“Oh, tidak ada apa-apa, kok!” Juna cepat menjawab Bagas yang mendekat. Semoga saja Bagas tidak melihat ketika Anika memasukkan jarinya ke mulut.“Ah, aku pikir ada apa.” Bagas mengambil duduk di sebelah Anika dan tersenyum. “Dik, bagaimana naik gunung, apakah lelah?” tanyanya dengan suara lembut.Anika membalas senyum Bagas dan menjawab, “Tidak begitu lelah, kok, Mas. Aku menikmati hiking-nya.”“Ah, baguslah kalau begitu.” Bagas masih tersenyum sebelum dia beralih ke Juna dan Shevia yang ada di dekatnya. “Kalian sepertinya sangat cocok. Pasti menyenangkan sekali punya persahabatan erat seperti kalian yang saling mendukung dan kompak.”Juna menatap sejenak pada Bagas. ‘Ini orang! Apa dia sedang menyindir atau apa, sih? Bukankah dia tahu kalau aku sudah ada istri? Apa dia ingin jadi mak comblang?’“Pak Juna memang sahabat yang luar biasa asyik.” Shevia menjawab lebih dahulu dari Juna.“Shevia ini sudah seperti adikku. Dia keren sekali cara berpikirnya.” Juna ikut menimpali tanpa tahu pe
Menggunakan bahasa telepati supernatural, Juna menghardik sosok jin perempuan itu. ‘Untuk apa di sini? Ingin menyamar menjadi hantu untuk menakut-nakuti orang di sini, heh?’Setelah itu, Juna mengeluarkan energi murni dia sehingga membuat kecut jin tersebut.‘Ma—maaf, Bang! Jangan sakiti saya! Saya hanya … hanya penunggu di sini!’ Sosok jin perempuan itu tak menyangka ada seorang manusia yang memiliki energi murni seperti Juna di zaman modern begini.‘Sana pergi! Cari tempat lain! Jangan sampai kesabaranku habis, yah!’ Juna tidak mau bertindak semena-mena. Sebenarnya bisa saja dia langsung memusnahkan jin perempuan itu, tapi dia lebih baik mengusirnya saja karena jin itu tidak mengusik rombongannya sejak tadi.‘Iya, Bang! Aku pergi! Aku pergi!’ Segera saja, jin perempuan itu melesat kabur secepatnya dari area tersebut.Dengan perginya sosok jin perempuan itu, maka Pos Tiga akan aman dari
Baru saja Juna masih berusaha mengusir energi jahat berhawa dingin yang menempel di tubuh Anika, mendadak saja dia dikejutkan teriakan Bagas yang memanggil Cindy.“Cindy! Cin! Jangan lari!” Suara Bagas benar-benar mengagetkan Juna dan Shevia.Shevia bergegas keluar tenda untuk melihat ada apa gerangan dan dia melihat Cindy yang sudah berlari kencang masuk ke hutan gelap diikuti Bagas.“Shev? Ada apa, Shev?” Juna tak sempat mengirimkan pecahan jiwanya ke mana pun karena dia membutuhkan jiwa lengkapnya untuk membantu Anika mengusir energi jahat yang tadi diberikan jin yang berhasil masuk mengganggu Anika.“Cindy lari kencang ke hutan, entah ada apa. Bagas sedang mengejar.” Shevia menjelaskan situasi yang ada.Juna tak mungkin mengurus siapa pun selain Anika saat ini. “Coba minta dua teman Bagas untuk membantu mengejar Cindy.”Shevia mengangguk dan mendatangi Yuda dan Ipung yang sudah berada di luar tenda dalam kondisi bingung karena terbangun gara-gara teriakan Bagas.“Cindy mendadak la
“Tetap di dekatku, yah Shev!” Juna tidak bisa memberikan kalimat penghiburan selain itu pada Shevia yang makin ketakutan di sebelahnya.Sementara itu, Juna belum bisa mengembalikan kondisi Anika yang masih terlihat bagaikan orang terserang hipotermia.Padahal, Pos Tiga bukanlah kawasan yang berhawa sangat dingin. Mereka baru setengah jalan menuju puncak. Maka dari itu, sangat aneh apabila Anika terserang hipotermia. Sungguh kondisi yang tidak wajar dan Juna memahami alasannya.‘Ini Nyai Mirah ke mana, sih? Kenapa di kondisi segawat ini malah masih belum balik?’ Juna bertanya di hatinya dengan panik.‘Nyai Mirah! Nyai! Nyai di mana?’ Juna menggunakan teriakan supernaturalnya untuk menjangkau keberadaan Nyai Mirah.Tak ada jawaban. Ini semakin membuat Juna cemas. Namun, lamat-lamat dia menangkap suara Nyai Mirah.‘Aku sedang mengurus jin-jin sialan di sini!’ Suara lirih Nyai Mirah akhirnya sampai
