Home / Pendekar / Bara Dendam di Perbatasan / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of Bara Dendam di Perbatasan: Chapter 51 - Chapter 60

192 Chapters

51 - Air Terjun

KEESOKAN harinya, Seta sudah tinggalkan Penginapan Sekarwangi sebelum matahari terbit di ufuk timur. Sengaja ia berangkat saat gelap dan sepi. Sang prajurit ingin menghindari tatapan mata orang-orang.Alasan lain, Seta tak ingin kepergiaannya diketahui Ki Palakrama maupun Sitadewi. Baik salah satu dari mereka, apalagi malah kedua-duanya sekaligus.Prajurit Jenggala itu tak mau menghabiskan lebih banyak waktu percuma untuk Ki Palakrama. Sedangkan pada Sitadewi, ia tak mau niatnya goyah jika kembali bertemu perempuan itu."Maafkan aku, Sita. Tapi aku akan tepati janjiku untuk menemui dirimu setelah urusan di Gunung Kampud ini selesai," ujar Seta dalam hati.Ketika itu sang prajurit tengah melangkah di depan kajaliran, tempatnya semalam pertama kali bertemu Sitadewi. Ruangan itu tertutup dan tampak sepi.Hawa udara masih dingin mencucuk tulang. Namun Seta tak peduli. Kuda tunggangannya langsung dipacu kenc
last updateLast Updated : 2024-09-17
Read more

52 - Dua Penjaga

SETA terkesiap kaget. Bertambah kaget lagi sewaktu melihat kedua sosok tersebut.Dalam jarak dua depa (sekitar 3,66 meter) di hadapannya, Seta melihat dua lelaki yang seketika mengingatkannya pada Ranajaya. Baik dari pakaian maupun perawakan. Sangat mirip sekali dengan lelaki incarannya itu.Dua orang di hadapan sang prajurit berwajah bengis. Masing-masing ditumbuhi kumis tebal, disertai cambang dan bauk lebat. Rambut keduanya juga panjang tak rapi, riap-riapan diterpa angin.Sementara tatapan mata mereka tajam berkilat-kilat. Memandang ke arah Seta tak berkesip. Seringai lebar tersungging di wajah kedua orang itu."Orang asing, sebutkan siapa dirimu dan apa keperluanmu datang kemari!" Kembali salah satu dari dua lelaki yang baru muncul keluarkan bentakan.Seta tumpangkan kedua belah tangan di atas perut, bersedekap. Sepasang matanya menyipit, mengamati sosok kedua orang di hadapannya lebih teliti.Pandangan sang prajurit lalu tertumbuk pada
last updateLast Updated : 2024-09-18
Read more

53 - Satu Cara

TENDANGAN keras Seta bersarang telak di punggung dua lawan. Tanpa ampun yang ditendang jadi terdorong beberapa langkah ke depan. Setelah terhuyung-huyung, keduanya jatuh tersungkur di atas batu.Wajah kedua lelaki bercambang bauk lebat itu menghantam permukaan batu yang keras. Kembali terdengar suara mengaduh dari mulut mereka.Sementara itu parang besar dalam genggaman tangan mereka terpental lepas. Melayang sejarak beberapa hasta, lalu mengeluarkan suara berkelontangan ketika jatuh menghantam permukaan batu."Setan alas! Kemampuan orang ini tidak bisa dianggap main-main," desis salah satu dari kedua lelaki itu, masih dalam keadaan tertelungkup di atas batu."Kau benar. Agaknya dia bukan prajurit biasa," timpal rekannya mengamini."Siapa dia sebenarnya? Ada urusan apa dia mencari Ketua Ranajaya?" ujar lelaki pertama bertanya-tanya.Lelaki satunya hanya bisa gelengkan kepala. Mereka berdua ag
last updateLast Updated : 2024-09-18
Read more

