Home / Fantasi / Roh Dewa Perang / Chapter 91 - Chapter 100

All Chapters of Roh Dewa Perang: Chapter 91 - Chapter 100

107 Chapters

Cambuk Berduri

Dewa Arsa melompat hendak menyambar Arira yang terus mencemoohnya. Namun, gadis dengan dua bola mata beda warna itu bukanlah manusia biasa. Ia bisa terbang menembus atap istana sebelum ditangkap oleh lekaki yang katanya suaminya. “Kau pikir aku akan menyerah,” ucap Arira sambil melayang indah di atas kerajaannya. “Yang seperti ini sudah pernah aku hadapi sebelumnya. Aku hanya perlu mengulang lagi dan bersabar saja.” Maksud Arsa adalah Adara dan Nira. “Kalau begitu tinggal saja dengan mereka. Kau tak perlukan aku lagi. Aku lebih menyayangi kedua orang tuaku daripada gelar dewi di langit.” Tangan kanan Arira menggenggam sesuatu. Sebuah akar pohon berduri serupa cambuk muncul di tangannya. Dewa perang itu mengerti kalau Arira tidak bisa diajak tawar menawar. Maka pemaksaan adalah satu-satunya cara. “Kau yakin? Peperangan di antara kita akan menghancurkan sebagian wilayah milik orang tuamu,” tanya Arsa. Di tangannya juga kini keluar pedang petir. “Kau takut?” “Tidak. Aku dewa peran
Read more

Dewi Sahasika

Tak sabar melihat penyatuan ketujuh arwah Dewi Hara, Dewa Arsa memeluk Arira dengan kuat. “Lepaskan!” gumam Arira dalam pelukan Arsa. “Tidak akan. Sejak kapan aku melepaskan hal yang aku pegang erat.” Arsa memandang wajah Arira yang halus tanpa cela. Tergoda lagi, ia menyesap bibir gadis itu hingga anak dari pasangan manusia harimau dibuat tak berdaya dalam pelukannya. “Ehm!” Seseorang muncul mengganggu kesenangan Arsa. Rogu datang walau belum dipanggil. “Kau, mengganggu saja.” Arsa menjauh tapi tak melepaskan Arira. “Sudah waktunya, itu diurus nanti saja saat di langit, bagaimana?” Rogu menunjuk ke langit dan memperlihatkan fenomena alam yang terjadi seribu tahun sekali. Waktu yang tepat untuk menyatukan arwah Hara. Kalau gagal, Arsa hanya bisa mengulanginya di seribu tahun kemudian. “Maksudnya?” tanya Arsa pada Rogu. “Sejajar, sembilan planet berada dalam satu barisan lurus, dan bintang-bintang terutama tujuh rasi bintang istrimu terbentuk semua di langit. Ini fenomena yang b
Read more

Anak Perempuan Pertama

Nira berjalan kaki sepanjang hutan dan melihat apa yang sebenarnya terjadi dan mengapa dia sampai harus terlempar ke sini. Pasti ada alasan yang kuat. “Sejak kapan manusia bisa berubah menjadi serigala? Pasti ada campur tangan iblis di dalamnya. Eh, tapi Arsa, kan, bisa jadi harimau juga? Ah, pusing kepalaku lama-lama.” Nira keluar dari hutan dan melihat beberapa orang duduk serta bertukar cerita. Saat itu juga ia sadari hidup di zaman yang berbeda. Buktinya pakaian yang ia kenakan dan orang-orang di sana tidak ada kesamaan sedikit pun. “Aku harus cari tahu.” Nira menyembunyikan pedang apinya. Lalu menajamkan pendengaran. “Aku dengar ratu hamil tanpa suami. Sayang sekali, padahal dia sangat baik. Anggota dewan pasti murka.” “Jangan-jangan kau lagi ayahnya?” “Enak saja, lebih baik aku tidur dengan babi daripada dengan ratu. Dia memang baik, tapi tak segan-segan membunuh orang tak sepaham dengannya?” “Itu caranya melindungi diri.” “Dan pada akhirnya ketahuan juga. Malang sekali
Read more

