Home / Pernikahan / Pesona Istri Dari Desa / Chapter 171 - Chapter 180

All Chapters of Pesona Istri Dari Desa: Chapter 171 - Chapter 180

374 Chapters

Pergi Jauh

"Pulanglah, yah. Aku memang bukan bagian Atmadja," balas Gendis."Aku peringatkan kamu sekali lagi," ucap Om Gunawan. "Peringatkan apalagi? Bukannya ayah sudah berhasil memisahkan kami berdua? Padahal putusan pengadilan belum turun." Hebat, Gendis berani membela diri. Ini memang tidak boleh dibiarkan, sekarang mungkin om Gunawan yang datang, bisa saja besok Ana yang datang ke tempat ini."Kamu tahu darimana?" tanya om Gunawan terdengar panik. Aku masih bersembunyi di kamar bersama Cantika yang sedang tertidur."Kebenaran itu selalu terungkap, jika kalian sudah menganggapku mati, kenapa masih terus menggangguku." Gendis berani melawan. Mendengar keributan di luar, Cantika menangis membuatku bingung. Sementara posisiku sedang bersembunyi. "Anakku menangis, yah. Pulanglah ... aku ingin istirahat." Terdengar Gendis mengusir ayahnya. Dengan pelan aku langsung menggendong Cantika, menenangkan dia agar tertidur lagi. Namun, langkah kaki membuat dadaku berdetak lebih cepat. Apa itu om Guna
last updateLast Updated : 2023-07-10
Read more

Dikepung

Om Gunawan langsung mengetuk pintu rumah Gendis, aku mengendap ke depan langsung masuk ke dalam mobil di dekat Gendis. Ini darurat, mau tidak mau kami harus duduk dalam keadaan sempit. Aku bisa ketahuan jika duduk di belakang."Sempit, Bang," ucap Gendis. Aku langsung menutup mulutnya agar tidak mengomel."Ada ayah dan bundamu, di luar. Pak supir cepat berangkat," bisikku.Rasanya seperti tak bernapas ketika aunty Fatia mendekat mobil kami. "Cepat, Kang, jalan." "Iya, Tuan."Terdengar langkah kaki yang mengejar kami sambil berteriak."Tunggu sebentar kami mencari anak kami!" teriaknya. Gendis sampai gemetar karena kami hampir ketahuan."Bagaimana bisa ada bunda dan ayah?" tanya Gendis."Entahlah ... mereka seperti tahu apa yang kita kerjakan. Hampir ketahuan," balasku.Mobil melaju dengan cepat, debaran di dada ini jangan ditanya. Ada sesuatu yang masih mengganjal. Entah apa yang akan terjadi. Berkali-kali aku mengatur napas, hari ini seperti mimpi."Tuan, sepertinya kita diikuti mo
last updateLast Updated : 2023-07-11
Read more

Tak Habis Pikir

"Cantika ...!"Kami berteriak, kaca di depan kami hancur. Untuknya Gendis menahan pakai selimut yang dipakai. Namun, tangannya Gendis kena pecahan kaca dan berdarah. "Kalau begitu kita terobos saja!" Teriak kang Maman. Kang Maman memacu kendaraannya dengan kecepatan tinggi. Dengan brutal kang Maman menabrak motor di depannya tanpa ampun. Tak cukup itu kang Maman mundur dan menabrak lagi mereka dari belakang. Gendis meringis kesakitan, aku pun tak sadar jika ada setetes darah turun dari keningku."Pegangan, Tuan. Mereka berani, kita lebih berani," ucap kang Maman yang kurasa mengeluarkan sisi premannya. Cantika tak henti menangis, bayi mungil tak berdosa itu ikut menyaksikan pertempuran malam ini. Untungnya kang Maman di sini sangat pro. Dia terlihat sangat cekatan melawan para geng motor itu."Kasih ASI, Cantika," bisikku ke Gendis. Kuambil kain penutup agar Gendis nyaman memberikan Cantika ASI. Para preman di belakang masih berusaha untuk mengejar kami. Dua motor rusak parah, tet
last updateLast Updated : 2023-07-12
Read more

