Panggilan segera terputus, William menonaktifkan handphonenya. “Suara tangisan Kenzo kencang sekali, pasti Nitara mendengarnya. Sudahlah, akan aku jelaskan nanti. Sekarang aku pura-pura saja handphonenya lowbat.”Amelia sudah menimang Kenzo, mencoba menenangkan. “Sayang ..., nangisnya jangan kencang-kencang, nanti tenggorokannya sakit.”William menghampiri. “Sayang,” sapa hangat pria ini pada keponakannya. Melihat wajah William membuat Kenzo meronta ingin digendong pria yang selalu dianggap sebagai ayahnya. Maka, kini malaikat kecil sudah berada dalam pelukan William, ditimang sangat sayang.“Syukur ada kamu, karena kalau aku tidak berhasil menenangkan Kenzo biasanya mama yang ambil alih, tapi kadang-kadang mama juga tidak berhasil.”William terkekeh kegelian, “Untung sekarang aku di sini.” William dan Amelia sedang diselimuti kebahagiaan, tetapi di seberang sana Nitara mendengus.“Kamu bohongi aku kan. Kamu bukan sedang di gedung cabang, tapi kamu menemui Amelia dan anak kalian! Kena
Baca selengkapnya