Home / Fantasi / Roh Dewa Perang / Persahabatan

Share

Persahabatan

Author: Rosa Rasyidin
last update Last Updated: 2023-11-21 05:43:49

Dewi pelangi memasuki kamar Dewi Ambar yang sedang kena gangguan pikiran. Dewi bunga itu sedang tidak baik-baik saja setelah ditolak terlalu kasar oleh Arsa. Bahkan sejak saat ia dilempar Arsa semua bunga baik yang di langit atau bumi jadi layu karena tak ada pancaran kebahagiaan dari Ambar.

Gadis itu duduk bertapa dalam kamarnya tanpa melakukan apa-apa. Hati yang hampa dan pikiran yang kalut membuatnya tak peduli siapa pun yang menerobos masuk. Bukan hanya dewi pelangi saja, tapi yang lain sudah pernah menerobos.

“Ternyata semudah ini melakukannya,” ucap Dewi Pelangi hijau yang membuka tempat penyimpanan milik Ambar. Ada satu buah guci yang apabila disentuh rasanya sangat sejuk dan menenangkan.

“Ini pasti mata air surga, tak apa aku ambil tiga tetes saja, ya.” Ambar memindahkan sedikit air dalam guci ke cawan pemberian Arsa. Setelahnya ia pun pergi.

Ambar masih tak bergerak sama sekali. Walau nyawa hilang mungkin ia sudah pasrah juga.

“Dewa Arsa, ini.” Dewi pelangi hijau kembali
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Roh Dewa Perang   Memaksa

    Dunia berjalan seperti biasa ketika panas tak lagi menyengat sampai ke daging. Arsa ketika datang melihat Hira tergeletak di kamar mandi. Ia menolong dengan cepat dan memberikan minum yang cukup banyak. Gadis itu sadar dan kembali merasa terhutang budi padanya, padahal hutang-hutang yang lain juga belum lunas. Setelahnya mereka berdua menolong warga yang kebingungan ada di rumah Arsa. Yang selamat diberi tahu untuk pulang, yang meninggal dunia diserahkan pada keluarga. Tak terhitung lagi berapa kerugian yang diderita. Jalanan serta properti yang hancur termasuk emas juga yang melebur. Hira memandang langit yang meneteskan air hujan. Fenomena alam yang terjadi cukup unik. Pelangi melengkung di atas hujan, sayangnya … “Kok, nggak ada warna hijau, ya?” gumam Sahira. Arsa ikut melihat pelangi. Tak ia sangka dewi pelangi hijau akan jadi korban karenanya. Sebenarnya bukan hanya dewi pelangi saja, Dewi Anjas juga belum lepas sampai sekarang karena Arsa tidak tahu kejadiannya sama sekali

    Last Updated : 2023-11-21
  • Roh Dewa Perang   Iseng

    “Tunggulah di sini, aku akan kembali,” ucap Arsa sembari menatap Hira yang rebahan di kasur. “Terus kuliahku gimana, Say? Nggak sedikit loh uangku habis banting tulang siang malam demi dapat uang.” “Soal uang? Ambil saja dalam lemari, semuanya ada.” Berbinar mata Hira mendengar ucapan Arsa. Hidupnya beruntung ketemu om-om yang mau membiayai dirinya. “Oke, hati-hati di jalan, jangan lupa jalan pulang, ya.” Gadis itu melambaikan tangan pada Arsa. Dewa perang menghampiri pecahan arwah keenam. Ia mengecup kening gadis itu setelahnya menghilang. Hira terkejut dibuatnya. “Berarti dia bukan manusia biasa? Atau werewolf, atau hantu, hiih, jadi aku tidur sama siapa?” Merinding Hira dibuatnya. Ia tutup tubuhnya dengan selimut selama beberapa menit. Namun, gadis itu memang merasa ada yang aneh dengan Pak Dewa. Sejak pertama kali bertemu di pentas teater. Lalu berlanjut ada ledakan di udara. Pertemuan dengan Samara hingga Arsa sama sekali tak memperlihatkan wajahnya. Cuaca panas dan pelangi