Begadang

"Siapa yang mencari kami?" tanyaku kembali."Sebentar, Tuan." Jangan ditanya debaran di dada ini. Tak berselang lama mereka kembali mengabari kami. Aku dan Gendis sudah siap mendengar siapa yang ada di luar mencari kami."Ternyata istri kang Maman," jawab mereka. Alhamdulillah. Kami bisa bernapas lega. Aku dan Gendis keluar menemui istri kang Maman. Gendis bahkan mencium tangannya, kami taksir umurnya mirip bunda Nina meski belum memiliki keturunan."Ini miss Rara?" tanyanya."Iya, ibu. Saya miss Rara.""Alhamdulillah, ibu senang bisa bersama kalian," balasnya. "Ini suamiku, Bu. Shaka Adytama," ucap Gendis. Aku hanya membalas dengan senyuman.Setelah basa basi kang Maman beserta istri meminta kami untuk beristirahat. Kami pun izin pamit untuk langsung ke kamar. Setidaknya kami dalam keadaan aman.Cantika masih tertidur pulas, tetapi menurut Gendis, setiap tengah malam Cantika sering bangun. Jadi harus siap begadang malam ini. "Iya, aku temani. Tenanglah.""Yakin?" tanyanya tidak p
last updateLast Updated : 2023-07-12
Read more

Takdir

Aku memeluknya, memberikan transfer cinta ke hatinya Gendis. Kami memang bukan pasangan yang dilanda kasmaran, dari awal nikah, kami bahkan tak pernah bermesraan seperti orang lain. Begitu sulit bagi kami hanya sekedar bercinta seperti yang lainnya. Dia bahkan panik ketika aku hanya sekedar memeluknya."Jangan takut, aku suamimu.""Siapa yang takut, abang kepedean," balasnya."Kita bahkan tidak pernah pacaran dan hidup bahagia," ucapku. "Kita pasti akan bahagia, karena pelangi selalu terbit setelah hujan." Dia memang tumbuh dengan dewasa."Ada anak kita yang menjadi penyejuk di hati kita."Cukup lama Gendis di pelukanku, kami berdua larut dalam pikiran masing-masing. Seperti kata Gendis, Cantika akan bangun ketika lapar, tepat jam empat pagi Cantika bangun lagi. Gendis dengan sigap memberikan ASI. Pola yang teratur diberikan Gendis membuat Cantika tidak terlalu rewel dan bangun di waktu tertentu. Usia Gendis sebentar lagi dua bulan, masih terlalu dini untuk dibawa kesana kemari.Men
last updateLast Updated : 2023-07-13
Read more

Apakah ini mimpi?

POV Author Ambulance berpacu menyelamatkan korban kecelakaan malam ini. Bayi mungil itu yang pertama kali diambil oleh warga. Tiba-tiba hujan yang begitu derasnya langsung reda mendengar supir truk yang berteriak minta tolong. "Tolong ...!" Supir truk berteriak hingga warga berdatangan. Kang Maman dan istrinya sangat gelisah di rumah karena Gendis dan Shaka belum pulang. Mereka sudah menganggap Gendis dan Shaka adalah anak kandung mereka. "Kang, kenapa mereka belum pulang? Mana hujan deras," ucap istrinya kang Maman. Wajah kang Maman juga begitu gelisah, di tengah-tengah kegelisahannya. Warga datang mengabari jika Gendis dan Cantika ditemukan dan sudah dilarikan ke puskesmas terdekat. Kemungkinan besar akan di rujuk ke rumah sakit. Bergegas kang Maman dan istrinya ke puskesmas yang dimaksud. Air mata istri kang Maman tak henti-hentinya turun. Dipikirannya bagaimana keadaan mereka. Apalagi Cantika masih kecil, pasti dialah yang paling terluka saat ini. "Gimana dengan cucuku, Ka
last updateLast Updated : 2023-07-13
Read more

Kurasa dia aneh

Aku bangun melihat ada wanita yang tergerai rambutnya. Wajahnya begitu bersinar, senyum di bibirnya tak pernah lepas. Kepalaku masih terasa berat dan rasanya aku tertidur sangat lama."Alhamdulillah ... akhirnya mas sadar juga," ungkapnya. Kenapa dia terasa asing sekali. Aku dibuat bingung."Kamu siapa?" tanyaku. Dia terus tersenyum, aku tak mengerti maksud dari senyumnya."Aku istrimu," jawabnya. Entah mengapa aku tidak merasa ada ikatan apa pun dengannya. Justru aku merasa dia aneh."Apa benar kamu istriku?" tanyaku lagi. Wajahnya langsung berubah. Seketika aku bergidik ngeri. Mengapa dia seperti punya dua kepribadian. Kepalaku makin pusing dibuat. Segera dokter yang menanganiku memeriksa kondisiku. Aku seperti orang asing di sini, bahkan aku tidak tahu siapa diriku sebenarnya. Dokter yang menjaga begitu totalitas. Belum lagi pengawal yang menjaga kami. "Siapa aku?" tanyaku ke dokter yang memeriksaku."Tuan suaminya nyonya Ana," jawab dokter itu gugup. Mengapa dokter itu gugup. Ak
last updateLast Updated : 2023-07-14
Read more

