuss!Benang aura terus melaju ke dua arah berbeda.“Hm?” Kening Juna berkerut.Saat ini dia sudah berada di rumah salah satu pria yang dia lacak auranya.“Bukan dia!” Juna menggumam tegas.Ternyata pria yang pertama berhasil dia lacak sedang bersama dengan wanita lain, entah siapa, bukan urusan Juna.Pelacakan berpindah ke pria satunya dan itu semakin terang benderang bahwa pria terakhir adalah selingkuhan Lenita.“Harus kena! Harus!” Juna gregetan sendiri.Sudah sejak lama dia ingin mengetahui yang mana selingkuhan istrinya, tapi entah kenapa, dia tak bisa melakukan pelacakan menggunakan pecahan jiwa, selalu saja ada energi yang menolaknya.Ketika benang aura pria terakhir su
Baca selengkapnya

176 - Serangan Pada Apartemen Juna

“Hah? Bagaimana, Ma?” Hartono sampai kaget mendengarnya.Juna mengerutkan keningnya sambil dia mengeluarkan ponsel dari saku celana dan mencari ada berita apa di media sosial.“Apakah dia klienmu, Jun?” Hartono menyerahkan ponsel Wenti ke depan Juna.Mata Juna menelisik ke postingan tersebut. Dia mendapati ada orang yang mengunggah video mengenai pengalaman seram dia selama menempati apartemen baru yang dibangun Juna.Juna menarik napas panjang. Belum juga genap satu bulan, sudah ada serangan dari pihak yang tak suka padanya.‘Ya, aku yakin itu serangan dari manusia dengan bantuan dari praktisi supernatural jahat.’ Juna sudah memiliki dugaan demikian.Maka, malam itu juga, mengurungkan niat untuk mengunjungi Anika, dia menggunakan waktunya untuk melacak gedungnya. Atau ….Dia mendatangi gedung itu sendirian saja dengan fisik solidnya. Ketika dia menginjakkan kakinya di sana, dia sama sekali tidak merasakan adanya energi astral apa pun, entah itu energi baik atau jahat, tak ada sama se
Baca selengkapnya

177 - Aku Belum Selesai! Lihat Saja Nanti!

Juna tak ingin menerima begitu saja si oknum pelaku pembuat postingan hoax mengenai gedung apartemennya. Dia ingin mencari dalangnya, karena meyakini pasti ada.‘Oke, aku harus cari dalangnya!’ tekad Juna.Dia meminta untuk bicara empat mata dengan tersangkanya. Maka, polisi menyediakan ruangan tertutup untuk mereka.“Bro.” Juna menatap si tersangka. “Ayo kita ngobrol santai saja, tak perlu tegang! Aku hanya ingin bertanya hal-hal ringan saja, kok!”Si tersangka menaikkan wajahnya, menatap Juna, pandangannya sayu karena penyesalan.“Tentunya kamu tidak mengira akan cepat ditangkap polisi begini, ‘kan?” tanya Juna secara retoris.Pria muda yang sudah ditetapkan sebagai tersangka itu pun hanya bisa mengangguk atas kalimat Juna.“Siapa yang menyuruhmu melakukan itu? Membuat postingan itu, maksudku.” Juna langsung ke inti persoalan yang ingin dia ketahui.Mata si ter
Baca selengkapnya

178 - Pembalasan dari Juna

Sepulang acara makan malam dengan Hamid dan keluarganya, Juna pergi ke rumah Anika.“Hm, Hamid, yah! Sepertinya itu benar kamu dalangnya!” Juna menahan geram sambil melajukan mobilnya.Dulu, perkara bahan bangunan bermutu rendah pun ada campur tangan Hamid di sana, sekarang mengenai berita hoax apartemennya.‘Meski sudah tertangkap pelakunya, bukan berarti aku akan membiarkan kamu lolos kali ini, Hamid!’ gumam Juna di hati.Sesampainya di rumah Anika, dia masuk dengan mudah meski tidak melewati penjaga dan petugas di sana. Dia memarkirkan mobilnya cukup jauh dari rumah Anika, lalu melompat bagaikan bajing sampai ke kamar si pujaan.“Mas?” Anika masuk ke kamar dan menjumpai Juna sudah duduk di dalamnya.Meski sebenarnya sudah biasa Juna muncul tiba-tiba, tapi baru kali ini Anika bertemu Juna yang sudah berada di dalam kamarnya saat dia masuk.“Maaf mengejutkanmu, Nik. Aku ingin menumpang semadi sebentar di sini, boleh?” tanya Juna.Anika mengangguk. Mana mungkin dia melarang?“Iya, sil
Baca selengkapnya

179 - Terjebak Permainan Sendiri

Setelah deraan teror dari makhluk astral, unit-unit apartemen yang dimiliki Hamid akhirnya tidak laku meski sudah dibanting harga serendah-rendahnya.‘Lihat! Itu akibatnya kalau kau berani main curang denganku!’ batin Juna ketika dia menerima laporan mengenai jatuhnya nilai unit apartemen milik Hamid.Hanya butuh teror selama setengah bulan untuk Hamid menyerah dan menjual semua unit apatemen bermasalahnya.“Pak Hamid! Kalau sampai Bapak tidak mengembalikan uang kami, saya sebar ini ke media sosial!” kecam salah satu penyewa apartemen Hamid.Hamid tidak berdaya ketika penyewanya mendatangi dia dengan membawa amarah.“Baiklah, baiklah, Bu Nancy, saya akan kembalikan semua uang Anda dan suami.” Hamid mengalah.Menyebarkan berita unitnya angker akan mematikan nilai apartemennya.“Benar, Pak Hamid! Saya juga! Harus kembali uang saya! Yang benar saja, baru sehari menempati, gangguannya 24 jam nonst
Baca selengkapnya

180 - Bertemu Kang Galon!

Dugaan Hamid semakin tebal bahwa Juna yang membuat unit-unit apartemennya menjadi angker dan tidak layak huni. Namun, apakah Juna bisa semudah itu dipatahkan?“Saya memiliki telinga dan tentu saja banyak kawan dari kalangan pebisnis lainnya, juga dari kalangan orang kaya ataupun pejabat. Tidak mungkin mereka memendam kekecewaannya seumur hidup, benar ‘kan, Pak?” Juna sudah memiliki banyak amunisi untuk menangkal ucapan Hamid.Mendengar itu, Hamid menarik napas dalam-dalam. Dia sudah kalah debat secara telak.‘Kalau aku menuduhnya menggunakan hal mistis dan klenik, dia pasti mengelak. Belut satu ini memang bajingan!’ batin Hamid saat menatap Juna. Dia benar-benar tak berdaya menghadapi Juna.Makan siang itu berlangsung lancar meski canggung bagi Hamid. Terlebih ketika Juna memberikan sindiran.“Saya bisa berempati pada Anda mengenai unit angker Anda, Pak Hamid, karena saya pernah memiliki pengalaman dijahili orang
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1617181920
...
38
DMCA.com Protection Status