All Chapters of Dipaksa Foto Tanpa Busana oleh Suami: Chapter 181 - Chapter 190

260 Chapters

182. Tamu Tak Diundang

"Adis, Pak Darmono sakit HIV," kata Pak Ramdan pada putrinya yang sedang asik menonton televisi. Sontak Adis menoleh dengan kaget. "HIV? Bapak yakin?" "Iya, informasinya akurat dan beberala ajudannya juga diminta periksa. Mereka hasilnya negatif. Sekarang tinggal kamu dan Bapak. Kita berdua terakhir berhubungan dengan dekat juragan. Kamu malah kasih perawan kamu sama tua Bangka sialan itu. Kini, kalau kamu tertular, itu pasti karena juragan dan kita bisa minta ganti rugi berupa uang.""Pak, saya yakin gak papa. Jangan panik gitu, nanti malah beneran kenyataan tertular. Udah ah, saya mau nonton. Kalau mau saya periksa, uangnya mana? Saya udah gak punya uang. Udah dikasih semua sama Nyai Larsih yang gak bikin apa-apa juga buat saya. Uangnya diambil, tapi Jelita gak diguna-guna. Bukan cuma pejabat doang yang doyan korupsi, ternyata dukun santet juga." Pak Ramdan hanya bisa menghela napas. Benar juga apa kata Adis, jika mau periksa maka butuh uang dan uangnya pasti tidak sedikit."Kalau
Read more

183. Pak Ramdan Versus Bu Hera

"Rumah jadi wangi masakan enak gini," kata Levi begitu ia membuka pintu rumah. Kemarin ia boleh keluar dari rumah sakit dan hari ini ia kembali ke Jakarta. Tentu tidak lupa alat nebulezer yang harus selalu ia bawa ke sana kemari. Alat yang akan sangat berguna jika sesaknya kambuh."Apa yang kamu lakukan, Rana?" tanya Levi yang tiba-tiba sudah berada di belakang tubuh wanita yang tengah memakai celemek, berdiri di depan kompor. Rana menoleh terkejut."Eh, ya ampun, Tuan dan Mama udah sampai. Saya gak dengar suara mobilnya," kata Rana sedikit gugup. Ia tidak berani menatap wajah suaminya yang sudah lebih segar dari pada terakhir ia lihat di rumah sakit, seminggu yang lalu. Rana mengeringkan tangannya, lalu mencium punggung tangan suami dan mertuanya bergantian. "Saya sudah larang jangan masak, tetapi Mbak Rana mau masak juga. Katanya masak buat suami yang mau pulang. Itu suami udah pulang, Mbak. Katanya kangen, udah sana antar suami ke kamar." Bibik menggoda habis-habisan. Bukan hanya
Read more

184. Jeruji Besi

"Ada apa sebenarnya, Rana? Keluarga kamu kenapa sampai segala ada di penjara?" tanya Levi pelan. Rana masih menangis di sampingnya karena bapaknya berlari pulang setelah mendengar Adis ditahan di kantor polisi."Mbak Adis menikah, Tuan.""Iya, yang waktu kamu pulang kampung empat hari itu'kan?" Rana mengangguk mengiyakan."Terus kenapa? Suaminya KDRT? Kita ada pengacara untuk bantu nanti. Tenang saja, saya akan bantu.""Buka, Tuan. Mbak saya nikah sama tukang kawin di kampung. Namanya Juragan Andri. Banyak ajudan dan terkenal galak. Terkenal tukang kawin dan suka jajan sana-sini. Mbak saya ke rumah suaminya, padahal suaminya sedang tidak ada di rumah. Tanpa sengaja, Mbak Rana mau berfoto di dekat guci dan guci kesenggol. Pecah guci itu dan ternyata itu guci antik yang harganya ratusan juga. Suaminya minta ganti.""Hah, suami minta ganti guci yang dipecahkan istri?" Levi menatap Rana tidak percaya."Iya, Tuan, jadi ini Mbak Rana pasti mau dipenjara karena tidak bisa ganti. Terus Mbak R
Read more

