Home / Romansa / Ayah Untuk Anakku / Chapter 161 - Chapter 170

All Chapters of Ayah Untuk Anakku: Chapter 161 - Chapter 170

294 Chapters

Bab 161

Cristy mengakhiri panggilan dengan kesal. “Dia sombong sekali!” Maka, Cristy memutuskan mengunjungi kediaman Bagaswara, tetapi wanita ini belum tahu jika pagar betis di sana tidak akan menginzinkan sembarang orang masuk, apalagi wajahnya baru saja muncul kali ini. Itu tidak terdapat dalam daftar pengunjung. Terdapat sebuah kamera yang menghapal semua wajah manusia yang pernah datang kemari.“Maaf, Nona tidak bisa masuk,” kata salah satu satpam.“Loh, saya temannya Erland. Saya ingin menjenguk Erland!” heran Cristy. Namun, alih-alih mendapatkan izin justru satpam semakin melontarkan kalimat penolakan karena Erland, Bagaswara dan William pernah berpesan untuk tidak meloloskan siapapun yang ingin menemui Erland kecuali Amelia. Pesan itu sudah berlaku sejak Amelia mengetahui si pria saat koma. Cristy dibuat kebingungan dengan sikap berlebihan satpam di sini. “Kalian semua aneh,” cacinya, “katakan pada Erland. Cristy ingin menemuinya.”“Tidak bisa, Nona. Saat ini tuan Erland sedang tidak b
Read more

Bab 162

“Jangan katakan itu, aku sudah punya pria yang ingin aku nikahi.” Senyuman bahagia Amelia. Seketika, Cristy dibuat penasaran hingga ke ubun-ubun.“Siapa itu Mei? Beruntung sekali pria itu mendapatkan kamu yang sudah punya sifat keibuan.”“Akan tiba saatnya aku mengumumkannya, tapi bukan sekarang.” Senyuman kecil Amelia.“Kita kan bersahabat Mei ..., apa salahnya sih bilang ke aku.” Cristy tidak sabar ingin mengetahui nama dan rupa pria itu.“Nanti kamu akan tahu.” Bagaimanapun Cristy membujuknya, Amelia tidak akan buka mulut tentang Erland karena memang belum saatnya. Makan siang kali ini sangat menyenangkan karena kehadiran seorang sahabat. Namun, keduanya dipisahkan oleh rutinitas masing-masing. Kini, Amelia sudah kembali duduk di dalam ruangannya. “Satu hari ini hingga ke hari minggu ....” Udara tipis dibuang, “statusku sebagai istri akan berakhir. Rasanya seperti melepaskan seseorang berharga, tetapi dia memang bukan milikku.”Sementara, saat ini William mulai tidak sabar dengan p
Read more

Bab 163 Jalan Menuju Perpisahan

Hari yang dinantikan William tiba. Pria ini menggunakan pakaian santai, memandangi dirinya sendiri di hadapan permukaan datar cermin. “Tara, aku akan meninggalkan Amelia. Jadi aku akan kembali menjadi milikmu seorang. Aku juga minta maaf karena pernah menyimpan hati pada Amelia-wanita selain kamu, tapi mulai hari ini aku berjanji tidak akan mengulangi kesalahan yang sama,” pamitanya pada bayangan Nitara yang seolah sedang berada di sekitar dirinya.Bagaswara mengetuk pintu kamar putranya, maka William memersilakannya. Dipandanginya William yang sudah sangat siap. “Kamu yakin, Nak?” pertanyaan tiba-tiba Bagaswara karena dirinya ingin jawaban meyakinkan William sebelum akhirnya perpisahan terjadi.“William sangat yakin untuk meninggalkan Amelia.”Bagaswara segera duduk di atas sofa, memandangi putranya yang masih berdiri tegap dan gagah, kini William membelakangi cermin. “Pernikahanmu dan Amelia memang karena Kenzo, tetapi bagaimanapun kalian menikah secara sah, terikat pernikahan sakra
Read more

