Home / CEO / Pernikahan Wasiat Sang CEO Arogan / Chapter 1 - Chapter 10

All Chapters of Pernikahan Wasiat Sang CEO Arogan: Chapter 1 - Chapter 10

42 Chapters

Prolog

Golda masih belum beranjak dari tempat di mana kakaknya Ethan dimakamkan. Segumpal penyesalan sangat menyesakkan dada, atas meninggalnya kakak yang paling dikasihinya itu.Bagaimana, tidak? Dia sendiri yang menentang pernikahan antara Ethan dan Amberly, di empat tahun yang lalu. Bukan apa-apa, Golda berpikir kalau pernikahan itu, sangat beresiko bagi kesehatan Ethan yang memiliki penyakit jantung bawaan sejak lahir. Karena bagaimanapun, pernikahan akan banyak konflik yang terjadi. Dikhawatirkan, kakaknya tidak akan sanggup menghadapinya. Dokternya sendiri menyarankan agar Ethan, tidak berani melangkah ke jenjang itu."Kamu mengerti sekarang, mengapa aku sangat menentang pernikahanmu dan bang Ethan?" tanyanya tajam, pada wanita yang sejak tadi bertahan seperti dirinya, berada di dekat gundukan tanah yang masih merah. Amberly, kakak iparnya.Amberly yang sama-sama merasa kehilangan, semakin membenamkan wajahnya dalam posisi tertunduk. Air mata seakan tidak pernah kering, karena rasa sedi
Read more

Bab 1 Surat wasiat

Golda melihat Amberly yang sedang berada di pelukan Maya. Kata-kata hiburan dan membesarkan hati cukup banyak diutarakan olehnya."Kamu seorang istri yang baik, Amber. Mami sangat berterima kasih sama kamu, karena Ethan sempat mengecap kebahagiaan membangun rumah tangga bersamamu. Meski akhirnya Ethan meninggalkan kita juga, tapi semua ini sudah kehendak Tuhan. Tidak ada yang harus kita sesali, Mami sudah benar-benar ikhlas." ucap Maya terlihat pasrah."Aku sangat menyayangi, Ethan. Tidak ada cacat celanya di mataku." ungkap Amberly."Mami dapat melihatnya dari sikap kalian yang saling mengasihi. Ethan bahagia sekali sepanjang hidup bersamamu. Tidak ada yang perlu disalahkan." Sepertinya, Maya tahu sedikit banyak mengenai sikap Golda yang terus menyalahkan Amberly atas kematian kakaknya.Mendengar itu, Golda yang masih merasa belum puas, mendekati keduanya dengan wajah tidak bersahabat."Apakah Mami percaya, kematian bang Ethan tidak ada apa-apanya?" tanya Golda.Maya melepaskan peluk
Read more

Bab 2 Pertengkaran

"Den Golda, sepertinya nona kecil sudah tertidur, biar Bibi letakkan di tempat tidurnya." pinta bi Lasih ketika melihat Angel sudah tertidur dalam gendongan hangat om-nya."Biarkan saja, Ange lebih lama tertidur dalam gendonganku, Bi." tolak halus Golda."Baiklah, Den. Tapi, ada sedikit yang mau Bibi sampaikan. Aden tidak apa-apa, sambil menggendong Nona Ange?" tanya bi Lasih agak ragu-ragu.Golda melihat bi Lasih kemudian pada Angel, keponakan tersayangnya ini. Terlihat tampak damai dalam tidurnya."Tidak apa-apa, Bi. Katakan saja.""Ini mengenai den Ethan saat Bibi menemukannya pingsan di tempat tidurnya." ungkap bi Lasih, memulai."Sudahlah, Bi. Saya malas untuk membahasnya lagi. Kenyataannya, Abang tidak bisa bangun lagi dari kuburnya, apapun yang akan Bibi katakan." Golda tampak tidak tertarik, mengenai apa yang akan disampaikan bi Lasih. Hanya akan menambah kesedihannya saja."Tidak begitu, Den. Dengarkan perkataan Bibi dulu. Ini sangat penting, Den. Supaya Aden pun tahu dan men
Read more