185. Sembilan Ratus Juta

Setelah serangkaian pemeriksaan, terapi, obat, serta stimulus otot yang dilakukan oleh Abdi selama beberapa setelah ia sadar, maka dokter sudah membolehkan pria itu pulang. Bukan main senangnya hati Luisa saat mengetahui suaminya boleh pulang. Dokter mengatakan baru saja, di jam sembilan malam saat beliau visit.Tidak mungkin keluar dari rumah sakit malam hari karena loket kasir mengurus administrasi pembiyaan rawat inap pasien, sudah tutup. Buka lagi besok pagi jam delapan."Kita pulang ke mana?" tanya Abdi pada Luisa. "Kita pulang ke rumah sewa dulu yang gak jauh dari rumah sakit, Kang. Sambil nanti menunggu Papa mencari rumah sewa di Jakarta," jawab Luisa senang. Suaminya sudah mau membuka suara bertanya padanya. Sebuah kemajuan yang diluar prediksi. "Di Jakarta juga sewa?" tanya Abdi bingung. Luisa mengangguk. Ia tahu suaminya belum bisa mengingat semuanya dan ia pun tidak mau memaksa. "Rumah papa dijual. Jadinya kita sewa," kata Luisa lagi. Sambil membetulkan letak bantal suam
Read more

186. Usaha Pak Ramdan

Di lain tempat, betapa terkejutnya Pak Ramdan, saat ia menjenguk Adis dan keadaan putrinya itu sangat jauh dari kata baik. Rambut Adis yang panjang, kini sudah dipotong pendek. Lebih tepatnya dipotong asal dan hasilnya sangat menyedihkan. Pria itu dapat menebak bahwa yang melakukan jhalmiji pada putrinya adalah sesama napi di dalam sel. Pria tua itu hanya bisa mengelus dada iba."Adis mau keluar dari sini, Pak. Bantu Adis, Pak. Adis gak mau dipenjara, Pak. Adis mau pulang, mau tidur di rumah. Di sini jorok, dingin, makanannya juga gak enak. Adis mau pulang, Pak. Cepet telepon Rana, bilang dia harus bebaskan Adis kalau masih mau dianggap anak oleh Bapak. Kalau Bapak gak ancam, Rana gak akan mau nolongin!" Pak Ramdan hanya bisa menghela napas."Tadi waktu Bapak di jalan, suami Rana telepon. Katanya akan kirim pengacara untuk kasus kamu karena mereka gak ada uang segitu banyak," kata Pak Ramdan nelangsa."Lalu Bapak percaya?" tanya Adis."Bapak bisa apa kalau mereka bilang gitu? Bapak ga
Read more

187. Kebakaran

Apa yang dilakukan Pak Ramdan? Tentu saja ia sedang merencanakan sesuatu untuk Nyai Larsih. Ia merasa dukun santet itu sudah keterlaluan padanya yang tengah susah, untuk ia ia harus memberikan efek jera pada wanita tua itu. Malam harinya, Pak Ramdan membawa bensin dan korek. Karena jalan menuju rumah Nyai Larsih sepi, maka ia tidak terlalu khawatir. Pria itu sudah hapal sekali seluk beluk rumah. Dengan memakai topeng, Pak Ramdan membawa bensin, lalu menyiramkan ke sekeliling rumah dukun Nyai.Tentu saja yang ia lakukan aman dan tidak berisik, karena ia tidak memakai sandal. Ia lakukan dengan sangat halus. Hanya jalan menuju pintu belakang yang tidak ia siram bensin. Ia menyiramkan di beberapa titik rumah yang ia anggap tempat Nyai Larsih bisa melarikan diri. Krak!Suara korek api ia nyalakan. Lalu ia lemparkan ke tanah yang sudah ia berikan bensin. "Kebakaran, kebakaran!" Teriaknya. Tentu saja Nyai Larsih yang tengah tidur, langsung melompat untuk melihat keadaan di luar rumah. W
Read more

188. Mendekati Abdi

ak Darmono akhirnya memutuskan untuk kembali ke Jakarta bersama-sama setelah mempertimbangkan banyak hal. Membiarkan istrinya dan putrinya pulang berdua, sementara dia bersama Abdi juga hanya tinggal berdua, membuat Pak Darmono membayangkan situasi yang akan dihadapi pasti sangat sulit. Pak Darmono tidak setelaten itu jika harus mengurus Abdi sekaligus menyiapkan semua keperluannya. Selain itu, dia juga memikirkan putrinya yang bisa saja kembali drop sementara sang istri belum tentu bisa cekatan memberikan Luisa perawatan.Di sana, tepatnya di kawasan pasar Minggu, terdapat rumah yang akan ditempati mereka nantinya. Pak Darmono sudah menghubungi temannya untuk menyewa rumah tersebut. Sehingga setibanya nanti di Jakarta, mereka tidak bingung harus tinggal di rumah yang mana.Saat Pak Darmono menjelaskan itu semua pada putrinya, betapa dia merasa senang. Meski niat awalnya untuk menenangkan diri, setelah tahu jika mereka akan pergi bersama-sama, Luisa merasa mungkin ini akan menjadi kes
Read more

