Home / Romansa / Ayah Untuk Anakku / Chapter 141 - Chapter 150

All Chapters of Ayah Untuk Anakku: Chapter 141 - Chapter 150

294 Chapters

Bab 141

Amelia diserang cemas berlebihan saat mendengar kalimat Sopia, maka dirinya segera merasa pening hingga dahinya dipegangi sangat erat. Namun, ibunya tidak mengetahui ini sama sekali, Sopia sudah berlalu. “Apa yang harus aku lakukan untuk mencegah mama bicara pada Nitara, apa aku harus mengatakan yang sejujurnya kalau Kenzo anaknya Erland?”Kebingungan dalam kondisi kepala berputar membuat Amelia tidak dapat menemukan jawaban apapun hingga tubuhnya direbahkan, hanya merebahkan tanpa ingin memikirkan apapun sampai-sampai dirinya terlelap.Sementara, Sopia sudah membulatkan tekadnya untuk menemui Nitara secara pribadi maka diam-diam wanita ini membuka kontak handphone milik Amelia, mencari nomor Nitara kemudian mengirimkan sebuah chat. [Besok temui aku di restoran.]Nitara segera membaca chat dari Amelia karena walaupun dirinya sangat membenci, tetapi nomor mantan sahabatnya masih berada di antara deretan kontak handphonenya. “Mau apa Amei mengajak bertemu? Apa diam-diam Willam mengadu k
Read more

Bab 142

William meninggalkan saudara kembarnya begitu saja. Malam ini terasa lebih dingin karena cuaca sedang tidak baik, tetapi dengan senang hati dirinya meladeni Erland, pergi ke rumah belakang, berbicara dalam ruangan semi outdoor, tetapi yang didapatnya hanyalah hal memuakan padahal bisanya diskusi dengan Erland adalah hal paling baik karena mereka saling mengerti satu sama lain. “Ada apa denganya, apa aku harus meminta papa memeriksakan mental Erland!” rutuknya saat kembali memasuki rumah.“Wil,” panggilan Bagaswara yang memang sedang mencari kedua putranya. Seharusnya ini hal yang mudah, William dan Erland adalah pria dewasa, Bagaswara tidak perlu kesulitan mencari mereka seperti di saat masa kanak-kanak. Rumah besar ini terlalu menimbun tubuh William dan Erland kecil. Namun, kali ini justru dirinya merasa pencarian ini sangat sulit seolah mencari jarum dalam tumpukan jerami. Maka pertemuan tanpa sengaja dengan salah satu putranya disyukuri, “Papa mencari kalian, dari mana saja hm, lal
Read more

Bab 143

Tengah hari tiba. Sopia sudah mencuri nomor ponsel Nitara, maka dirinya leluasa menghubungi. [Temui aku sekarang.] Chat yang dikirimkannya pada Nitara.“Apa ini Amei?” Nitara memandangi nomor yang tidak terdaftar dalam kontaknya. “Apa harus ya, aku menemui Amei?” Wanita ini sedang diserang keraguan.“Sayang, ayo makan siang,” ajakan lembut William yang sudah melonggarkan dahinya.“Aku ....” Nitara masih berada diambang keputusan, “aku akan makan di kantin, memangnya kamu mau kesana?”“Kantin?” Dahi William berkerut, dirinya belum pernah makan di tempat seperti itu, “bagaimana tempatnya?”“Tempatnya higienis, tetapi menunya menu biasa saja.”William bergeming sesaat. “Aku tidak suka makan di tempat seperti itu. Kenapa tidak di restoran saja? Kakau kamu bosan kita bisa mengunjungi restoran prancis atau mungkin makanan korea dan jepang jika kamu mau.”“Tidak, aku sedang mau makan di kantin.” Ini hanyalah alasan untuk menghindari William karena Nitara memutuskan menerima ajakan bertemu da
Read more