54 - Akal Licik

DIDORONG rasa ngeri, lelaki bercambang bauk lebat kembali bergerak hendak bangkit. Namun lagi-lagi ia harus mengurungkan niat, sebab Seta yang melihat gerakannya itu langsung menekan pedang yang menempel di leher lebih kencang."Aku beri satu kesempatan lagi padamu. Cepat tunjukkan di mana tempat persembunyian Ranajaya atau...."Seta sengaja penggal kalimatnya sampai di situ. Ia memang ingin membuat lelaki di hadapannya itu penasaran. Sehingga rasa takut pada diri si lelaki semakin menjadi-jadi.Namun dugaan sang prajurit salah besar. Rupanya lelaki bercambang bauk lebat itu jauh lebih takut pada Ranajaya."Dengar, Prajurit. Aku sungguh tidak bisa mengatakannya padamu. Jadi, lebih baik kau bunuh saja aku sekarang," sahut lelaki tersebut."Baik. Kalau memang begitu permintaanmu, dengan senang hati akan aku turuti," ujar Seta. Sepasang matanya pandangi lelaki itu dengan tatapan menusuk.Usai be
last updateLast Updated : 2024-09-19
Read more

55 - Pembicaraan Rahasia

TANPA ampun Seta menebaskan pedangnya berkali-kali ke tubuh lawan. Sabetan pertama mendarat di dada. Membuat satu luka besar melintang panjang tercipta. Darah seketika mengucur deras.Luka pertama itulah yang membuat si lelaki bercambang bauk lebat menjerit keras. Ketika setelah itu pedang Seta menghunjam dada dan perutnya, lelaki tersebut hanya bisa mendesis kesakitan."Mati kowe!" geram Seta saat mengayunkan pedangnya untuk kali terakhir.Pedang berkelebat cepat menuju batang leher. Dalam keadaan terluka parah, lelaki bercambang bauk lebat tak punya daya untuk berkelit. Ia hanya dapat membeliakkan mata lebar-lebar dengan wajah tegang.Crasss!Leher lelaki bercambang bauk lebat langsung putus. Darah segar muncrat dari kutungan leher. Kepala yang lepas dari badan jatuh ke atas permukaan batu. Menggelinding sebentar, lalu berhenti karena mengantuk sesuatu.Sementara tubuh tanpa kepala itu terl
last updateLast Updated : 2024-09-19
Read more

56 - Pertempuran dalam Gua

MENDENGAR bentakan tersebut Seta terkaget-kaget. Sontak prajurit Jenggala itu balikkan badan untuk melihat siapa yang ada di belakangnya.Namun rasa kaget sang prajurit bertambah-tambah. Belum sempat matanya melihat orang yang berteriak tadi dengan jelas, satu serangan deras sudah menyambut. Sebilah parang besar menyambar ke arahnya.Wuutt!Suara menderu keras terdengar bersamaan dengan datangnya sambaran parang. Seta yang tak siap dengan serangan itu mengambil cara termudah untuk mempertahankan diri.Dalam sekali gerak saja tangan sang prajurit sudah mencabut pedang dari dalam warangka di pinggang. Sret! Tanpa menunggu lama-lama, senjata tersebut diayunkan untuk menyambut datangnya serangan.Sing!Angin yang dibelah laju pedang menimbulkan suara berdesing. Sinar matahari yang jatuh di badan pedang membuat senjata andalan Seta itu terlihat berkilat-kilat.Lalu sekejap kemudian ....
last updateLast Updated : 2024-09-20
Read more

57 - Pertemuan Kedua

RAUNGAN setinggi langit memenuhi seisi gua. Dua lelaki yang mengeroyok Seta terhuyung-huyung hendak jatuh tersungkur. Mereka merasakan rasa perih yang amat sangat pada bagian punggung.Ujung tajam pedang Seta memang menyayat punggung dua lelaki tersebut tanpa ampun. Menimbulkan satu luka lebar lagi memanjang. Melintang dari bahu hingga ke pinggang.Putihnya tulang menyembul di sela-sela daging merah yang teriris. Darah segar mengucur deras. Menetes berceceran di lantai gua."Keparat tengik! Kau ... kau benar-benar harus mati di tangan kami!" geram salah satu dari kedua lelaki tersebut dengan parang teracung.Sembari mendesis menahan sakit, kedua lelaki itu kembali menyerbu ke arah Seta. Dua bilah parang disabetkan secara serampangan pada tubuh sang prajurit.Yang diserang mendengus pendek. Ia tahu serangan tersebut didasarkan pada hawa amarah belaka. Karenanya arah serangan tak jelas. Tenaganya pun tak
last updateLast Updated : 2024-09-20
Read more