    Last Updated : 2023-11-21
  • Roh Dewa Perang   Istana Putih

    Arsa mengikuti arah pergerakan cahaya dari Dewi Leo. Namun, dewa perang itu justru tersesat di satu tempat yang tak terlihat apa pun di depan matanya. “Ini tidak mungkin. Siapa yang berani bermain-main denganku.” Dewa perang itu mempertajam mata batinnya. Ia lihat sekeliling tapi lagi-lagi kosong. Kalau pun ada yang terlihat hanya asap putih yang tebal dan setelah ia masuki ternya benar tidak ada apa-apanya. “Rogu, Rogu,” panggil Arsa berulang kali. Namun, yang dibutuhkan bantuannya tak juga datang. Dewa perang kembali terbang ke angkasa yang lebih tinggi. Dengan mata kuningnya ia memandang jejak hilangnya cahaya dari Dewi Leo, ternyata tidak ada apa-apanya lagi. “Siapa pun yang berani menghalangiku membawah Arwah Hara, aku tidak segan-segan untuk membunuhnya.” Suara Arsa terdengar menggelagar di atas langit. Tapi tidak ada yang menjawab panggilannya. “Sepertinya kalian main-main denganku.” Pedang petir Arsa keluar. Dewa perang itu lemparkan ke arah kabut putih tebal terbentuk.

    Last Updated : 2023-11-21
  • Roh Dewa Perang   Ratu Cahaya

    Bagian 88 Taksaka—manusia harimau kuning yang menjaga takhta di istana kerajaan putih bangkit dari tapanya. Ia langsung menuju kamarnya. Di sana istri tercinta, gadis yang dulu ia jaga dengan bertaruh nyawa sedang memandang cermin dengan penuh kehampaan. Saka menghampiri Cahaya. “Kenapa?” tanya lelaki yang sudah lama menjadi raja di istana itu. “Dia datang, tak jauh lagi dia akan sampai.” Aya yang biasanya ceria berubah muram sejak melahirkan Arira. Tahun demi tahun ia habiskan dengan penuh kerisauan. “Kapan dia sampai ke sini?” Saka pun bingung, sebab ia juga menyembah Dewa Perang Arsa. “Nggak lama lagi, tunggu aja.” “Arira mana?” “Ada di kamarnya. Mungkin dia udah tahu dan memilih diam. Tapi aku yang nggak rela.” Cahaya menghela napas sejenak. Mata birunya jelas sekali mengisyaratkan ketakutan. “Kita amankan tempat ini. Arira tidak boleh dibawa pergi.” Saka pun enggan kehilangan si bungsu yang lahir dengan mata berbeda. “Kang Mas.” Aya berdiri dari duduknya. Sang ratu yang

    Last Updated : 2023-11-22
  • Roh Dewa Perang   Sesama Harimau

    Arsa tak perlu menggunakan zirah perangnya sebab lawannya kali ini seorang wanita yang sebenarnya tidak ingin ia sakiti sama sekali. Tapi tantangan harus tetap dipenuhi. Ratu Cahaya bahkan mempersiapkan semua senjata. Cahaya dijaga oleh ratusan peri dengan sayap elang. Peri-peri itu menyerang Arsa bergantin dan keroyokan. Awal mula Dewa Arsa masih tidak ingin membunuh. Namun, satu di antara pera peri itu mengigit dan nyaris merobek telinga dengan menggunakan taringnya. Hingga dengan terpaksa sang dewa mengunuskan pedang petir menembus perut sang peri. Makhluk itu tewas dan berubah menjadi burung elang yang jatuh di tanah. Ratu Cahaya berduka menyaksikan kematian rakyatnya yang amat setia padanya. Sang Ratu tak punya cara lain, walau harus meregang nyawa sekali pun, ia tak akan mau Arira dibawa pergi. “Ratu Cahaya, apa kau benar-benar ingin semua yang ada di sini mati.” Dewa Arsa menarik pedang dari perut peri terakhir. Semua telah mati di tangannya. Hanya tersisa dia dan sang rat