189. Rencana Luisa

Pagi itu Luisa segera mencari tahu keberadaan Abdi begitu terbangun dari tidurnya. Setiap sudut ruangan dicarinya dengan perasaan panik sebab pria itu tak ditemukan. Hanya saja ada satu kamar dengan pintu tertutup yang belum Luisa periksa, dia berharap suaminya ada di sana.Luisa segera mendekati pintu kamar tersebut. Perlahan tangannya mencoba menarik handle pintu tapi ternyata pintu terkunci dari dalam. Dia ingin memaksa membukanya hanya untuk memastikan. Namun, gerakannya terhenti oleh Nisa yang tiba-tiba menghampirinya."Kang Abdi tidur di kamar itu, Non," ucap Nisa seperti tahu apa yang sedang Luisa cari."Syukurlah." Luisa menghela napas lega."Kang Abdi masih menolak tidur bareng, Non?" tanya Nisa kemudian.Luisa mengangguk lemah. Dia segera beranjak tanpa berbicara lagi."Non mau ke mana?" tanya Nisa menghentikan langkah Luisa."Kembali ke kamar. Mungkin perlu waktu untuk mendekati Kang Abdi, jadi aku akan membiarkan dia sendiri dulu.""Sabar, ya, Non.""Tidak apa-apa, Nis. In
Read more

190. Tamu Berbadan Kekar

Syabil menemani Jelita jalan pagi. Tentu saja Rinai ikut. Ketiganya menjadi canggung. Sebenarnya yang sedikit canggung adalah Syabil karena ia tidak ingin Rinai ikut. Meskipun mereka sudah putus, tetapi ia ingin tetap menjaga perasaan gadis itu. Ia tidak ingin Rinai semakin membencinya dengan begitu menjaga jarak dengannya, sedangkan dengan Jelita begitu luwes."Kalian ini bukannya sudah putus?" tanya Jelita saat mereka tengah beristirahat di kursi taman. Syabil yang tengah berjalan mondar-mandir di depan Jelita, langsung menghentikan langkahnya."Non, saya dan Rinai saat ini dalam keadaan kerja. Jadi tidak etis rasanya kalau menanyakan hal pribadi," jawab Syabil sambil menggerakkan matanya. Ia khawatir Jelita akan kembali cemburu karena cerita Rinai dan pemuda itu berharap, Rinai tidak melebih-lebihkan apalagi sampai mengarang kebohongan."Gak papa, kalian cukup jawab saja. Yang nanya juga aku, bos kalian. Kalian gak akan aku pecat saat menjawab," balas Jelita santai."Iya, Non, suda
Read more

191. Emosi Jelita

Jelita adalah anak dari Juragan Andri yang memang sudah terlatih menghadapi situasi genting. Ia berani dan juga percaya diri. Ia juga sudah ditempa untuk bisa melanjutkan bisnis papanya suatu saat. Termasuk pada situasi genting seperti ini, saat ia harus berhadapan dengan empat lelaki kekar yang menampilkan wajah tidak bersahabat."Kami tidak bisa lama. Sebaiknya Mbak Jelita ikut kami sekarang ke kantor polisi.""Oke, gak papa. Saya siap, Pak. Saya ikut Bapak-bapak, apa saya boleh diantar ajudan saya?" tanya Jelita sambil menatap mata salah satu dari empat petugas itu. Sikapnya tenang dan tidak panik, karena ia memang tidak terlibat dalam urusan papanya. "Mbak boleh diantar oleh ajudan, tetapi anggota kami ada juga di mobil yang membawa Mbak." "Baik, Pak, silakan!" Jelita bangun dari duduknya. Dengan gerakan kepala, wanita itu meminta Syabil yang menemaninya, sedangkan Udin yang ditelepon Yadi, saat itu juga datang, tetap berjaga di rumah bersama Yadi. "Kami butuh alamat Pak Andri,
Read more
PREV
1
...
1718192021
...
26
DMCA.com Protection Status