Share

Bab 144

Penulis: Desti Angraeni
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Di tengah-tengah menyuap, Amelia kembali mendapatkan pesan, tetapi bukan Nitara atau orang yang berada di dalam kontaknya. [Apa kamu sudah makan?] Dahi Amelia berkerut setelah membacanya.

[Aku sedang makan. Maaf, siapa ini?]

Erland ingin sekali mengaku, tetapi dirinya menyimpan hal itu. [Aku akan meneleponmu nanti. Katakan kapan kamu senggang.]

Amelia tidak berpikiran macam-macam, maka dirinya memberikan kesempatan pada seseorang di seberang sana. [Sepertinya pukul tiga.] Chat berakhir. Amelia berharap orang di seberang sana adalah Erland, wanita ini berharap ayah dari putranya sudah bangun. Handphone diletakan di atas meja setelah sempat dipandangi selama beberapa saat.

“Siapa, Mei?” Perhatian Adhinatha tercuri karena raut wajah Amelia. Tidak ada senyuman dalam raut wajah putrinya, tetapi seakan handphonenya sedang sangat berarti.

“Teman.” Senyuman kecil Amelia.

“Mengajak bertemu, reoni?” Adhinatha sangat ingin mengetahui kegiatan putrinya.

“Tidak, hanya menanyakan kabar.” Suapan Ame
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Ayah Untuk Anakku   Bab 145

    Amelia menghampiri si pria yang saat itu belum diketahui namanya. “Astaga ..., tubuhmu sangat besar, tapi aku diminta mengusirmu. Bagaimana caranya?” Amelia menggaruk kepalanya sangat bingung, kemudian kembali mengarahkan tatapan pada wanita yang selalu dianggapnya sebagai selingkuhan Tio. “Aku di sini sedang memata-matai, tapi kenapa mendapatkan tugas seperti ini. Huft!” Satu kakinya dihentakan ke atas bumi hingga sikapnya ini sangat janggal karena di sini adalah tempat orang-orang pemberani dan bukan tempat wanita manja sepertinya.Si pria meninggalkan bartender. “Perlu bantuan?”Amelia mengerjap. “Kalau kau bisa melakukannya sendiri, kenapa memintaku?”“Aku tidak bisa meninggalkan pekerjaanku. Siapa yang akan membuat minuman?” Setengah alisnya terangkat.“Tapi bagaimana aku memindahkannya ....” Amelia merajuk hingga tampak semakin janggal saja di mata si pria karena semua karyawan wanita ini di sini tidak manja dan lemah. Mereka akan menggoda pria untuk mencapai apapun termasuk unt

  • Ayah Untuk Anakku   Bab 146

    Hati William dicambuk perasaan tidak tenang. ‘Siapa, apa Amei? Amei sudah menerima surat dari Erland. Apa isinya, apa janji pertemuan, apa Erland sudah mengakui jati dirinya?’ Sederet pertanyaan ini berkecamuk ria.“Mama tidak tahu, Erland tidak mengatakannya.” Lembut Miranda yang saat ini sedang beristirahat sejenak seiring menemani suami dan anaknya menyaksikan televesi, sedangkan Nitara masih berada di dapur.“William akan menghubungi Erland sebentar. William tidak tenang Erland keluar sendiri,” alasannya. Padahal niatnya untuk mencari tahu tentang rekan yang dimaksud Miranda. Pria ini masuk ke dalam kamar, segera menghubungkan panggilan pada saudara kembarnya. “Kau di mana, siapa yang akan kau temui?”“Kenapa menanyakannya. Apa uruasannya dengamu, bukankah kau tidak memercayaiku.” Perasaan kecewa sedang menerpa Erland karena William menganggap Nitara sebagai malaikat padahal dirinya sudah membongkar kejahatan wanita itu.“Erland, bukan begitu maksudku. Kembalilah ....”“Apa hakmu