    Last Updated : 2023-11-22
  • Roh Dewa Perang   Putri Arira

    Bagian 90 Saka mengejar Dewa Arsa yang ingin menghancurkan atap istana miliknya. Dewa perang itu merasakan kuku tertancap di betisnya. Ia tak ingin buang-buang waktu tapi yang ini juga tidak bisa didiamkan.Dewa Arsa menghantam Saka yang menghalanginya. Namun, tak mudah juga menumbangkan sang raja. Saka manusia harimau yang sudah banyak berpetualang. Dua lelaki yang sama-sama bermata kuning itu saling menatap dengan peluh dan darah yang berceceran di lantai. Tidak ada yang berani melerainya. Suara pertarungan mereka masuk sampai ke telinga Ratu Cahaya yang masih berbaring lemah. “Ratuku, jangan pergi ke mana-mana, aku tidak akan kuat melawannya.” Peri capung menahan tangan Ratu Cahaya. “Aku tidak bisa membiarkan suamiku bertarung seorang diri. Biar aku menolongnya.” Cahaya menerobos keamanan yang menjaganya. Wanita bermata biru itu berlarian dan melihat bagaimana keadaan di istanah bawah. Dewa Arsa dan Taksaka sama-sama berubah menjadi harimau ganas. Namun, ukuran tubuh Arsa jauh

    Last Updated : 2023-11-22
  • Roh Dewa Perang   Cambuk Berduri

    Dewa Arsa melompat hendak menyambar Arira yang terus mencemoohnya. Namun, gadis dengan dua bola mata beda warna itu bukanlah manusia biasa. Ia bisa terbang menembus atap istana sebelum ditangkap oleh lekaki yang katanya suaminya. “Kau pikir aku akan menyerah,” ucap Arira sambil melayang indah di atas kerajaannya. “Yang seperti ini sudah pernah aku hadapi sebelumnya. Aku hanya perlu mengulang lagi dan bersabar saja.” Maksud Arsa adalah Adara dan Nira. “Kalau begitu tinggal saja dengan mereka. Kau tak perlukan aku lagi. Aku lebih menyayangi kedua orang tuaku daripada gelar dewi di langit.” Tangan kanan Arira menggenggam sesuatu. Sebuah akar pohon berduri serupa cambuk muncul di tangannya. Dewa perang itu mengerti kalau Arira tidak bisa diajak tawar menawar. Maka pemaksaan adalah satu-satunya cara. “Kau yakin? Peperangan di antara kita akan menghancurkan sebagian wilayah milik orang tuamu,” tanya Arsa. Di tangannya juga kini keluar pedang petir. “Kau takut?” “Tidak. Aku dewa peran

    Last Updated : 2023-11-23
  • Roh Dewa Perang   Dewi Sahasika

    Tak sabar melihat penyatuan ketujuh arwah Dewi Hara, Dewa Arsa memeluk Arira dengan kuat. “Lepaskan!” gumam Arira dalam pelukan Arsa. “Tidak akan. Sejak kapan aku melepaskan hal yang aku pegang erat.” Arsa memandang wajah Arira yang halus tanpa cela. Tergoda lagi, ia menyesap bibir gadis itu hingga anak dari pasangan manusia harimau dibuat tak berdaya dalam pelukannya. “Ehm!” Seseorang muncul mengganggu kesenangan Arsa. Rogu datang walau belum dipanggil. “Kau, mengganggu saja.” Arsa menjauh tapi tak melepaskan Arira. “Sudah waktunya, itu diurus nanti saja saat di langit, bagaimana?” Rogu menunjuk ke langit dan memperlihatkan fenomena alam yang terjadi seribu tahun sekali. Waktu yang tepat untuk menyatukan arwah Hara. Kalau gagal, Arsa hanya bisa mengulanginya di seribu tahun kemudian. “Maksudnya?” tanya Arsa pada Rogu. “Sejajar, sembilan planet berada dalam satu barisan lurus, dan bintang-bintang terutama tujuh rasi bintang istrimu terbentuk semua di langit. Ini fenomena yang b

