Semua Bab Pewaris Tunggal Itu Adalah Suamiku: Bab 181 - Bab 190

205 Bab

Bab 181. Video Perkelahian

Evan langsung menelepon Renald dengan wajah kesalnya."Selamat malam, ada apa Pak Evan?" Suara Renald terdengar datar."Tutup semua akses keluar. Jangan sampai ada yang meninggalkan rumah sebelum aku datang," titah Evan dengan nada meninggi, saking kesalnya."Baik, Pak. Ada lagi?""Tidak ada, itu saja!" ujar Evan yang langsung menutup panggilan telepon.Evan lanjut menonton video tersebut, bahkan di dalamnya terekam adegan saat ia tak sengaja mendorong Alana, membuat hatinya langsung hancur seketika."Alana, maaf soal kejadian ini." Evan menatap istrinya itu dengan tatapan penuh rasa bersalah."Sudahlah, itu sudah terjadi. Cukup dijadikan pelajaran untuk kedepannya saja agar tidak menuruti emosi sesaat.""Iya, aku tidak akan melakukannya lagi."Melihat Alana dan Evan dalam hubungan yang baik, Desy yang semula was-was pun kini merasa lega, berpikir bisa menikmati fasilitas milik sang menantu dalam waktu lama."Jadi, kapan kamu akan pulang, Alana?" tanya Rudi."Aku ingin secepatnya, tap
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-06-28
Baca selengkapnya

Bab 182. Gadis Yang Disiksa Ayahnya

Ternyata ancaman Evan tak membuat si pelaku mau menunjukan batang hidungnya. Karenanya, ia lebih memilih untuk melanjutkan saran dari Renald."Kumpulkan semua ponsel kalian sekarang juga!" bentak Evan.Awalnya para pelayan tampak ragu, tetapi pada akhirnya lebih memilih untuk memberikan ponsel mereka karena terus ditekan oleh Evan.Setelah semuanya selesai mengumpulkan ponsel. Evan langsung mengecek satu persatu, tetapi hasilnya nihil. Hingga sesaat kemudian ia menelepon seseorang yang tak lain adalah temannya."Ada apa Evan? Kenapa kamu telepon tengah malam begini?""Cepat datang kemari!" hardik Evan yang kesal karena temannya itu bermalas-malasan."Hey, dasar menyebalkan, meneleponku malam-malam begini cuma untuk marah-marah!""Tiga kali lipat dari honor biasa!" ucap Evan."Aku meluncur ke sana. Berikan alamatmu," pinta temen Evan tersebut.Setelah menunggu sekitar setengah jam, akhirnya teman Evan yang merupakan peretas itu pun sampai dengan membawa laptop andalannya."Jadi, apa ya
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-06-28
Baca selengkapnya

Bab 183. Pencarian Alat Penyadap

"Apa maksudmu, Deo?" Evan duduk di samping temannya itu."Aku hanya iseng mengecek keadaan rumahmu. Kejadian ini semakin membuatku yakin jika ada orang yang sedang berusaha mengintai. Lalu, lihatlah ini!" Teman Evan yang bernama Deo itu langsung menunjukan layar laptopnya.Di layar laptop tersebut terlihat gambar rumah Evan dari sudut pandang CCTV yang berada di dekat pintu keluar. Namun, ada hal yang sedikit aneh, ada beberapa titik warna merah yang tersebar di beberapa sudut ruangan."Ada apa dengan titik merah ini?" Evan mengerutkan alis, menatap layar laptop dengan sangat serius."Aku telah merancang aplikasi khusus untuk mendeteksi alat penyadap, karena mendengar penjelasan pelayanmu tadi, aku jadi penasaran dengan yang terjadi di rumahmu. Lalu inilah yang terjadi," terang Deo.Saat itu juga, Evan menelepon Danu dan Cherry karena malas mendatangi kamar kedua asistennya itu.Dalam waktu dua menit, Cherry langsung datang. Berbanding dengan Danu yang datang sepuluh menit kemudian.S
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-06-29
Baca selengkapnya