Menjalankan Misi

Cukup lama aku mencerna ucapan dokter ini. Aku masih belum paham apa maksudnya."Kamu harus sehat, agar ingatanmu pulih kembali. Kurasa kamu hanya lupa ingatan sementara." Jadi aku lupa ingatan? Entah mengapa kepalaku mendadak pusing. Terlalu banyak isi di kepalaku yang sulit kucerna.Tiba-tiba Ana datang. Dokter Rayyandra langsung memposisikan dirinya dengan gaya yang berbeda. Sangat berbeda ketika bersamaku."Bagaimana perkembangannya?" tanya Ana."Psikisnya masih terganggu, sebaiknya dia dirawat intensif.""Aku ingin bicara denganmu sebentar," perintah Ana ke dokter Rayyandra. Gayanya sudah seperti bos yang memerintah anak buahnya.Aku langsung membalikkan badanku. Entah mengapa aku begitu malas hanya sekedar melihat si Ana itu. Dokter Rayyandra menyisipkanku secarik kertas, isinya membuatku tercengang. "Jangan berdiam diri saja, jika tidak ada penjaga kamu mencari tahu. Usahakan tetap berpura-pura." Maksudnya aku harus berpura-pura sakit? Aku harus cepat mempelajari semua ini a
last updateLast Updated : 2023-07-15
Read more

Geli kurasa

"Ini aku abang Brayen," katanya. Duh, bikin jantung berdegup kencang saja, alhamdulillah ternyata bukan dokter yang biasa jaga. Kukira Ana saking paniknya. "Kamu harus hati-hati, jangan sembrono," sambungnya lagi. Dia memapahku sampai ke tempat tidur. "Iya, aku mencari tas hitam di belakang lemari ini, tapi kok tidak ada.""Mainmu tidak jauh, Ki Sanak. Kamu pikir dia bodoh, aku lupa dia pasang CCTV di tubuhmu, mungkin." "Gila, saja."Dokter Rayyandra alias Abang Brayen ini hanya tersenyum tak jelas. Dia langsung memeriksa bajuku dan tempat tidurku. Dan benar saja, ada tiga kamera tersembunyi yang dipasang Ana. Benar-benar monster kurasa si Ana ini."Tadi pagi dia baru pesan kamera tersembunyi, kamu jangan bodoh, Shaka."Aku hanya terdiam mendengar penuturannya. Dia cerdas juga. Aku bahkan tidak sampai ke sana pikiranku, aku hanya memikirkant tas hitam itu isinya apa, aku sangat penasaran."Kalau kita berdua panggil aku abangmu," katanya lagi. Sungguh kepalaku pusing memikirkan semu
last updateLast Updated : 2023-07-16
Read more

Perasaan Gendis

POV GendisAku membuka mata, kulihat kang Maman dan istrinya berada di dekatku. Cantika sedang digendongnya. Namun, terasa ada yang kurang, tak ada Shaka kulihat. Aku masih berusaha untuk berpikir kejadian yang menimpa kami, cukup cepat aku rasakan. Kcelakaan naas itu begitu mengerikan, aku teringat dengan mimpi yang kualami. "Alhamdulillah, Nona sudah sadar," ucap istrinya kang Maman. Aku hanya membalas dengan senyuman. Entah berapa lama aku tertidur di tempat ini. Cantika menciumku, rona bahagia terlihat di wajahnya. Kasihan sekali Cantika, dia bahkan mengalami kejadian demi kejadian di usianya yang masih kecil."Ayahnya Cantika mana, ya, Bu?" tanyaku. Tak ingin kutahan gejolak di dada ini. Kang Maman dan Istrinya hanya diam, mereka terlihat bingung ketika aku bertanya. Sepertinya ujian demi ujian rumah tangga kami belum usai. Aku kira cukup kemarin kami melalui ujian demi ujian. Ternyata masih terus berlanjut. Bahkan kami belum meneguk manisnya madu pernikahan ini. "Maaf, Non.
last updateLast Updated : 2023-07-17
Read more
PREV
1
...
1617181920
...
38
DMCA.com Protection Status