    Last Updated : 2023-11-23

Latest chapter

  • Roh Dewa Perang   110. Rahasia di Dalam Rahasia

    Kuwara mengubah wujudnya menjadi seekor serigala besar dan berdiri di dua kakinya. Dewa perang itu juga mengubah wujudnya menjadi seekor harimau kuning besar dengan otot yang kokoh serta taring dan kuku yang tajam. Dua binatang buas yang saling berteriak dan memamerkan kekuatan mereka. Suara auman yang terdengar membahana sampai menembus portal keamanan milik Dewa Rama. Bahkan Hara terkejut dan hampir pegangannya pada Dewi Anjas terlepas. Di bumi, suara dua dewa yang sedang bertikai itu terdengar seperti naga yang sedang bangkit dari tidurnya. Macam-macam legenda yang berkembang. Terutama ketika tubuh binatang buas itu menutupi bulan yang bersinar terang. Penduduk bumi akan mulai memukul kentungan agar mereka yang bertikai memuntahkan bulan yang ditelan. Harimau dan serigala itu saling bergelut. Mencakar, menggigit, menendang, mematahkan tulang belulang. Kuku mereka masuk ke menembus kulit, tulang serta daging. Darah bercucuran sampai menetes ke bumi hingga membuat tumbuhan yang

  • Roh Dewa Perang   109. Pertarungan

    Hara memegang pedang api neraka di tangan kanannya. Ia bersiap menghadapi pasukan iblis yang jumlahnya begitu banyak. Sang dewi melompat dan menaikkan lalu menebas pedangnya hingga timbul gelombang energi angin yang cukup besar. Gelombang itu tajam sesuai dengan pedangnya dan membuat beberapa bagian tubuh iblis terputus. Kemudian ibu dari Dewa Kembar itu berlarian dari satu atap ke atap lainnya sembari mengayunkan senjata mengikuti gerakan para iblis yang begitu gesit. Peluh Hara bercucuran. Ia melompat lebih tinggi dan mencoba meretakkan portal iblis yang dibuat oleh Kuwara. Portal hancur sedikit demi sedikit. Cahaya hijau terang dari tubuh Dewi Anjas keluar menembus langit. “Besar juga kekuatanmu sejak kembali dari bumi.” Kuwara memperhatikan pertarungan sengit dari atas singgasananya. Di sisi kirinya Dewi Anjasmara terkulai lemah tanpa bisa melawan.Sementara itu Reksi berdiri di antara barisan para prajurit neraka yang menghadapi Arsa. Pelayan Raja Iblis itu memiliki dendam yan

  • Roh Dewa Perang   108. Teman Lama

    Seekor rubah ekor tujuh berlarian di atas gunung es. Ekornya bergerak ke sana kemari dengan lincah hingga membuat pola yang cahayanya berpendar begitu indah. Rubah ekor tujuh itu melompat ketika seekor harimau mengejarnya. Sang dewi api sedang menguji kekuatan barunya. Benar ia telah menyatu dengan makhluk kuno yang habitatnya dulu hancur diburu para iblis. Seekor harimau besar melompat cukup tinggi, mata rubah ekor tujuh itu bersinar terang. Dengan kekuatannya ia bersusaha menghindar dari terkaman. Namun, setelah rubah melompat tetap saja harimau yang merupakan perwujudan dari dewa perang mampu menangkapnya. “Ah, sudah, sudah hentikan! Aku tak tahan geli!” Dewi Hara mengubah wujud menjadi seperti biasa ketika kuku-kuku harimau yang tajam menelisik bulu-bulu rubah yang halus. Hara tak berhenti tertawa sampai menangis ketika Arsa terus menggodanya. “Ternyata seorang Dewi Api bisa geli juga. Kupikir seluruh tubuhnya akan dilindungi perisai sampai tak bisa tersentuh.” Arsa menyudahi