  • Ayah Untuk Anakku   Bab 147

    William menghubungi sopir untuk menanyakan tujuan Erland, maka sangat mudah baginya menyusul saudara kembarnya yang ternyata menemui Amelia. Seharusnya hal ini tidak mengejutkan karena dirinya sudah menduganya, tetapi hatinya tetap dicambuk perih karena masa depan Erland dan Amelia adalah akhir dirinya dan Amelia.William hanya duduk lesu, kebetulan meja yang dipilihnya berdekatan dengan bodyguard yang dibawa Erland. Maka, mana mungkin pria ini tidak menyapa tuannya, “Selamat malam, Tuan.”William bergeming selama beberapa detik karena terlalu larut dalam dilema, kemudian menoleh pada pria tinggi besar yang berdiri di sisinya penuh rasa hormat. “Eu, iya, malam. Kau di sini.”“Iya, Tuan. Saya diperintah tuan Erland.” Sikapnya selalu penuh rasa hormat. Bahkan pria tinggi besar ini seolah tidak memiliki wibawa dan kekuatan jika di hadapan tuannya, berbeda saat dihadapan orang yang berpotensi mencelakai tuannya atau hanya menganggu.William kembali mengarahkan tatapan pada Erland dan Amel

  • Ayah Untuk Anakku   Bab 148

    Erland selalu luluh oleh ketulusan wanita di sisinya, yang tetap memeluknya bagaimanapun tatapan orang pada mereka. Pertemuan ini sangat indah untuk pria yang sering tenggelam dalam rasa tidak percaya diri. Maka, tekadnya untuk kembali pulih sangat tinggi. “Mei, tunggu aku sampai aku pulih, aku akan menunjukan diri pada orangtua kamu, melamar kamu secara resmi.”Amelia segera melepaskan pelukannya untuk memandangi Erland. Wanita ini sangat mengerti keadaan Erland sekarang yang tidak memungkinkan menemui orangtuanya karena fisik mungkin menjadi salah satu harga diri untuk seorang pria. “Iya, aku akan menunggu hingga saat itu tiba.”Pertemuan diakhiri dengan kecupan di pipi Amelia, setelahnya Erland mengantarkan wanitanya. Namun, mereka harus menaiki mobil yang berbeda karena Amelia membawa si kuda besi. Setibanya di rumah, Sopia dibuat heboh. “Astaga Mei-Mei. Apa-apaan baju ini, hm. Diam-diam kamu jadi pegawai cafe!” Seakan seisi rumah berguncang akibat suaranya bahkan Amelia mengangka

  • Ayah Untuk Anakku   Bab 149

    William membalas pelukan istrinya, melindunginya. Namun, kali ini hatinya dicambuk keraguan. ‘Apa benar Erland berhalusinasi? Tapi aku rasa aku telah berburuk sangka.’Setelah Nitara terlelap, William berjalan-jalan mengitari pintu kamar Erland. Ingin kembali berbicara dengan saudaranya, tetapi waktu sudah lewat tengah malam. “Akh!” keluhnya.“Nak, sedang apa?” Bagaswara sempat terpaku kala menyaksikan William yang hanya bolak-balik di depan pintu kamar Erland. Sekejap, putranya mengerjap.“Malam, Pa. William sedang ..., eu-hanya tidak bisa tidur.” Senyuman lebarnya.“Kemarilah.” Bagaswara memimpin jalan, mengajak putranya duduk di atas sofa.“Apa Papa kesulitan untuk tidur?” William duduk di seberang ayahnya.“Tidak. Papa sengaja ingin memeriksa keadaan Erland,” aku Bagaswara tanpa menutupi apapun.“Erland baik-baik saja.” Terdapat keraguan serta penyelidikan dalam tatapan dan kalimat William.“Iya, Papa rasa Erland memang sangat baik, tapi Papa tetap ingin memeriksanya. Kamu tahu se