“Ternyata kamu di sini.” Ipung berjalan mendekat ke Cindy.Segera saja, Cindy mendongak dan melihat kehadiran Ipung. “Untuk apa kamu ke sini? Mana kak Bagas?”Ucapan ketus Cindy meniadakan niat baik di hati Ipung. “Aku sudah susah payah cari kamu begini dan kamu malah judes begitu?”Ujung mulut Cindy melengkung ke bawah karena kesal dengan ucapan Ipung. Dari awal, mereka kerap bertengkar sehingga dia tak suka kemunculan Ipung, sama sekali.Darrr!“Arrhhh!” Gemuruh bunyi guntur di langit mengagetkan Cindy hingga dia berteriak. “K—Kak Bagas! Aku mau kak Bagas!” Dia berdiri linglung dan ingin segera menemukan Bagas.Tadi, dia lari karena panik ketika di tendanya ada sosok mengerikan yang terus mendekat ke dia hingga dia kalap dan lari keluar tenda tanpa ingat apa pun.Saat itu, Cindy terus berlari karena dia seakan dikejar tanpa henti oleh makhluk menyeramkan itu sampai masuk ke hutan dan akhirnya bingung sendiri karena tersesat.Ketika dia hendak kembali ke tenda, hujan deras turun dan
“Ipung jatuh ke jurang?” Juna membeo dengan nada tanya. Dia bingung, apa sebenarnya yang terjadi dengan mereka?“Ayo! Tolong aku mengevakuasi Ipung! Dia masih di jurang, kasihan!” Bagas terlihat panik.Ketika Juna masuk ke dalam untuk memakai jaket bulang dan mengenakan head lamp di topi kupluk dia, Shevia dan Anika baru saja dari toilet Pos Tiga.“Ada apa?” tanya Anika pada tunangannya yang terlihat cemas.“Cindy hilang dan Ipung jatuh ke jurang. Ini aku sedang mencarinya.” Bagas menceritakan secara singkat mengenai apa yang terjadi. “Oh, Dek Anik ternyata sudah sadar, syukurlah.”Barulah Bagas menyadari bahwa Anika sudah pulih dari hipotermia-nya.“Iya, Mas.” jawab Anika sambil menganggukkan kepala. “Ini berkat pertolongan mas Juna dan Shevia.” Anika melirik ke Shevia di sampingnya.“Oh, syukurlah. Terima kasih Shevia dan Juna.” Bagas ber
“Oh, syukurlah kalau Cindy sudah kembali ke tenda.” Juna melirik ke Bagas di dekatnya.Bagas segera mengetahui mengenai Cindy dan mengambil walkie talkie di tangan Juna.“Shevia! Shevia! Benarkah Cindy sudah kembali ke tenda?” tanya Bagas dengan nada antara senang, bahagia, lega, tapi masih cemas karena tidak melihat sendiri.Shevia tersenyum getir. Sebegitu khawatirnya Bagas akan Cindy. Bagaimana bila pria itu diberitahu bencana yang melanda sepupu kesayangannya?“A—ah! Iya, Pak Bagas! Cindy … sudah kembali, ini dia sedang dibantu mbak Anika untuk bersih-bersih badan di kamar mandi.” Lidah Shevia masih belum sanggup mengungkapkan kenyataan mengenai kondisi sebenarnya dari Cindy.“Tolong urus Cindy di sana untukku, yah, Shevia. Aku mohon!” Bagas mengiba sepenuh hati.Mendengar itu, Shevia semakin merasa kecut di hatinya. Dia menimbang-nimbang baik dan buruknya apabila menceritakan
“Nik dan para wanita lainnya ada di tenda!” Wajah Juna terkesiap ketika dia teringat akan itu.Sementara, saat ini, banjir tanah berlumpur masih saja terus deras datang ke jurang tempat Juna bergelantungan pada seutas tali.Apabila Juna tidak memiliki kekuatan kanuragan, jangan harap dia bisa bertahan meski hanya satu menit.“Sial! Aku terjebak di sini!” geram Juna di bawah guyuran terjangan tanah berlumpur.“Juna! Ipung!” Bagas berteriak dari atas pohon besar tempat dia berlindung bersama Yuda.Juna benar-benar tidak berdaya. Untuk membagi jiwa demi ke tenda tempat Anika dan dua lainnya saja dia tak bisa karena seakan ada energi yang menahannya.‘Sialan! Jin-jin yang melakukan ini sangat kuat! Ini setara dengan Nyai Mirah!’ umpat Juna dalam hati. ‘Nyai Mirah! Hei, Nyai Mirah! Kau di mana? Kenapa kau malah menghilang di saat krusial begini?’Namun, sekeras apa pun Juna memang