"Sabar, Tuan. Makanya kalau mau cari simpati itu jangan pakai emosi," bisik Irwan."Kamu sebenarnya bela tuanmu apa si Gendis, ha?""Tau, lah." Et, dah ini asisten makin berani kurasa. Pak RT pun terlihat bingung, tapi biarlah dia bingung. Takutnya kalau aku mengatakan suaminya si Gendis, bisa digebuk massa aku karena menelantarkan dia di sini. Hebatnya lagi keluarga Atmadja tidak merasa kehilangan justru merasa jika Gendis telah meninggal dunia."Besok saja kita kelilingnya, moodku gak baik, Wan." Irwan mengangguk. Meski dia sedang sebal, tapi dia menjagaku dengan hati-hati. Setiap warga yang mendekat dia hadang dengan tepat, seperti pengawal yang siaga menjaga tuannya.Sampai pnginapan, aku langsung membersihkan diri agar terasa fresh. Pikiranku terus memikirkan Gendis dan bayi mungil itu. Apa dia adalah darah dagingku, benar-benar menjadi misteri bagiku."Tuan, kita makan malam dulu," ucap Irwan."Sebentar, Wan. Nunggu salat isya dulu," jawabku."Oke, Tuan. Aku lihat ada masjid ti
Last Updated : 2023-07-04 Read more