  • Ayah Untuk Anakku   Bab 150

    Amelia terkesiap oleh kedatangan ibunya. “Itu ....” Handphone dipandangi, tetapi ternyata panggilan sudah terputus. “Tadi Amei sedang menonton video di internet.” Senyuman lebar dipasang.Sopia sedikit mengintip pada layar handphone, tetapi sudah tidak ada yang bisa dilihatnya. “Jangan mempertontonkan tayangan tidak layak pada Kenzo, itu tidak baik,” nasihat penting selayaknya seorang nenek yang menginginkan cucunya tumbuh dengan baik berkat didikan baik dari ibunya.“Tadi Kenzo melihat edukasi, Ma ...,” alasan Amelia dengan sikap tenang supaya dustanya tidak terbongkar.“Iya, memang harus begitu. Tapi ... Mama heran sepertinya tadi Mama melihat pria kurus yang wajahnya mirip William.” Dahi Amelia berkerut, tetapi hatinya tidak yakin dengan apa yang dilihatnya.“Mama salah lihat ..., tadi Amei menunjukan film animasi sama Kenzo.”“Iya sudah ....” Sopia tidak ambil pusing, dirinya segera meraih Kenzo yang sudah minta digendong, “sarapan dulu sebelum pergi. Oh iya, hari ini Mama juga ha

  • Ayah Untuk Anakku   Bab 151

    Amelia tersenyum cerah. “Lupakan, anggap saja hubungan kita selalu baik-baik saja.”“Mei, aku tidak tahu bagaimana caranya berterimakasih pada kamu.” Seolah Nitara sangat tulus dan menyesali semua perbuatannya.“Sudahlah, kita kan sahabat ....” Senyuman Amelia tidak pernah pudar.‘Apa aku bilang, mudah sekali aku mendapatkan maaf dari kamu!’ Seringai puas Nitara. “Bagaimana kabar kamu dan Kenzo?”“Aku baik-baik saja, Kenzo juga. Kenzo mempunyai pertumbuhan yang sangat baik, semenjak bersama mama berat badan Kenzo naik pesat,” kekeh bahagia Amelia sebagaimana seorang ibu yang menyayangi putranya.“Syukurlah ..., aku ikut senang mendengarnya. Lain kali ajak aku bertemu Kenzo, aku ingin memeluknya dan meminta maaf karena sempat membencinya.” Lagi, wajah penyesalan tampak.“Iya, atur saja waktunya. Aku akan mempertemukan kalian.”Nitara mengusap ujung matanya seolah basah oleh air mata haru. “Aku sudah melupakan masa lalu kalian. Aku sudah menerima masa lalu kamu dan William dan juga mene

  • Ayah Untuk Anakku   Bab 152

    Nitara terisak. “Mei ..., aku bingung bagaimana harus menceritakannya sama kamu ..., apalagi sama William ....”“Sssttt, tenang dulu ya ....” Amelia beringsut, kini dirinya duduk di sisi Nitara untuk memberikan pelukan hangat nan tulus, ditambah dengan usapan lembut di punggung sahabatnya, “semua masalah ada solusinya kok ....”Wajah Nitara menyeringai. ‘Aku harap solusinya kamu!’ Kebetulan seringai licik Nitara disaksikan oleh sopir yang mengantarnya, dengan setia menunggu majikannya hingga selesai. Namun, ekspresi nyonya muda membuatnya berpikir jika hati Nitara tidak seindah sosoknya.Pelukan Amelia berakhir, kini tatapannya mengarah pada Nitara dengan penuh rasa peduli. “Kamu bisa bercerita semua ke aku, dan semoga aku bisa membantu.”Nitara terisak, anehnya, air mata keluar secara alami bahkan dirinya tidak mengerti kenapa bisa seperti itu? Tapi ini adalah keuntungan untuknya. “Mei, kamu bisa menyimpan rahasia ini dari semua orang kan, apalagi dari William?”“Tentu. Aku akan meny