Bab 184. Babysitter Baru

Evan lagi-lagi dibuat emosi oleh Danu. Ia pun beranjak menghampiri sang bawahan yang sedang tergeletak di lantai."Danu, bangunlah!" Evan menepuk-nepuk pipi bawahannya itu dan mengguncang-guncangnya.Danu seketika tersadar karena penyebab pingsannya terlalu sepele."Ada hantu, Pak?" Danu menunjuk ke arah sofa."Bodoh! Dia tidak meninggal!" seru Evan."Waktu itu dia berdarah, lalu menutup mata." Danu mengoceh sambil terus menunjuk ke arah Sasa yang tengah duduk di sofa.Sasa hanya tersenyum simpul saat dirinya disebut hantu oleh Danu sampai berulang kali. Seperti baru kemarin perempuan itu terlihat sangat mengenaskan dengan darah yang memenuhi wajahnya. Namun, kini perempuan itu sudah terlihat membaik, tak ada sedikit pun luka di wajahnya."Selamat pagi Pak Danu. Saya masih sehat seperti ini, kenapa dibilang hantu?" Sasa menghampiri Danu yang masih terus mengoceh itu."T-tapi, kemarin…" Wajah Danu pucat, saking ketakutannya."Sudahlah! Jangan penakut begitu! Mana ada hantu di pagi hari!
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-06-29
Baca selengkapnya

Bab 185. Donatur

"Aku mau, katakan saja!" Sasa begitu bersemangat."Kalau begitu, berikan aku snack selama sebulan dan antarkan aku sarapan setiap hari selama sebulan juga," ujar Deo dengan tak tahu malunya."Apa kamu gila? Aku bukan pembantumu!" hardik Sasa sambil menolak pinggang.Deo tersenyum seraya menatap Sasa dengan sinis. "Kalau begitu, jangan harap aku memberikan kamar ini!"Deo menutup pintu dengan sangat keras, membuat Sasa terkejut seketika."Dasar menyebalkan. Awas saja!" oceh Sasa yang segera berlalu dari depan kamar Deo dan bergegas menuju ke lantai atas.Evan sudah menunggu Sasa di lantai atas. Ia ingin berbicara empat mata dengan bawahannya itu."Permisi, Pak Evan." Sasa mengintip ruang kerja Evan, memastikan keberadaan sang atasan."Masuklah!" titah Evan yang sudah duduk menunggu.Tidak hanya Evan, di ruangan itu juga ada Cherry yang sedang berdiri tak jauh dari atasannya. Keduanya memang sudah menunggu kedatangan Sasa sejak tadi."Maaf saya terlambat. Jadi ada apa Bapak memanggil sa
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-06-30
Baca selengkapnya

Bab 186. Menemukan Sebuah Fakta

Di layar ponselnya terpampang jelas siapa pemilik dari panti asuhan tersebut, lengkap dengan kasus-kasus yang menimpanya. Evan tahu betul siapa orang itu dan siapa orang yang berada di belakangnya."Kenapa bisa kebetulan seperti ini? Rasanya kebencianku semakin besar pada orang itu." Evan langsung menaruh ponselnya dan menatap langit-langit kamar seraya memikirkan masalahnya tersebut.Saat pikiran Evan tengah melayang-layang entah kemana, dari luar terdengar suara pagar terbuka. Ia langsung menoleh, menyipitkan matanya, berusaha melihat dengan jelas siapa yang baru datang."Alvin?" gumam Evan. "Kenapa dia menjadi begitu tidak tahu malu?"Evan tersenyum miring, mentertawakan Alvin yang sedang dimabuk cinta, tanpa sadar jika dirinya sendiri pun selalu menjadi budak cinta.Merasa lelah, Evan pun meninggalkan pekerjaannya yang tinggal sedikit lagi itu."Sayang, aku ke bawah dulu, ya!" Evan mengecup kening Alana yang tengah terlelap.Saat di bawah, ia berpura-pura menuju kamar Deo yang tid
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-06-30
Baca selengkapnya

Bab 187. Anak-anak Kurang Beruntung

Evan memilih untuk memantau Renald yang tengah menyulap ruang tamu menjadi lebih cantik. Meski bukan seorang profesional, kepala pelayan tersebut seperti memiliki kreativitas tinggi karena hasil dekorasinya begitu menakjubkan."Kerja bagus Renald!" Evan mengacungi jempol."Terima kasih, Pak," sahut Renald dengan wajah datarnya.Tak berselang lama, Danu datang dengan rombongan para pedagang keliling yang dari wajah mereka terlihat kebahagiaan nyang tersirat."Berapa banyak?" Evan menghampiri Danu."Sekitar dua puluh gerobak, Pak. Tapi, diluar masih ada beberapa pedagang yang meminta masuk juga," terang Danu."Suruh masuk saja, jangan membuatku terlihat seperti orang tidak punya uang!" timpal Evan."Baik, Pak," jawab Danu yang tersenyum sekilas.Tiba-tiba terbesit dalam hati Danu yang merasa jika dirinya sangat beruntung telah menjadi asisten dari seseorang seperti Evan. Meski terlihat arogan dan menyebalkan, atasannya itu berhati baik dan memiliki jiwa penolong yang tinggi meski dibalut
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-07-01
Baca selengkapnya