Bab 3 Penculikan

"Ini anakku, mengapa kamu seolah berkuasa memilikinya?" ucap ketus Amberly, saat menemukan Angel tidur bersama pamannya di ranjang ruang tamu.Tentu saja teguran itu membangunkan Golda dari tidurnya. Dia jadi terkaget, tetapi kata-kata Amberly tadi, dapat disimaknya juga."Aku pamannya, mengapa kamu keberatan?" balasnya, sambil mengusap wajah.Amberly sama sekali tidak tergoda oleh wajah tampan Golda, terbukti dari pelototan matanya yang tidak juga memudar. "Perlakuanmu sangat tidak sopan, mengambilnya sembarang, menidurkannya juga secara sembarang." omel Amberly. Ingin saja mengambil Angel secepatnya, tetapi terhalang tubuh Golda yang masih rebahan. Tampak Angel merasa terusik oleh keributan sekitar. "Mama." panggilnya spontan."Kemarilah, Sayang. Mendekat sama Mama." ajak Amberly, pada Angel. Tidak lebih memajukan dirinya, karena Golda masih terbaring di tempat tidur, menghalangi upaya wanita itu untuk mengambil anaknya.Golda malah menerbitkan senyumnya, "Kamu lebih banyak bicara,
Read more

Bab 4 Menemui Ibu

Amberly langsung memeluk ibunya, begitu wanita setengah baya itu membuka pintu."Ibuu!" Setengah tersedu."Kamu baik-baik saja, kan, Sayang?" Almira, ibunya. Melepaskan pelukan untuk meneliti tubuh anaknya. "Aku baik-baik saja, ibu. Aku yang sepanjang waktu mengkhawatirkan ibu." "Ibu sakit, sih." Almira menyunggingkan senyumnya."Ibu sakit, apa?" Amberly agak tertegun."Sakit yang namanya rindu. Rindu ingin ketemu denganmu dan cucuku."Amberly tampak bernapas lega. "Sekarang jadi terobati. Maaf, Amber baru menemui Ibu." Sorot mata Amberly melukiskan perasaannya."Tidak apa-apa, penantian ibu sudah terbayarkan." Ia kemudian melihat pada gadis kecil yang ada di sebelah Amberly. "Apakah ini cucu, Ibu?" "Iya, Bu. Namanya Angel, tapi biasa dipanggil Ange." Amberly memberi penjelasan."Hai, ternyata cantik sekali cucu Oma ini." Almira agak membungkukkan tubuh untuk mencolek pipi Angel."Beri salam sama Oma, Sayang." perintah Amberly.Anak yang baru berusia tiga tahun itu menuruti, menyod
Read more

Bab 5 Mencari Bapak

Dengan penuh tekad dan semangat membara, Amberly terbang ke daerah Pulau Kalimantan. Hanya berbekal alamat rumah dan perusahaan, yang dibeti dari ibunya.Benar saja, saat sudah ada di depan rumah bapaknya, Amberly tertegun. Rumah itu tampak seperti istana, sangat besar dan luasnya. Terlihat saat ia mengintip dari pintu pagar rumahnya.Amberly dihampiri oleh satpam, kemudian di tanya-tanya sesuai dengan tugas yang diembannya. Amberly memperlihatkan KTP dan menyatakan niatnya untuk bertemu dengan bapak Berly Hanan. Tentu saja tidak mudah untuk mendapatkan izinnya, harus ada konfirmasi dari keluarganya dulu, terutama istrinya, ibu Ranti.Ia tidak keberatan, mendengar bapaknya masih hidup saja sudah senang. Dengan tidak banyak bertanya, Amberly menunggu.Sementara di dalam rumah, seorang wanita setengah baya dengan rambut disasak tinggi dan rapi, tampak sedang mendengar lewat telepon laporan dari satpamnya.Matanya tiba-tiba terbelalak. Siapa namanya, Pak?""Amberly, Bu."Mendengar nama t
Read more

Bab 6 Pertemuan

Di ranjang itu, yang pertama Amberly lihat, adalah seorang lelaki yang sangat kurus. Dengan mata cekung dan kulit berwarna pucat, tetapi bersih.Inikah bapaknya yang sangat dirindukan? Seumur hidup Amberly sangat mendambakan untuk bertemu. Segala rasa berkecamuk dalam hatinya. "Papa sudah lama sakit, hanya bisa terbaring di tempat tidurnya. Karena mengalami stroke dan penyakit gula." terang Gathan, setengah berbisik di dekat telinganya. Hal itu membuat Amberly secara refleks menjauh.Amberly sedikit mengangguk sambil tersenyum pada Gathan. Kemudian, lebih mendekati ranjang bapaknya.Sang bapak, sejak melihat Amberly masuk ke kamarnya, terus mengawasi tanpa berkedip. Amberly agak membungkuk untuk menyetarakan posisi wajahnya, supaya setara dengan wajah bapak yang terbaring."Bapak …." Dengan nada bergetar, Amberly memanggilnya."Kamu, siapa" Sedikit heran, dia bertanya."Namaku, Amberly."Tampak Berly agak tertegun. "Almira pernah mengatakan kalau punya anak perempuan, akan dinamakan
Read more