Bab terbaru

  • Ayah Untuk Anakku   Bab 294

    “Eu ... lumayan. Tidak salah kan, Zeel berdekatan sama tantenya.” Saat ini jantung Amelia mulai tidak tenang karena mungkin dirinya salah telah membicarakan hal ini dengan Erland. “Tidak, tidak salah sama sekali. Yang salah adalah jika terlalu dekat. Jangan sampai Zeel menganggap Tara sebagai ibunya. Kamu tahu sendiri seorang bayi akan mengenali aroma ibunya, jika Tara terlalu dekat dan sering berdekatan dengan Zeel bukankah ada kemungkinan Zeel akan nyaman dengan tubuh Tara dan salah mengenali aroma tubuh tantenya sebagai aroma tubuh ibunya.” Tatapan Erland sangat serius kala membahas hal yang tidak disukainya. “I-ya. Tapi itu tidak akan terjadi.” Senyuman hambar Amelia yang mulai gagap hingga Erland mampu membaca hal tidak beres, tetapi dia tidak akan menginterograsi Amelia karena tidak seharusnya seorang istri yang telah melahirkan anak-anaknya mendapatkan pertanyaan memojokan. Justru Erland memberikan kecupan hangat di dahi Amelia. “Beristirahatlah ..., tapi aku tinggal sebenta

  • Ayah Untuk Anakku   Bab 293

    Amanda kembali pada Amelia, tetapi tidak mengatakan apapun walaupun mungkin keputusannya kurang tepat. “Kak?” sapa Amelia yang melihat kebingungan di wajah Amanda, “ada apa? Kakak lagi bingung ya, kenapa? Eh, tapi bukan Amei mau ikut campur ya Kak. Hihi ... tapi Kakak bisa berbagi apapun kok sama Amei. Jangan sungkan.”Amanda mendesah. “Iya, ada hal yang membuat Kakak bingung. Apa itu terlihat sangat jelas?” Bukan hanya raut wajahnya saja yang mengatakan isi hatinya, tetapi juga tatapan matanya.Amelia terkekeh sebelum berkata, “Iya Kak, terlihat sangat jelas. Apalagi kita sudah sangat dekat, jadi sepertinya Amei bisa melihat hal sekecil apapun dari Kakak. Hihi ....” Kekeh kecilnya ditambahkan, kemudian memandangi Amanda penuh peduli, “Apa itu, Kak? Cerita saja sama Amei. Jangan sungkan.”Amanda kembali mendesah. “Itu ... tentang hal besar Mei. Kakak masih memikirkannya karena Kakak tidak yakin apa prasangka Kakak benar. Tapi ... Kakak rasa memang benar.”“Ikuti saja kata hati Kakak,

  • Ayah Untuk Anakku   Bab 292

    Saat ini Nitara sedang menyaksikan Amelia saat bersama dengan Grizelle. Miranda sudah turun lebih dulu, tetapi wanita ini ingin menyaksikan malaikat kecil dari atas sini karena wajahnya begitu manis dan cantik dengan sentuhan kehangatan. Dia menilai jika bayi perempuan itu akan tumbuh menjadi manusia yang sangat ramah. “Sayang ...,” panggilan Miranda saat beberapa anak tangga sudah dipijaknya seiring menggendong Galaxy. “Eu-iya Ma.” Nitara segera bergegas menuju punggung Miranda. Tangga rumah ini cukup luas, bisa langsung dipijak tiga sampai empat orang sekaligus, hanya saja Nitara tetap ingin berada di belakang mertuanya dibandingkan di sisinya supaya tetap dapat menyaksikan wajah Grizelle. ‘Andai kamu menjadi anakku. Bagaimanapun caranya, jadilah anakku.’Kini, Nitara dan Miranda sudah bergabung dengan Amelia dan Sopia yang asik mengasuh Grizelle. Saat Galaxy tiba, tentunya semua orang merasa lebih bahagia. Saat ini Sopia menyisipkan kata pamitannya pada sang besan. “Saya akan pu

