Semua Bab Panglima Kuno Terjebak di Tubuh CEO: Bab 151 - Bab 160

373 Bab

151 - Cindy Semakin Blak-blakan

"Eh?" Tak hanya Bagas dan Anika saja yang terkejut dengan pertanyaan Juna, tapi juga Shevia dan kedua teman Bagas di belakang."Itu ...." Bagas mencoba mencari jawaban yang tepat untuk memuaskan semua pihak, tapi itu sulit!"Tentu saja aku ikut Kak Bagas! Apa perlu ditanyakan lagi? Konyol sekali!" Cindy sudah lebih dulu memberikan jawaban sesuai keinginan dia. Setelah itu, dia melirik tajam ke Anika sambil bertanya, "Apa kau keberatan?"Anika di samping Bagas tergagap ketika menjawab, "Te—tentu saja boleh! Tentu boleh" Dia tak menyangka Cindy akan mencetuskan pertanyaan frontal padanya.Cindy tersenyum puas dengan ucapan Anika. Dari itu, terlihat jelas dominasi dia terhadap Bagas dan Anika. Dia menggunakan kemalangan hidupnya sebagai senjata untuk mendapatkan apa saja yang dia inginkan. Juna mulai bisa melihat karakter oportunis Cindy."Ah, itu pos satu sudah dekat!" Bagas menyeru sambil menunjuk ke depan. Juna dengan mudah menilai Bagas seda
Baca selengkapnya

152 - Sudah Terlatih

Mendengar penuturan Shevia, hati Anika berkecamuk antara bahagia, tapi juga sedih secara bersamaan. Dia bahagia karena Juna tidak terpikat Shevia, tapi sedih karena tak bisa mengisi tempat di sisi Juna. "Aku ... aku tak tahu, Shev." Anika bingung harus menjawab apa. "Yuk keluar, Mbak! Pasti sudah ditunggu mereka, nih!" ajak Shevia yang diangguki Anika. "Kalian ini sedang apa di dalam? Lama sekali." Juna menyambut dua wanita yang baru keluar dari toilet. "Rahasia! Urusan wanita itu kan banyak!" Lalu Shevia terkekeh sambil julurkan lidah ke Juna dan menggandeng Anika kembali ke Pos Satu.Tanpa diketahui Shevia, Juna sebenarnya sudah mendengar semua pembicaraan kedua wanita di dalam toilet menggunakan telinga sakti yang diaktifkan menggunakan energi chakra. "Ayo lanjut jalan!" Ipung nampak tak sabar. Dia merasa menyesal karena menyanggupi permintaan Bagas untuk mendampingi rombongan yang setengahnya adalah wanita. Yang paling menyebalkan bagi Ipung adalah Cindy yang dianggap terlal
Baca selengkapnya

153 - Disesatkan

"Apa bukan ini?" Bagas malah bertanya balik pada Yuda. "Seingatku vegetasinya tidak seperti ini, Bro." Yuda bersikeras dengan penilaiannya. Bagas segera mengambil peta dan membaca di sana untuk memastikan. "Astaga, sepertinya aku memang salah ambil belokan." Bagas akhirnya mengakui kekeliruannya. "Belokan?" Kening Yuda berkerut heran. "Bro, jalur Ranusewu ke Pos Dua itu tak ada belokan ataupun bercabang di jalannya. Lurus semua, hanya perlu mengikuti jalan setapak di antara rerumputan rendah." Wajah Bagas makin terkejut. Tak ada belokan? Tak ada jalanan yang bercabang? "Tapi tadi aku lihat belokan bercabang, Bro." Bagas membela diri. "Yang kiri itu banyak vegetasi tinggi, beda dengan yang kanan yang ada jalan setapak. Makanya aku memilih yang kanan ini karena pastinya jalur pendaki yah yang ada jalan setapaknya." "Loh? Kok begitu? Tapi aku tiga bulan lalu ke Ambarrukmo ini untuk nganter adik sepupuku ama rombongan dia dan lewat Ranusewu ini. Tak ada jalan bercabang, kok!" Yuda
Baca selengkapnya

154 - Apa Kamu Idiot?

