Share

Musim Panas

Sahira masuk ke kampus lagi masih dalam kondisi setengah terluka di bagian kepala. Tapi kalau didiamkan terus dia bisa bosan seharian di rumah.

“Huuuh. Pak Dewa, kok, nggak pernah kelihatan lagi, ya, habis di rumah sakit. Balikin duitnya itu loh. Apa emang ada orang seikhlas ngasih gitu aja?” gumam Hira di dalam kelas.

Beberapa temannya berhamburan masuk. Dosen mata pelajaran katanya ada yang baru. Hira menundukkan kepala membuka buku dan mengeluarkan pena. Kemudian pecahan arwah keenam itu mendongak ketika mendengar suara yang tidak asing.

“Selamat pagi semuanya. Perkenalan namaku Dewa Arsa.” Lelaki itu menulis di papan putih menggunakan spidol merah. Jatuh pena Hira ketika tahu Pak Dewa adalah dosen baru.

“Mati aku. Udahlah kemarin sempat digodain, astaga, bisa pura-pura jadi keset aja nggak, sih?” Hira duduk lebih rendah dari temannya yang ada di depan. Biasanya dia paling aktif. Sesekali boleh jadi anak pendiam.

“Keluarkan buku dan kalian aku beri waktu belajar selama sepuluh
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status