58 - Pengujung Dendam

MULANYA Seta agak keteteran menghadapi keroyokan keempat lawan. Namun setelah berjalan beberapa saat, mulai terlihat bahwa dua dari empat lawannya tersebut sudah tak bertenaga.Dengan cerdik sang prajurit lantas memusatkan serangannya pada dua orang tersebut. Dua lelaki yang punggungnya terluka parah, dan telah kehilangan begitu banyak darah.Sembari berkelit menghindari tusukan dan sambaran golok Ranajaya serta satu anak buahnya yang lain, Seta berhasil mengirim tendangan keras ke dua lelaki yang menjadi sasaran utamanya."Hiaaaat!"Des! Des!Dua lelaki tersebut terpekik. Dada mereka serasa sesak bukan main saat kaki Seta singgah. Tubuh keduanya terjajar mundur. Baru berhenti saat punggung mereka yang sudah terluka menghantam dinding gua.Setelah itu kedua lelaki tersebut jatuh duduk, lalu terguling di lantai gua. Begitu tubuh mereka mencium permukaan batu, kedua lelaki itu tak bergerak-gera
last updateLast Updated : 2024-09-21
Read more

59 - Lembu Segara

PEDANG di tangan Seta yang sudah terayun mendadak berhenti. Menggantung di udara, hanya satu jengkal di atas kulit leher Ranajaya. Lelaki bercambang bauk lebat yang sudah pasrah itu jadi bernapas lega.Sementara Seta sontak palingkan kepala ke arah mulut gua. Suara teriakan tadi berasal dari sana. Keningnya langsung berkerut dalam sewaktu melihat siapa saja yang masuk.Tak kurang dari sepuluh lelaki memasuki gua. Satu orang berjalan duluan di depan, agaknya bertindak sebagai pemimpin. Sedangkan yang lainnya mengikuti di belakang lelaki tersebut.Dari tampilan mereka, sang wira tamtama tahu betul orang-orang yang baru datang tersebut adalah para prajurit Jenggala seperti dirinya."Ada apa ini? Mengapa tiba-tiba ada banyak prajurit di tempat ini?" batin Seta bertanya-tanya.Lelaki yang paling depan adalah seorang berusia kisaran tiga puluhan tahun. Berwajah cakap, badannya tegap, dengan dada bidang dan pe
last updateLast Updated : 2024-09-21
Read more

60 - Perangkap

DENGAN kepala masih diliputi keheranan, Seta mau tak mau ladeni empat prajurit yang menyerangnya. Segunung pertanyaan yang muncul di benak harus dibenamkannya dalam-dalam.Sementara itu empat mata pedang yang terarah ke tubuh Seta semakin mendekat. Terarah pada empat bagian berbeda. Yakni dada, perut, punggung, dan batang leher.Keempatnya merupakan sasaran mematikan. Serta datang dari empat penjuru mata angin sekaligus! Berkelebat cepat mengeluarkan suara berkesiau nan menggidikkan.Wuttt! Wuttt!Seta tentu saja tak mau mati konyol. Sembari menggeram kasar tangannya bergerak cepat. Lalu, sret! Ia kembali mencabut pedang yang tergantung di pinggang.Dalam satu gerakan cepat sang prajurit bergerak memutar. Pedang di tangannya digerakkan sedemikian rupa membentuk tameng. Mementahkan semua sambaran pedang yang menuju ke tubuhnya.Trang! Trang! Trang!Suara berdentrangan keras menggema
last updateLast Updated : 2024-09-22
Read more
PREV
1
...
45678
...
20
DMCA.com Protection Status