Semua warga sudah pulang ke rumah masing-masing. Tenda kursi pun sudah dirapikan, ditumpuk tinggi agar besok, saat tahlilan lagi, tinggal diturunkan saja. Tikar dan karpet pun sudah masuk ke dalam rumah dan disimpan di rumah tengah. Namun, rumah juragan tidak sepi. Masih ada Udin, Yadi, Pak Hasan, bahkan Rinai masih di sana. Begitu juga Mbok Nah. Semua berkumpul di meja makan untuk berbincang sebelum semua kembali pada aktivitas masing-masing.Wajahnya pada sendu tak bercahaya. Semua sedih dengan meninggalnya majikan mereka. Suara pintu dibuka, semua menoleh ke lantai atas. Jelita turun digandeng oleh Syabil. "Mbok, buatkan saya air jahe. Tenggorokan saya sakit dan pedih banyak menangis," pinta Jelita dengan suara serak. "Boleh, Non, tunggu sebentar ya.""Mbok, nyalakan saja kompornya, terulus kembali ke sini lagi. Sambil bawa jahe aja, kupas di sini," titah Jelita lagi. Mbok Nah melakukan seperti yang diperintahkan majikannya."Bagaimana perasaan kalian? Pasti syok, sama seperti sa
Baca selengkapnya