"Wah, astaga! Jun, kamu ternyata benar!" Shevia sampai tercengang melihat perubahan situasi di depan matanya. Dia memandang Juna dengan mata berbinar. "Hanya kebetulan saja, kok!" Juna tidak mau terlihat tinggi hati. "Tsk!" Sayangnya, Cindy malah mendecih dengan raut wajah tak suka. "Hanya begitu saja, aku yakin kak Bagas juga bisa."Shevia menarik napas panjang, berusaha sabar. Padahal, yang diremehkan saja malah terkekeh-kekeh. "Iya, aku yakin Bagas bisa mengatasi hal begini, kok!" Juna berkata usai terkekeh-kekeh atas ucapan ketus Cindy. "Tidak, Jun, aku tak yakin aku bisa berbuat seperti kamu." Bagas justru menggeleng dan tahu dengan batas kemampuannya sendiri. Juna menepuk bahu Bagas. Baguslah kalau kau paham itu! Dia menyimpan ucapan itu di hati. "Ayo, lanjut!" Juna menepuk sekali lagi bahu Bagas dan mengajak agar fokus mereka kembali ke perjalanan semula. Bagas mengangguk. Kali i
Baca selengkapnya

155 - Dia Masih Mencintaiku!

Juna lekas meraih bahu Shevia dan menenangkan wanita itu. "Shev, sudah, Shev." Dia mencoba menenangkan Shevia yang sudah tersulut amarah.Sementara itu, Bagas juga meraih adik sepupunya dan berkata, "Cin, jangan bertengkar, tolong jangan bertengkar, yah!" pintanya.Kedua pria itu sama-sama menenangkan kedua wanita secara sendiri-sendiri. Mereka berdiri menghalangi di tengah-tengah agar Shevia dan Cindy tidak perlu saling melihat dulu."Dia yang mulai dulu, Kak!" Telunjuk Cindy mengarah tegas disertai wajah penuh kebencian ke Shevia.Shevia sudah hendak bicara, tapi Juna sudah lebih dulu berbicara, "Sudah, Shev, jangan diladeni. Kita ini sedang di gunung, tak baik begini. Yah!"Anika menyaksikan interaksi Juna dan Shevia. Ada bagian dari hatinya yang terasa nyeri. Apakah memang dia sudah salah langkah dengan menerima Bagas menjadi calon suaminya?"Adikmu itu yang salah, Gas!" Ipung maju untuk ikut bicara."Bro, sudah!" Yuda dari belakang berusaha memegangi Ipung yang emosi.Namun, sepe
Baca selengkapnya

156 - Ditangani oleh Juna

“Oh, tidak ada apa-apa, kok!” Juna cepat menjawab Bagas yang mendekat. Semoga saja Bagas tidak melihat ketika Anika memasukkan jarinya ke mulut.“Ah, aku pikir ada apa.” Bagas mengambil duduk di sebelah Anika dan tersenyum. “Dik, bagaimana naik gunung, apakah lelah?” tanyanya dengan suara lembut.Anika membalas senyum Bagas dan menjawab, “Tidak begitu lelah, kok, Mas. Aku menikmati hiking-nya.”“Ah, baguslah kalau begitu.” Bagas masih tersenyum sebelum dia beralih ke Juna dan Shevia yang ada di dekatnya. “Kalian sepertinya sangat cocok. Pasti menyenangkan sekali punya persahabatan erat seperti kalian yang saling mendukung dan kompak.”Juna menatap sejenak pada Bagas. ‘Ini orang! Apa dia sedang menyindir atau apa, sih? Bukankah dia tahu kalau aku sudah ada istri? Apa dia ingin jadi mak comblang?’“Pak Juna memang sahabat yang luar biasa asyik.” Shevia menjawab lebih dahulu dari Juna.“Shevia ini sudah seperti adikku. Dia keren sekali cara berpikirnya.” Juna ikut menimpali tanpa tahu pe
Baca selengkapnya

157 - Serangan Pasukan Jin Kuat

Menggunakan bahasa telepati supernatural, Juna menghardik sosok jin perempuan itu. ‘Untuk apa di sini? Ingin menyamar menjadi hantu untuk menakut-nakuti orang di sini, heh?’Setelah itu, Juna mengeluarkan energi murni dia sehingga membuat kecut jin tersebut.‘Ma—maaf, Bang! Jangan sakiti saya! Saya hanya … hanya penunggu di sini!’ Sosok jin perempuan itu tak menyangka ada seorang manusia yang memiliki energi murni seperti Juna di zaman modern begini.‘Sana pergi! Cari tempat lain! Jangan sampai kesabaranku habis, yah!’ Juna tidak mau bertindak semena-mena. Sebenarnya bisa saja dia langsung memusnahkan jin perempuan itu, tapi dia lebih baik mengusirnya saja karena jin itu tidak mengusik rombongannya sejak tadi.‘Iya, Bang! Aku pergi! Aku pergi!’ Segera saja, jin perempuan itu melesat kabur secepatnya dari area tersebut.Dengan perginya sosok jin perempuan itu, maka Pos Tiga akan aman dari
Baca selengkapnya