Iblis Neraka

Raja iblis Kuwara menerima laporan dari Reksi tentang kedatangan salah satu pecahan arwah Dewi Hara yang membabi buta membunuh para bangsawan. “Bukankan Hara dewi kebaikan? Kenapa ada satu pecahannya yang bertindak bar-bar?” tanya Kuwara. “Sepertinya arwah Dewi Hara tidak semuanya baik, Tuanku. Pecahan yang pertama saja menjabat sebagai pembasmi bajak laut.” Maksud Reksi yaitu Adara si arwah pertama dengan kulit cokelat dan mata hijau lumut. “Hmm, ini sangat menarik, dan ketika mereka menyatu, berarti Hara bukanlah dewi kebaikan lagi. Melainkan dewi yang penuh nafsu dan ambisi karena pernah hidup sebagai manusaia.” Kuwara memberi makan burung jelmaan Dewi Anjasmara. “Apakah mereka benar akan menyatu, Tuanku?” tanya Reksi. “Oh, pertanyaanmu sangat cerdas sekali. Secara tak langsung kau ingin aku mengunjungi arwah bar-bar itu dan mencari tahu. Saran yang baik, Reksi, kau memang anjing yang penurut.” Raja Iblis Kuwara memutuskan turun dan melakukan kunjungan dadakan. Ia penasaran Ni
Read more

Hilang

Kuwara berubah menjadi seekor serigala ketika sampai di hutan tempat Lira dan Nira tinggal. Begitu juga dengan Reksi yang mengubah wujud menjadi sosok anjing ganas. Dua binatang itu mulai berlarian. Pepohonan dibuat tumbang, akar pohon terangkat, dan tanah bergetar serasa gempa bumi ketika dua binatang buas itu menghantam semua yang ada di depannya. Lalu sampailah mereka semua di hadapan mantan penjaga gerbang neraka. Nira mengeluarkan pedang dengan kobaran api neraka, dan Reksi berlarian mencari Lira yang mencoba kabur. Wanita bermata merah itu mengempas api dari pedangnya berkali-kali. Kuawara menangkis dengan tangan kekar dan berbulu hitam kasar. Terasa panas walau Kuwara berasal dari klan iblis. “Enyahlah kau dari hadapanku.” Nira turun dan menantang sang raja iblis secara langsung. Sesaat Kuwara terpana ketika cadar yang menutupi wajah Nira terlepas. Wajah yang amat dia dambakan. Dewi Hara. Tapi sayangnya yang dihadapan Kuwara kini seseorang yang mudah mengobarkan api. Nira
Read more

Tujuh Arwah

Dewa Rama terbang turun ke bumi memenuhi panggilan Rogu dan Dewa Arsa. Lelaki berambut putih itu menoleh ke belakang dan tak kaget ketika diikuti oleh Dewa Jayamurcita dan pasukan langit. Penjaga gerbang mempercepat terbang dan Dewa Rama sengaja melambatkan diri. “Atas perintah Mahadewi?” tanya Dewa Rama santai saja. “Benar, sebaiknya kau ikut denganku Dewa Rama.” Jayamurcita jadi serba salah. “Kalau aku tidak mau?” “Terpaksa ak—” “Melawanku? Sudah sempurna ilmumu anak muda?” Dewa Rama malas sekali berbasa-basi. “Dewa Rama, maaf tapi aku tidak punya pilihan lain.” Jayamurcita terpaksa menaikkan tombaknya. Namun, tiba-tiba saja lelaki berambut putih itu menghilang tanpa peringatan. Jayamurcita mencari tapi tidak juga ketemu. Langit begitu luas tapi tanpa penopang dan di manakah dia bersembunyi? Dewa Rama hanya geleng-geleng kepala melihat begitu patuhnya Jayamurcita pada Senandika yang ternyata palsu. Lelaki itu terus saja terbang turun dan mulai terlihat Dewa Arsa beserta romb
Read more

Terlahir Kembali

“Istri-istriku, akhirnya kalian datang juga.” Arsa membuka lebar tangannya dan berharap mendapat sambutan. Tapi yang ia terima hanya angin dan butiran pasir saja.“Cih, kau tahu sendiri akibatnya mengumpulkan banyak perempuan di satu tempat. Makanlan itu penjelasan, weeek!” Nira sudah habis selera mengejar Arsa. Sisanya ia serahkan pada empat arwah yang lain saja. “Nira, Nira, tolong jangan, tolong bantu aku jelaskan pada mereka semua.” Arsa menahan tangan pecahan arwah ketiga Hara. “Malas!” Mantan penjaga neraka itu berlalu meninggalkan sang dewa perang. “Matilah aku. Semoga mereka bisa menerima dengan berlapang dada, ya, mau bagaimana, bukan aku yang mau mereka terpecah belah.” Arsa menghampiri empat pecahan arwah lain yang masih membeku. Paling kaget memang dengan Samara. Dokter bedah itu membawa bayi laki-laki, padahal anak dari Lira saja sudah membuat sang dewa jadi bingung. “Aku harus menghampiri yang mana satu?” Arsa terhenti di tengah jalan. Tidak demikian dengan si pembe
Read more