  • Roh Dewa Perang   107. Rubah yang Angkuh

    Di puncak Gunung Api dan Es, Dewi Hara berdiri tegak, matanya menatap tajam ke arah cakrawala yang dipenuhi oleh kabut tebal. Angin dingin yang menusuk tulang bercampur dengan panas yang membara dari lava yang mengalir di bawahnya, menciptakan suasana yang penuh dengan ketegangan dan kekuatan alam yang luar biasa.Dewi Hara mengangkat pedang saktinya, pedang api neraka, yang berkilauan dengan sinar merah yang memancar dari dalamnya. Pedang itu ia dapatkan ketika menjadi sosok Nira. Sebuah senjata berbahaya yang mampu mengeringkan sungai dalam sekejap mata. Dengan setiap ayunan, Dewi Hara merasakan kekuatan yang mengalir melalui tubuhnya, mempersiapkannya untuk pertempuran yang akan datang. Perang melawan bagian dari dirinya sendiri. Di hadapan wanita berambut keriting itu, bayangan besar mulai terbentuk. Rubah Ekor Tujuh, makhluk yang merupakan gabungan dari tujuh dewi zodiak kuno, muncul dengan anggun. Setiap ekor rubah memancarkan cahaya yang berbeda, mencerminkan kekuatan dan el

  • Roh Dewa Perang   106. Sepasang Kekasih?

    Sahasika membawa bayi Arsa dan Hara ke dalam kediamannya bersama raja langit. Tak lama kemudian Wanudara pun masuk. Sahasika memerintahkan para pelayan keluar. “Apa lagi yang kau lakukan?” tanya Wanudara pada ratu langit. “Menurutmu?” tanya kembaran Senandika itu dengan ekor mata melirik lelaki yang bukan suaminya. “Kenapa harus mencari masalah lagi?” Raja langit duduk dengan dua kaki terbuka lebar. “Aku tidak mencari masalah, Kanda, aku mencari kasih sayang. Anak sekecil ini pasti tahu menyayangi siapa yang merawatnya. Hal yang tidak pernah aku dapatkan dari dulu.” “Sahasika …” panggil sang raja. “Berhenti memanggilku dengan nama itu. Aku bahkan tak menyukainya sama sekali.” “Sahasika, kejahatanmu sudah terlalu jauh, cepat atau lambat aku harus mengembalikan Senandika pada tempatnya.” Jujur saja Wanudara merindukan istrinya yang asli. Wanita yang penuh kelembutan tapi ketegasan, hanya saja mudah kasihan pada saudara kembarnya. “Aku tidak akan mengembalikan tempat ini pada Sen

  • Roh Dewa Perang   105. Gunung Api & Es

    Arsa dan Hara pergi berdua ke gunung api dan es untuk menekan gejolak panas pada tubuh sang dewi. Keduanya melintasi langit di malam hari yang bertabur bintang amat indah. Tak mau terburu-buru, begitulah mereka kalau sedang berdua. “Itu, bintang saat aku masih di kehidupan yang dulu,” ujar Hara saat ia difitnah pada kehidupan lampau.“Dan bersinar sangat terang. Dari sana saja sudah ketahuan kalau kau tidak bersalah.” “Kalau misalnya aku bersalah, Kanda, aku jadi apa?” “Meteor atau benda-benda langit lainnya yang jatuh menghantam bumi dan membuat kerusakan hingga menyengsarakan umat manusia serta menyulitkan para dewa.” “Oh, aku baru mendengar hal-hal seperti ini. Tapi bintang di sebelah itu siapa, ya? Kenapa aku curiga kalau dia salah satu temanku,” tunjuk Hara pada bintang dewi pelangi hijau dengan sinar yang tak kalah terangnya. “Nanti akan aku cari tahu. Kita lanjutkan perjalanan, semakin cepat sampai semakin cepat kita bertemu dengan si kembar.” Arsa semakin menggenggam erat