158 - Mengejar Cindy yang Kalap

Baru saja Juna masih berusaha mengusir energi jahat berhawa dingin yang menempel di tubuh Anika, mendadak saja dia dikejutkan teriakan Bagas yang memanggil Cindy.“Cindy! Cin! Jangan lari!” Suara Bagas benar-benar mengagetkan Juna dan Shevia.Shevia bergegas keluar tenda untuk melihat ada apa gerangan dan dia melihat Cindy yang sudah berlari kencang masuk ke hutan gelap diikuti Bagas.“Shev? Ada apa, Shev?” Juna tak sempat mengirimkan pecahan jiwanya ke mana pun karena dia membutuhkan jiwa lengkapnya untuk membantu Anika mengusir energi jahat yang tadi diberikan jin yang berhasil masuk mengganggu Anika.“Cindy lari kencang ke hutan, entah ada apa. Bagas sedang mengejar.” Shevia menjelaskan situasi yang ada.Juna tak mungkin mengurus siapa pun selain Anika saat ini. “Coba minta dua teman Bagas untuk membantu mengejar Cindy.”Shevia mengangguk dan mendatangi Yuda dan Ipung yang sudah berada di luar tenda dalam kondisi bingung karena terbangun gara-gara teriakan Bagas.“Cindy mendadak la
Baca selengkapnya

159 - Ditolong Lagi

“Tetap di dekatku, yah Shev!” Juna tidak bisa memberikan kalimat penghiburan selain itu pada Shevia yang makin ketakutan di sebelahnya.Sementara itu, Juna belum bisa mengembalikan kondisi Anika yang masih terlihat bagaikan orang terserang hipotermia.Padahal, Pos Tiga bukanlah kawasan yang berhawa sangat dingin. Mereka baru setengah jalan menuju puncak. Maka dari itu, sangat aneh apabila Anika terserang hipotermia. Sungguh kondisi yang tidak wajar dan Juna memahami alasannya.‘Ini Nyai Mirah ke mana, sih? Kenapa di kondisi segawat ini malah masih belum balik?’ Juna bertanya di hatinya dengan panik.‘Nyai Mirah! Nyai! Nyai di mana?’ Juna menggunakan teriakan supernaturalnya untuk menjangkau keberadaan Nyai Mirah.Tak ada jawaban. Ini semakin membuat Juna cemas. Namun, lamat-lamat dia menangkap suara Nyai Mirah.‘Aku sedang mengurus jin-jin sialan di sini!’ Suara lirih Nyai Mirah akhirnya sampai
Baca selengkapnya

160 - Kepedihan Tak Terkira bagi Wanita

“Ternyata kamu di sini.” Ipung berjalan mendekat ke Cindy.Segera saja, Cindy mendongak dan melihat kehadiran Ipung. “Untuk apa kamu ke sini? Mana kak Bagas?”Ucapan ketus Cindy meniadakan niat baik di hati Ipung. “Aku sudah susah payah cari kamu begini dan kamu malah judes begitu?”Ujung mulut Cindy melengkung ke bawah karena kesal dengan ucapan Ipung. Dari awal, mereka kerap bertengkar sehingga dia tak suka kemunculan Ipung, sama sekali.Darrr!“Arrhhh!” Gemuruh bunyi guntur di langit mengagetkan Cindy hingga dia berteriak. “K—Kak Bagas! Aku mau kak Bagas!” Dia berdiri linglung dan ingin segera menemukan Bagas.Tadi, dia lari karena panik ketika di tendanya ada sosok mengerikan yang terus mendekat ke dia hingga dia kalap dan lari keluar tenda tanpa ingat apa pun.Saat itu, Cindy terus berlari karena dia seakan dikejar tanpa henti oleh makhluk menyeramkan itu sampai masuk ke hutan dan akhirnya bingung sendiri karena tersesat.Ketika dia hendak kembali ke tenda, hujan deras turun dan
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1415161718
...
38
DMCA.com Protection Status