Semua Bab Bara Dendam di Perbatasan: Bab 51 - Bab 55

55 Bab

51 - Air Terjun

KEESOKAN harinya, Seta sudah tinggalkan Penginapan Sekarwangi sebelum matahari terbit di ufuk timur. Sengaja ia berangkat saat gelap dan sepi. Sang prajurit ingin menghindari tatapan mata orang-orang.Alasan lain, Seta tak ingin kepergiaannya diketahui Ki Palakrama maupun Sitadewi. Baik salah satu dari mereka, apalagi malah kedua-duanya sekaligus.Prajurit Jenggala itu tak mau menghabiskan lebih banyak waktu percuma untuk Ki Palakrama. Sedangkan pada Sitadewi, ia tak mau niatnya goyah jika kembali bertemu perempuan itu."Maafkan aku, Sita. Tapi aku akan tepati janjiku untuk menemui dirimu setelah urusan di Gunung Kampud ini selesai," ujar Seta dalam hati.Ketika itu sang prajurit tengah melangkah di depan kajaliran, tempatnya semalam pertama kali bertemu Sitadewi. Ruangan itu tertutup dan tampak sepi.Hawa udara masih dingin mencucuk tulang. Namun Seta tak peduli. Kuda tunggangannya langsung dipacu kenc
Baca selengkapnya

52 - Dua Penjaga

SETA terkesiap kaget. Bertambah kaget lagi sewaktu melihat kedua sosok tersebut.Dalam jarak dua depa (sekitar 3,66 meter) di hadapannya, Seta melihat dua lelaki yang seketika mengingatkannya pada Ranajaya. Baik dari pakaian maupun perawakan. Sangat mirip sekali dengan lelaki incarannya itu.Dua orang di hadapan sang prajurit berwajah bengis. Masing-masing ditumbuhi kumis tebal, disertai cambang dan bauk lebat. Rambut keduanya juga panjang tak rapi, riap-riapan diterpa angin.Sementara tatapan mata mereka tajam berkilat-kilat. Memandang ke arah Seta tak berkesip. Seringai lebar tersungging di wajah kedua orang itu."Orang asing, sebutkan siapa dirimu dan apa keperluanmu datang kemari!" Kembali salah satu dari dua lelaki yang baru muncul keluarkan bentakan.Seta tumpangkan kedua belah tangan di atas perut, bersedekap. Sepasang matanya menyipit, mengamati sosok kedua orang di hadapannya lebih teliti.Pandangan sang prajurit lalu tertumbuk pada
Baca selengkapnya

53 - Satu Cara

TENDANGAN keras Seta bersarang telak di punggung dua lawan. Tanpa ampun yang ditendang jadi terdorong beberapa langkah ke depan. Setelah terhuyung-huyung, keduanya jatuh tersungkur di atas batu.Wajah kedua lelaki bercambang bauk lebat itu menghantam permukaan batu yang keras. Kembali terdengar suara mengaduh dari mulut mereka.Sementara itu parang besar dalam genggaman tangan mereka terpental lepas. Melayang sejarak beberapa hasta, lalu mengeluarkan suara berkelontangan ketika jatuh menghantam permukaan batu."Setan alas! Kemampuan orang ini tidak bisa dianggap main-main," desis salah satu dari kedua lelaki itu, masih dalam keadaan tertelungkup di atas batu."Kau benar. Agaknya dia bukan prajurit biasa," timpal rekannya mengamini."Siapa dia sebenarnya? Ada urusan apa dia mencari Ketua Ranajaya?" ujar lelaki pertama bertanya-tanya.Lelaki satunya hanya bisa gelengkan kepala. Mereka berdua ag
Baca selengkapnya

54 - Akal Licik

DIDORONG rasa ngeri, lelaki bercambang bauk lebat kembali bergerak hendak bangkit. Namun lagi-lagi ia harus mengurungkan niat, sebab Seta yang melihat gerakannya itu langsung menekan pedang yang menempel di leher lebih kencang."Aku beri satu kesempatan lagi padamu. Cepat tunjukkan di mana tempat persembunyian Ranajaya atau...."Seta sengaja penggal kalimatnya sampai di situ. Ia memang ingin membuat lelaki di hadapannya itu penasaran. Sehingga rasa takut pada diri si lelaki semakin menjadi-jadi.Namun dugaan sang prajurit salah besar. Rupanya lelaki bercambang bauk lebat itu jauh lebih takut pada Ranajaya."Dengar, Prajurit. Aku sungguh tidak bisa mengatakannya padamu. Jadi, lebih baik kau bunuh saja aku sekarang," sahut lelaki tersebut."Baik. Kalau memang begitu permintaanmu, dengan senang hati akan aku turuti," ujar Seta. Sepasang matanya pandangi lelaki itu dengan tatapan menusuk.Usai be
Baca selengkapnya

55 - Pembicaraan Rahasia

TANPA ampun Seta menebaskan pedangnya berkali-kali ke tubuh lawan. Sabetan pertama mendarat di dada. Membuat satu luka besar melintang panjang tercipta. Darah seketika mengucur deras.Luka pertama itulah yang membuat si lelaki bercambang bauk lebat menjerit keras. Ketika setelah itu pedang Seta menghunjam dada dan perutnya, lelaki tersebut hanya bisa mendesis kesakitan."Mati kowe!" geram Seta saat mengayunkan pedangnya untuk kali terakhir.Pedang berkelebat cepat menuju batang leher. Dalam keadaan terluka parah, lelaki bercambang bauk lebat tak punya daya untuk berkelit. Ia hanya dapat membeliakkan mata lebar-lebar dengan wajah tegang.Crasss!Leher lelaki bercambang bauk lebat langsung putus. Darah segar muncrat dari kutungan leher. Kepala yang lepas dari badan jatuh ke atas permukaan batu. Menggelinding sebentar, lalu berhenti karena mengantuk sesuatu.Sementara tubuh tanpa kepala itu terl
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status