Bab 144

Di tengah-tengah menyuap, Amelia kembali mendapatkan pesan, tetapi bukan Nitara atau orang yang berada di dalam kontaknya. [Apa kamu sudah makan?] Dahi Amelia berkerut setelah membacanya.[Aku sedang makan. Maaf, siapa ini?]Erland ingin sekali mengaku, tetapi dirinya menyimpan hal itu. [Aku akan meneleponmu nanti. Katakan kapan kamu senggang.]Amelia tidak berpikiran macam-macam, maka dirinya memberikan kesempatan pada seseorang di seberang sana. [Sepertinya pukul tiga.] Chat berakhir. Amelia berharap orang di seberang sana adalah Erland, wanita ini berharap ayah dari putranya sudah bangun. Handphone diletakan di atas meja setelah sempat dipandangi selama beberapa saat.“Siapa, Mei?” Perhatian Adhinatha tercuri karena raut wajah Amelia. Tidak ada senyuman dalam raut wajah putrinya, tetapi seakan handphonenya sedang sangat berarti.“Teman.” Senyuman kecil Amelia.“Mengajak bertemu, reoni?” Adhinatha sangat ingin mengetahui kegiatan putrinya.“Tidak, hanya menanyakan kabar.” Suapan Ame
Read more

Bab 145

Amelia menghampiri si pria yang saat itu belum diketahui namanya. “Astaga ..., tubuhmu sangat besar, tapi aku diminta mengusirmu. Bagaimana caranya?” Amelia menggaruk kepalanya sangat bingung, kemudian kembali mengarahkan tatapan pada wanita yang selalu dianggapnya sebagai selingkuhan Tio. “Aku di sini sedang memata-matai, tapi kenapa mendapatkan tugas seperti ini. Huft!” Satu kakinya dihentakan ke atas bumi hingga sikapnya ini sangat janggal karena di sini adalah tempat orang-orang pemberani dan bukan tempat wanita manja sepertinya.Si pria meninggalkan bartender. “Perlu bantuan?”Amelia mengerjap. “Kalau kau bisa melakukannya sendiri, kenapa memintaku?”“Aku tidak bisa meninggalkan pekerjaanku. Siapa yang akan membuat minuman?” Setengah alisnya terangkat.“Tapi bagaimana aku memindahkannya ....” Amelia merajuk hingga tampak semakin janggal saja di mata si pria karena semua karyawan wanita ini di sini tidak manja dan lemah. Mereka akan menggoda pria untuk mencapai apapun termasuk unt
Read more

Bab 146

Hati William dicambuk perasaan tidak tenang. ‘Siapa, apa Amei? Amei sudah menerima surat dari Erland. Apa isinya, apa janji pertemuan, apa Erland sudah mengakui jati dirinya?’ Sederet pertanyaan ini berkecamuk ria.“Mama tidak tahu, Erland tidak mengatakannya.” Lembut Miranda yang saat ini sedang beristirahat sejenak seiring menemani suami dan anaknya menyaksikan televesi, sedangkan Nitara masih berada di dapur.“William akan menghubungi Erland sebentar. William tidak tenang Erland keluar sendiri,” alasannya. Padahal niatnya untuk mencari tahu tentang rekan yang dimaksud Miranda. Pria ini masuk ke dalam kamar, segera menghubungkan panggilan pada saudara kembarnya. “Kau di mana, siapa yang akan kau temui?”“Kenapa menanyakannya. Apa uruasannya dengamu, bukankah kau tidak memercayaiku.” Perasaan kecewa sedang menerpa Erland karena William menganggap Nitara sebagai malaikat padahal dirinya sudah membongkar kejahatan wanita itu.“Erland, bukan begitu maksudku. Kembalilah ....”“Apa hakmu
Read more

Bab 147

William menghubungi sopir untuk menanyakan tujuan Erland, maka sangat mudah baginya menyusul saudara kembarnya yang ternyata menemui Amelia. Seharusnya hal ini tidak mengejutkan karena dirinya sudah menduganya, tetapi hatinya tetap dicambuk perih karena masa depan Erland dan Amelia adalah akhir dirinya dan Amelia.William hanya duduk lesu, kebetulan meja yang dipilihnya berdekatan dengan bodyguard yang dibawa Erland. Maka, mana mungkin pria ini tidak menyapa tuannya, “Selamat malam, Tuan.”William bergeming selama beberapa detik karena terlalu larut dalam dilema, kemudian menoleh pada pria tinggi besar yang berdiri di sisinya penuh rasa hormat. “Eu, iya, malam. Kau di sini.”“Iya, Tuan. Saya diperintah tuan Erland.” Sikapnya selalu penuh rasa hormat. Bahkan pria tinggi besar ini seolah tidak memiliki wibawa dan kekuatan jika di hadapan tuannya, berbeda saat dihadapan orang yang berpotensi mencelakai tuannya atau hanya menganggu.William kembali mengarahkan tatapan pada Erland dan Amel
Read more

