Share

172 - Kegemparan di Rumah Duka

“Apa?” Anika terkejut luar biasa. Bukan atas tudingan Cindy, melainkan karena berita duka yang disampaikan padanya meski diucapkan dalam kemarahan.

“Mas Bagas … meninggal?” Suara Anika bergetar ketika air mata mulai memenuhi pelupuk matanya. Padahal baru tadi mereka saling bicara di telepon, tapi kenapa sekarang ….

Sementara itu, Juna tetap bersikap tenang. Dia sudah mengetahui perihal tidak selamatnya Bagas di meja operasi karena luka di kepala yang terlalu parah dan fatal.

‘Itulah kenapa tadi aku ingin memeluk Nik, karena aku sudah tahu tentang kematian Bagas,’ batinnya.

“Kamu pembunuh kak Bagas! Kamu pembunuhnya! Hu hu hu ….” Cindy berteriak kencang sampai orang-orang di sekitar sana menoleh ke arahnya.

Kalau Juna bisa mengabaikan moralitas, sudah dia tampar mulut lancang Cindy yang seenaknya berucap.

“Cin, jangan lemparkan kesalahan ke Anika!” Juna bergerak ke depan Anika untuk menghalangi Cindy yang hendak meraih Anika dengan bengis.

Meski tidak bisa menampar, bukan berarti Juna
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status