  • Ayah Untuk Anakku   Bab 291

    Saat ini hati Cristy bergetar, entah mengapa?“Astaga ... sepertinya karena aku sering bertemu Tio jadi sekalinya tidak bertemu akhirnya seperti ini. Aku memikirkannya. Ck!” Cristy tidak menyukai perasaan seperti ini, tetapi terpaksa harus menjalaninya karena sudah menjadi ketentuan alam. Wanita ini sedang merias bunga kertas di rumahnya untuk nantinya sekalian dijajakan di butik. “Tio bisa melibatkanku dalam acara amalnya, tapi aku tidak mau bukan tidak bisa melibatkan Tio dalam kegiatanku, biarkan saja dia beristirahat di masa pemulihannya.” Udara panjang dibuang.Namun, karena isi kepalanya sering mengarah pada Tio akhirnya Cristy mencoba menghubungi saat menuju butiknya. “Hi, apa kabar hari ini?” kekeh kecilnya.Di luar dugaan Cristy, karena Tio terkekeh ceria, “Aku suka mendapatkan panggilan darimu. Jadi sudah dapat disimpulkan jika aku baik-baik saja.”“Ayolah ... yang serius, jangan menggoda. Bukan waktunya!” Cristy tidak luluh karena saat ini dia sedang ingin mendengar kabar p

  • Ayah Untuk Anakku   Bab 290

    Bibi tidak meninggalkan kamar Amelia karena Kenzo asik bermain mobilannya di sana. Maka, saat Amelia menyelesaikan mandinya wanita ini kembali bertemu dengan anak sulungnya. “Kenzo lagi apa ... Mama jemput Zeel ya sebentar biar kalian main berdua,” kekeh bahagianya karena kehidupannya penuh warna dan cerita. Amelia segera menuju anak keduanya setelah wanita ini membersihkan diri, tetapi dia belum memompa asi, lagipula Grizelle barusaja menyusu pada Nitara, asinya juga belum terkumpul banyak, terlalu tanggung jika harus dipompa sekarang. Di ambang pintu, dia kembali menyaksikan jika Nitara bersenandung untuk putrinya walaupun Grizelle terlelap sangat nyenyak. Senyuman melengkung. “Sesayang itu Tara sama Zeel ....” Amelia merasa sosok Nitara tidak akan ditemuinya pada diri orang lain. Saat ini Galaxy menangis, maka Nitara segera menyuruh babysitter menggendong putranya sekalian menghangatkan susu. Saat ini Amelia sedikit keheranan karena seharusnya Galaxy bisa menyusu langsung pada ib

  • Ayah Untuk Anakku   Bab 289

    Bibi menghampiri Amelia yang sedang bersiap-siap mandi sekalian memompa asi. “Non, sedang sibuk?” tanya santai wanita ini seiring menuntun Kenzo masuk ke dalam kamar Amelia.“Tidak Bi, ada apa, Kenzo rewel mau sama Amei?” tebak Amelia karena bibi tiba bersama putranya walaupun itu tidak aneh, Kenzo adalah tanggung jawab bibi selama dirinya dan keluarganya tidak dapat memerhatikan malaikat kecil satu ini. “Tidak Non. Bibi hanya mau bicara sebentar, apa Non Amei ada waktu?” Sedekat apapun wanita ini dengan nyonya muda Amelia, dia tetap harus mengingat posisinya, dan walaupun dirinya mendapatkan kepercayaan penuh menjaga Kenzo. Maka, sikapnya tidak pernah berlebihan, selalu di dalam batas. “Silakan, Bi ....” Amelia tidak akan pernah menolak kehadiran wanita itu. Maka, kini keduanya duduk bersebelahan di atas sofa yang sama, sedangkan Kenzo anteng bermain di karpet empuk di dekat kaki ibunya. Tidak lupa, wanita ini menjamu bibi. Jadi, keduanya meminum teh bersama. “Apa yang akan bibi bi