Bab 148

Erland selalu luluh oleh ketulusan wanita di sisinya, yang tetap memeluknya bagaimanapun tatapan orang pada mereka. Pertemuan ini sangat indah untuk pria yang sering tenggelam dalam rasa tidak percaya diri. Maka, tekadnya untuk kembali pulih sangat tinggi. “Mei, tunggu aku sampai aku pulih, aku akan menunjukan diri pada orangtua kamu, melamar kamu secara resmi.”Amelia segera melepaskan pelukannya untuk memandangi Erland. Wanita ini sangat mengerti keadaan Erland sekarang yang tidak memungkinkan menemui orangtuanya karena fisik mungkin menjadi salah satu harga diri untuk seorang pria. “Iya, aku akan menunggu hingga saat itu tiba.”Pertemuan diakhiri dengan kecupan di pipi Amelia, setelahnya Erland mengantarkan wanitanya. Namun, mereka harus menaiki mobil yang berbeda karena Amelia membawa si kuda besi. Setibanya di rumah, Sopia dibuat heboh. “Astaga Mei-Mei. Apa-apaan baju ini, hm. Diam-diam kamu jadi pegawai cafe!” Seakan seisi rumah berguncang akibat suaranya bahkan Amelia mengangka
Read more

Bab 149

William membalas pelukan istrinya, melindunginya. Namun, kali ini hatinya dicambuk keraguan. ‘Apa benar Erland berhalusinasi? Tapi aku rasa aku telah berburuk sangka.’Setelah Nitara terlelap, William berjalan-jalan mengitari pintu kamar Erland. Ingin kembali berbicara dengan saudaranya, tetapi waktu sudah lewat tengah malam. “Akh!” keluhnya.“Nak, sedang apa?” Bagaswara sempat terpaku kala menyaksikan William yang hanya bolak-balik di depan pintu kamar Erland. Sekejap, putranya mengerjap.“Malam, Pa. William sedang ..., eu-hanya tidak bisa tidur.” Senyuman lebarnya.“Kemarilah.” Bagaswara memimpin jalan, mengajak putranya duduk di atas sofa.“Apa Papa kesulitan untuk tidur?” William duduk di seberang ayahnya.“Tidak. Papa sengaja ingin memeriksa keadaan Erland,” aku Bagaswara tanpa menutupi apapun.“Erland baik-baik saja.” Terdapat keraguan serta penyelidikan dalam tatapan dan kalimat William.“Iya, Papa rasa Erland memang sangat baik, tapi Papa tetap ingin memeriksanya. Kamu tahu se
Read more

Bab 150

Amelia terkesiap oleh kedatangan ibunya. “Itu ....” Handphone dipandangi, tetapi ternyata panggilan sudah terputus. “Tadi Amei sedang menonton video di internet.” Senyuman lebar dipasang.Sopia sedikit mengintip pada layar handphone, tetapi sudah tidak ada yang bisa dilihatnya. “Jangan mempertontonkan tayangan tidak layak pada Kenzo, itu tidak baik,” nasihat penting selayaknya seorang nenek yang menginginkan cucunya tumbuh dengan baik berkat didikan baik dari ibunya.“Tadi Kenzo melihat edukasi, Ma ...,” alasan Amelia dengan sikap tenang supaya dustanya tidak terbongkar.“Iya, memang harus begitu. Tapi ... Mama heran sepertinya tadi Mama melihat pria kurus yang wajahnya mirip William.” Dahi Amelia berkerut, tetapi hatinya tidak yakin dengan apa yang dilihatnya.“Mama salah lihat ..., tadi Amei menunjukan film animasi sama Kenzo.”“Iya sudah ....” Sopia tidak ambil pusing, dirinya segera meraih Kenzo yang sudah minta digendong, “sarapan dulu sebelum pergi. Oh iya, hari ini Mama juga ha
Read more
PREV
1
...
1314151617
...
30
DMCA.com Protection Status