Bab 188. Kebahagiaanmu, Bahagiaku

"Kak, Alana. Kenapa ada di sini?" tanya bocah kecil tersebut.Alana mengulurkan kedua tangan, berusaha menggapai anak kecil yang sedang berlari menghampirinya itu."Clay… kenapa kamu ada di sini?" Mata Alana lagi-lagi berkaca-kaca."Memang Kak Alana tidak tahu? Mama dan Papa kan sudah ada di surga. Ibu bilang aku harus jadi anak yang baik biar mereka bahagia," ujar anak laki-laki yang berumur lima tahun tersebut.Alana tersenyum menatap pengasuh panti asuhan yang terlihat panik tersebut. Ia langsung tahu jika perempuan itulah yang Clay panggil Ibu."Kakak tidak tahu. Memang apa yang terjadi pada mama dan papa Clay?" Alana berusaha menahan tangisnya yang merasa jika akan mendengar berita buruk dari mulut bocah di hadapannya."Ibu bilang Mama dan Papa sudah meninggal waktu kecelakaan. Clay tidak tahu apa itu meninggal, tapi Clay tahu apa itu surga." Clay tersenyum lebar tanpa mengerti apa yang dia katakan.Alana memeluk bocah kecil itu dengan perasaan sedih. Ia merasa terpukul saat tahu
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-07-01
Baca selengkapnya

Bab 189. Bukti Kuat

Evan mulai tertarik dengan apa yang Danu katakan. Karenanya, ia memilih untuk keluar kamar, menjauh dari Alana agar dia tidak menjadi cemas."Informasi apa?" ucap Evan yang kini sudah berada di dekat tangga."Soal Dody. Saya melihat dia sedang berbincang dengan seorang laki-laki di dekat panti asuhan," terang Danu."Kamu tahu siapa orang yang sedang bersama Dody itu?""Saya tidak tahu pasti, hanya saja Clay terus merengek, dia bilang kalau bos jahat."Evan mengerutkan alis, masih bingung dengan keterangan Danu yang sedikit aneh. Bos? Seorang anak kecil ketakutan, menyebut bos jahat saja sudah terasa ganjil."Apa kamu mengambil foto Dody?""Ya, saya sudah mengambil fotonya untuk berjaga-jaga," terang Danu."Bagus, kirim padaku sekarang," titah Evan yang langsung menutup telepon.Evan Kembali ke kamar di mana ternyata Alana sedang duduk menunggunya."Ada apa? Yang tadi menelepon Danu bukan?" Wajah Alana menunjukan perasaan cemas."Iya Danu," jawab Evan."Ada apa? Apa ada sesuatu yang ter
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-07-01
Baca selengkapnya

Bab 190. Partai Oposisi

Evan mengamati setiap lembar kertas. Semuanya sangat memuaskan, persis seperti yang ia inginkan."Kamu sudah membuat orang itu berada di pihak kita?""Sudah, Pak. Kebetulan dia sedang butuh banyak uang," jawab Danu."Bagus… semua akan menjadi lebih mudah sekarang." Evan tertawa puas.Setelah semua bukti selesai dipelajari, Evan perlahan mulai mencari data beberapa partai oposisi. Hingga menemukan sebuah partai yang memiliki kekuatan setara dengan wakil walikota. Tanpa menunggu lama, ia langsung menghubungi seseorang yang memimpin partai tersebut."Selamat siang ada yang bisa saya bantu?" tanya seseorang di balik telepon."Bisakah saya berbicara dengan Pak Candra?""Maaf, dengan siapa saya berbicara?" tanya perempuan itu."Evanders Lucio, pemilik Lucio Group. Tolong sampaikan pada Pak Candra, jika kita memiliki musuh yang sama," ucap Evan dengan penuh percaya diri."Baik, Pak. Tunggu sebentar, akan saya sampaikan."Evan menunggu dengan penuh harap sekaligus cemas karena sudah lima bela
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-07-02
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
161718192021
DMCA.com Protection Status