Bab 7 Tantangan Pertama

Amberly berdiri di hadapan para tetua yang nota bene merupakan saudara dari bapaknya. Rata-rata mereka adalah pemegang saham di perusahaan besar itu. Bapaknya, Berly Hanan ikut hadir, meski harus duduk di atas kursi roda. Memberi kekuatan kepada Amberly untuk menghadapi mereka.Berly sendiri yang memimpin rapat penting itu, menyatakan kalau Amberly anak kandungnya, dia memperlihatkan hasil dari tes DNA yang sudah diperoleh hasilnya. Jadi secara sah bisa memimpin salah satu perusahaan di bawah perusahaan PT. Borneo Grup. Sebuah perusahaan milik keluarga mereka, turun temurun"Terima kasih, Pak. Saya tidak akan mengambil kedudukan Bapak sebagai direktur atama di perusahaan pusat. Akan tetapi, sesuai domisili saya di Jakarta. Saya akan memimpin perusahaan di sana." ungkap Amberly sambil tersenyum."Tetapi perusahaan di sana, sudah di pegang oleh LiLian." kata salah satu yang hadir. Berkepala agak botak dan sudah tua.Berly bergerak memutar kursi rodanya lebih ke depan. "Soal itu, nanti
Read more

Bab 8 Bertemu Golda

Golda memasuki lobi gedung perusahaan PT KAB Tbk. Tubuhnya yang tinggi dan berwajah tampan, banyak menarik perhatian tiap orang yang ada di ruangan itu. Lilian yang memang sedang menunggu kedatangannya, menelan ludah sendiri. Tidak salah lagi, lelaki tampan yang baru datang itu adalah Golda. Ia pernah melihat profilnya dari media internet. Melihat orangnya secara langsung, ternyata lebih menawan."Selamat pagi, pak Golda." sapanya, membuat langkah lelaki itu terhenti.Lilian tersenyum. "Selamat datang di perusahaan kami. Saya pribadi akan mengantarkan Bapak untuk bertemu dengan CEO."Golda hanya mengangguk sambil tersenyum tipis. Melanjutkan langkah sejajar dengan yang akan mengantarnya.Begitu ruangan terbuka, Golda melihat di meja kerja utama yang bertuliskan CEO, terlihat seorang wanita sedang menunduk. Kemudian secara perlahan terangkat wajahnya. Di saat seperti itulah tatapan keduanya bertemu. Golda agak mengerutkan keningnya, sambil tidak melepaskan tatapannya. 'Pasti pandanga
Read more

Bab 9 Pertentangan

Lilian tampak cerah raut wajahnya, sementara Amberly, biasa saja."Ternyata kamu, datang berdua. Kenapa tidak sekalian saja yang hadir di kantormu itu, semua kamu bawa?""Perkenalkan, Lilian saudari tiriku." Amberly mengabaikan sindiran dari Golda.Golda pun sama sikapnya. Tidak menggubris perkenalan Amberly. Tidak mau tahu, entah itu saudara tirinya, atau siapanya dia. Golda merasa kesal, ternyata Amberly menemuinya tidak sendiri.Dia tidak melirik Lilian sedikit pun, tetapi terus menatap Amberly dengan tajam, sampai wanita itu duduk dihadapannya."Matamu tidak mau mengedip?" tegur Amberly. "Apakah ada yang salah dengan penampilanku?"Tatapannya tetap tidak dialihkan. "Aku ingin ketemu dengan Ange." "Aku kira, kamu akan membahas soal perusahaan." Amberly membuang wajahnya. "Ange baik-baik saja. Jadi stop menanyakan anakku." Memberi jawaban.Amberly menerima buku menu yang disodorkan pelayan restoran. Fokus memilih menu. Tidak lama kemudian, "Silahkan Pak Golda memilih sendiri." kata
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status