Martin, dia terkenal sangat garang. Bahkan tidak ada kata datar, hampir setiap kalimat yang tertuju pada bawahan selalu membentak.Ayana kini akan berhadapan dengannya. Dia masuk."Pak, eh Mas. Ehm ... Direktur." Akhirnya Ayana ingat kata itu.Martin mendongak, dia mengernyit menatap Ayana. 'Pegawai baru,' batinnya."Maaf, Ditektur ... Mar ... tin. Saya membawa makan siang." Ayana membaca papan nama di atas meja Martin, dia hampir lupa karena grogi.Martin belum menyahut, dia masih menatap lekat wajah Ayana.Ayana melambaikan tangannya, di titik pandang Martin. "Direktur, apa Anda melamun?""Ehem!" Martin menegangkan pikirannya. 'Lumayan, dia cantik dan unik. Kenapa baru datang di depanku saat ini?' batinnya."Ini ditaruh di mana ya?" Martin menatap meja sofa, sebagai jawaban. Namun, Ayana tidak paham."Direktur, ini ditaruh di mana. Anda mau makan di mana?" Mengulang tanya.Martin mendesah, juga malah penasaran dengan Ayana."Di sana!" Menunjuk kesal."Oh, ya." Ayana segera menata d
Last Updated : 2023-05-09 Read more