  • Ayah Untuk Anakku   Bab 288

    William dan Erland tiba bersamaan ke kediaman Bagaswara. Keduanya membawa makanan buah tangan dari restoran milik Tio hingga Amelia dan Nitara antuasias menyambut karena sudah cukup lama keduanya tidak merasakan cita rasa menu dari restoran berbintang itu. “Aku rasa Tio sukses mengguncang dunia kuliner,” kekeh Erland saat berkelakar. Amelia segera menyahut saat menyuap, “Memangnya kenapa, apa restoran Tio menjadi sangat viral?” Kekeh ditambahkan. “Aku rasa hanya Tio yang mengadakan acara amal di restoran. Itu sangat bagus, gerakan yang dilakukannya sangat bermanfaat untuk banyak orang. Apalagi untuk orang-orang jalanan karena Tio tidak pandang bulu saat memberi,” penjelasan terperinci diberikan Erland bersama pujiannya. “Ya, itu bagus sekali.” Pun, Amelia melanjutkan kalimat pujian suaminya, tetapi saat ini terdapat tatapan tidak suka Sopia.‘Kamu ini Mei. Memuji mantan pacar di hadapan suami!’ Ingin sekali segera menyampaikan kalimat itu, tetapi suasana makan tidak boleh dirusak

  • Ayah Untuk Anakku   Bab 287

    Sopia barusaja kembali pada sore hari karena kegiatannya hari ini bukan hanya bertemu dengan ibunya Tio saja. Wanita ini menceritakan aksi sosial pemuda itu pada Amelia, tetapi bukan berarti mengagumi, dirinya hanya merasa heran karena Tio membagikan makanan gratis sebanyak itu. Maka, Amelia menyahut sesuai dengan pandangannya. “Bagus kan, Ma. Lagian tidak aneh kok Tio berbagi. Dari dulu Tio memang begitu. Cuma yang Amei tahu tidak sebanyak dan sebesar itu sikap sosialnya.” “Sayang sih kalau menurut Mama. Terlalu mubajir.”“Ya ampun Ma ... tidak ada kebaikan yang mubajir.” Bukan mencerami ibunya, Amelia hanya sedang mengingatkan.Namun, pembahasan Sopia beralih. “Mama jadi khawatir pada pemuda itu. Bukan Mama menyumpahi, hanya saja apakah usianya masih panjang?” ceplosnya bersama keraguan karena kalimatnya cukup kasar.“Ish, Mama. Jangan bilang begitu dong!” Tentu saja Amelia langsung memerotes.“Tiba-tiba saja Mama kepikiran kesana saat mamanya Tio bercerita.” Sopia sudah bisa mene

  • Ayah Untuk Anakku   Bab 286

    Acara amal yang diselenggarakan Tio berlangsung sangat lancar, banyak sekali peminat, tetapi semuanya berbaris dengan rapih bahkan tidak sedikit orang yang tidak mendapatkan meja, maka pihak restoran mengemas makanannya dengan sangat rapih.Cukup lama Sopia berada di sana karena ibunya Tio mengajaknya berbicara ini dan itu termasuk menanyakan Amelia, “Bagaimana kabar Amei sekarang dan anak keduanya?”“Baik-baik saja ... Grizelle tumbuh dengan pesat,” kekeh bahagia Sopia.“Syukurlah ... saya ikut senang mendengarnya.”“Sudah beberapa hari ini Amei dan Grizelle tinggal di kediaman mertuanya, jadi kali ini saya dan suami menginap untuk melepas rindu pada kedua cucu kami,” kekeh bahagia Sopia lagi.“Pasti kalian tidak dapat berjauhan dengan cucu,” kekeh wanita ini, “andai Tio sudah menikah, kami juga akan menimang cucu,” desahnya kemudian.Sopia tersenyum kecil. “Mungkin tidak akan lama lagi.”Saat ini tanpa sengaja Jesica mendengar kalimat ibunya. Maka hatinya kembali bersedih. ‘Kalau ka

DMCA.com Protection Status