  • Roh Dewa Perang   104. Ramalan

    Arsa membawa Hara ke dalam kamarnya. Ia meminta para pelayan meninggalkan mereka seorang diri sebab tahu panas dari tubuh istrinya masih tidak bisa diredam dengan mudah. Lelaki itu sendiri mengambil air dari sumbernya di kolam dan segera mengusap tubuh sang dewi dengan kain basah. Air yang menenangkan sanggup meredam panas yang masih bergejolak. “Dewa Arsa, sebelum kami benar-benar pamit, apakah ada yang masih dibutuhkan?” tanya salah satu pelayan dari luar. “Tidak ada. Awasi dan jaga anak kami dengan baik, jangan biarkan Ambar mendekati mereka, mengerti?” titah sang dewa. “Baik, Dewa Arsa.” Kemudian para pelayan beranjak meninggalkan kamar sang tuan. “Rubah ekor tujuh, bagaimana mungkin tubuhmu sanggup menahan hewan kuno itu. Pantas setiap sebentar kau marah dan mengeluarkan api.” Dewa perang mengganti pakaian istrinya yang basah dengah jubah baru warna putih dengan sensasi dingin dan menenangkan. “Istirahatlah, Sayang, yang tadi hanya mimpi buruk saja. Aku tidak akan pernah m

  • Roh Dewa Perang   103. Rubah Ekor Tujuh

    Dewa Api mendekati Hara tiba-tiba saja bahkan memegang tangan wanita itu begitu erat. Sahasika sangat menikmati permainan yang ia buat sendiri. Cepat atau lambat pertarungan besar terjadi dan akan berdampak ke bumi. “Permaisuriku, ayo ikut ke aula merah. Mulai sekarang kau adalah istriku.” Dewa Api menarik tangan Hara. Namun, wanita berambut keriting itu diam saja di tempatnya. Lagi, lelaki berjubah merah itu menariknya, tapi sama saja Dewi Hara tak bergerak sama sekali. Memiliki kekuatan yang sama-sama berasal dari api membuat keduanya saling adu kekuatan dalam diam. Tanpa disadari dua dewa, yang lain jadi menjauh karena hawa panas yang dikeluarkan dari tubuh masing-masing. “Ini yang aku khawatirkan.” Arsa berhasil melepas ikatan dari Jayamurcita. “Tidak mungkin Dewi Hara jadi seperti itu.” Dewa penjaga gerbang terbelalak matanya ketika api besar keluar dari tubuh sang dewi. Secara sengaja semua yang ada di sana menjauh. Api menyambar semua yang ada di sekitar Hara termasuk memb

  • Roh Dewa Perang   102

    Mahadewa dan istrinya sudah memasuki aula. Para dewa dan dewi memberikan hormat. Setelah diminta barulah mereka menaikkan kepala. Ada satu jabatan yang diisi oleh dewa baru, yaitu juru catat perintah mahadewa dan mahadewi. Jabatan itu diisi oleh Rogu. Mata Arsa menatap Rogu begitu dalam. Siapa sangka temannya akan di sana. Jabatan yang bisa dikatakan strategis karena memiliki daya ingat yang kuat. Namun, cukup berat karena yang diincar pertama kali untuk memanipulasi perintah raja dalah Rogu nantinya. “Aku senang semua pilar penyokong langit sudah terisi kembali,” ucap raja langit Wanudara. “Tapi aku kembali kecewa kenapa Dewa Rama masih tidak mau bergabung dalam pemerintahan, padahal aku sangat membutuhkan nasehatnya.” Ucapan Wanudara membuat Dewi Senandika palsu melirik ke arahnya. Rogu diam saja tak mau menjawab. Tindakan Dewa Rama sulit ditebak bahkan oleh takdir sendiri. “Yang Mulia, mulai saja sekalian jangan berlama-lama,” bisik Sahasika pada Wanudara. “Baik kalau begitu.

DMCA.com Protection Status