Selir Rendahan

“Lihat, Dewa Arsa dan Dewi Hara, mereka sudah datang. Ayo cepat kita semua bersiap menyambutnya.” Para dewa dan dewi kecil yang menghuni aula biru berkerumun ketika langkah sepasang suami istri mulai terlihat. Kediaman itu sudah mulai dibersihkan atas perintah dari Dewi Ambaramurni. Dewi bunga memang tulus mencintai Arsa meski sering mengambil tindakan konyol hingga membuat Arsa benci padanya. Bahkan bunga peony yang ditanam oleh Arsa dan Hara dulu ia rawat lagi hingga hidup dan terus berbunga. Lalu ia dapat apa? Tidak ada yang tahu. Belum tentu juga Hara mau menerimanya sebagai selir. “Tapi kenapa Dewi Hara jadi berubah? Bukankah dulu rambutnya lurus dan indah? Sekarang kenapa jadi bergelombang aneh begitu?” bisik salah satu dewi. Yang lain juga mulai memperhatikan. “Lihat juga matanya. Bukankah dulu mata Dewi Hara cokelat jernih, sekarang … ehm aku tidak salah lihat, kan?” Dewi kecil itu sampai mengucek matanya sendiri. “Tidak, kau tak salah lihat. Mata Dewi Hara sebelah kuning
Read more

Air Embun Langit

“Bantu aku bersiap. Aku harus cantik dan wangi malam ini agar bisa memikat Dewa Arsa.” Perintah Dewi Ambar pada Ratri. Dewi pelayan itu diam sejenak. “Apa yang kau tunggu?” lanjut dewi bunga. “Ehm, maafkan hamba, Dewi Bunga. Sebagai selir paling rendah sebenarnya kau tidak ada bedanya dengan para pelayan. Kau tidak mendapatkan pelayan untuk mengurus kebutuhanmu. Jadi, hamba undur diri dulu. Hanya sampai di sini saja hamba melayani Dewi Bunga.” Sebelum kena marah, Ratri segera menutup pintu kamar. Semua di langit juga tahu kalau Dewi Ambar itu memang cantik tapi cepat marah. “Dasar pelayan rendahan. Hanya karena aku selir paling rendah kau pikir bisa seperti itu padaku. Baik, akan aku adukan pada bibiku sampai kau dihukum mati. Hara sekali pun tidak akan bisa menolong.” Dewi Ambar kesal, lalu ia menarik napas sejenak. “Baiklah malam ini aku akan menyambut Dewa Arsa dalam pelukanku. Aku akan mengurus diriku sendiri. Dibantu atau tidak oleh para pelayan semua juga tahu kalau aku paling
Read more

Arti Sebuah Nama

Dewi Hara bangun dari tidurnya. Tak ia temukan di mana Arsa berada. Dari dulu memang dewa perang itu suka hilang begitu saja.“Apa jangan-jangan dia menemui Ambar?” tebak Hara asal-asalan. Ia pun kemudian memanggil pelayan. “Iya, Dewi Hara, kami di sini?” Ratri datang memenuhi panggilan tuannya. “Bantu aku bersiap. Aku ingin menemui dua anakku.” Hara bangkit dan meletakkan selimutnya. Sejenak Ratri terpaku, sang dewi tidur mengenakan dalaman bagian atas saja, bagian perut terlihat lebih kencang dan padat. Dewi Hara sudah sangat berubah. “Kenapa?” tanya Hara pada Ratri yang diam saja. “Tidak ada, Dewi Hara, hanya saja Dewa Arsa tadi sudah menemui si kembar dan sedang bersama dengan mereka.” “Ya sudah kalau begitu, kau siapkan baju dan perhiasan, aku akan mandi sendiri saja.” Hara masuk lagi dalam kolam pemandian yang sama. Ia bersiap secepat kilat karena sudah tak sabar ingin menemui dua anak kembarnya. Namun, saat melihat jubah dewi yang dibawakan oleh Ratri, Hara merasa tak coc
Read more
PREV
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status