“Mau pergi ke mana? Di luar sangat panas, kulitmu yang halus itu tak akan bisa menahannya.” Arsa mengunci pintu agar Hira tak keluar. Benar kata dia panasnya tak masuk akal. Hira mengintip dari jendela, tapi hanya terlihat pagar saja. Percaya tak percaya besi dicat putih itu mulai layu. “Wow, kira-kira apa sebabnya, ya, Pak? Perasaan nggak pernah sepanas ini, deh.” “Tidak tahu, kau tak ada kerjaan, bukan? Memasaklah, anggap ini salah satu cara mengangsur hutangmu.” Arsa mengeluarkan barang-barang di atas meja. Hira menggerutu, tapi dia tak punya pilihan lain. Lumayan juga kalau hutangnya dikurangin dikit. “Masak apa, Pak?” “Terserah,” jawab Arsa sekenanya. Terasa mulai panas sekali lingkungan sekitar. Dewa perang itu membuka baju kausnya. Ia tak pakai singlet, tak biasa. Lantas Hira ber wow saja melihat pemandangan indah di depan matanya. “Six pack, bok, kayae orangnya kuat ini makanya punya istri aja lima.” Hira mulai membuka kaleng sarden. Ia keluarkan isinya dan mulai meny
Baca selengkapnya