Bab 164 Pertemuan Dua Keluarga

Perjalanan ini terasa panjang untuk Erland karena sepanjang jalan Bagawara dan William hanya membahas seputar Nitara dan kehidupan si wanita di dalam perjara. Ayahnya duduk di sisinya, tetapi obrolan serta tatapannya selalu mengarah pada William yang sedang mengemudi seiring mencurhakan banyak hal tentang istrinya.Bukan maksud Bagaswara memberikan perhatian lebih pada William, tetapi kali ini William sedang banyak mencurahkan kesedihannya. Jadi mana mungkin pria ini mengabaikan keluh kesah putranya. Sementara, Erland tetap bungkam, tidak sepatah kata pun dikatakan selain berbasa-basi, membahas hal lain selain Nitara.“Sebentar lagi sampai.” William mengakhiri keluh kesahnya saat daerah rumah Amelia sudah mulai dijamah.Bagaswara segera berpesan, “Kedatangan kita tidak boleh terlihat hendak memutus hubungan, kita harus tertawa seolah semua baik-baik saja.”“Iya Pa karena sebenarnya William juga tidak tega melihat keluarga Amelia terluka.”“Sudahlah Nak, jika memang ini sudah keputusan
Read more

Bab 165. Hal yang Tidak Terduga

Amelia mulai memandangi William bersama perasaan tidak karuan. ‘Aku menikah, lalu aku diceraikan. Kehidupan pernikahan seperti apa yang sedang aku jalani ini?’ Namun, bagaimanapun perasaannya kini tidak ada yang bisa disalahkan karena semua berawal dari malam itu. Andai dirinya tidak memata-matai Tio maka tidak akan pernah terjadi pertemuan dengan Erland, tidak akan pernah terlahir seorang putra dan hidupnya akan selalu baik-baik saja. Mungkin dirinya hanya akan dipusingkan oleh sederet pelaturan yang dibuat Sopia. Tapi sepusing apapun pelaturan itu, tetap tidak dapat mengalahkan kepalanya yang berdenyut karena kehidupannya setelah memata-matai Tio.William mulai melirik ke arah Amelia, kemudian berkata, “Saya dan Amei sudah membicarakan hal ini sebelumnya.” Tatapan mata keduanya bertemu, saling memandang bersama makna dalam yang isinya hanyalah perpisahan, tetapi Adhinatha dan Sopia salah mengartikan tatapan bermakna dalam keduanya.“Apa akhirnya kalian akan menjalani kehidupan suami
Read more

Bab 166. Peristiwa yang Menimpa Nitara

“Semua akan baik-baik saja.” William ingin menenangkan istrinya sekalian menghapus air matanya, tetapi sebenarnya dirinya juga sedang sangat mengkhawatirkan sesuatu hal buruk akan menimpa Nitara. Bagaswara berada di sana begitupun dengan Erland. Pria ini tidak dapat menahan kesedihannya saat mengetahui tragedi yang menimpa menantunya. Maka, dengan cepat dirinya mengajukan permohonan untuk pelaku yang menganiaya Nitara.William tercengang karena kalimat Bagaswara sangat lantang terhadap polisi yang menjaga Nitara padahal secara logoka istrinya tidak akan bisa melarikan diri. Namun, saat ini William mengerti jika pria itu hanya menjalankan tugas. “Pa, tenanglah ....” Suaranya segera bergeser pada sang ayah.“Mana bisa Papa tenang!” Saat ini pikiran Bagaswara sedang tidak karuan karena melihat keadaan menantunya, sekalian dirinya inginkan keadilan untuk menantunya. Wanita yang menyerang Nitara tidak bisa dibiarkan karena mungkin kejadian seperti ini akan terulang.“Mohon maaf, Tuan. Tuan
Read more

Bab 167. Percakapan Saudara Kembar

Amelia mengerjap. “Maaf, bukan maksud saya memanggil tuan Bagaswara dengan sebutan papa. Tadi ..., saya hanya replek memanggil papa karena merasa dipanggil oleh papa saya. Sekali lagi saya mohon maaf.” Wanita ini memberikan penjelasan dengan sangat santun.Miranda tersenyum hangat. “Saya sudah menduga kalau Nak Amei salah memanggil,” kekehnya sehangat kalimatnya. Amelia mengangguk bersama senyuman kecil.‘Tadi Amei memang salah bicara, Amei terlalu terbawa perasaan padahal Amei bukan menantu karena pernikahan atas dasar restu orangtua. Amei terlalu berharap dianggap sebagai menantu.’Kali ini, pertama kalinya Bagaswara luluh saat melihat reaksi Amelia. ‘Jadi selama ini dia menganggapku sebagai mertua? Jadi selama ini aku yang telah berbuat jahat karena tidak pernah menginginkannya walau dia sudah melahirkan cucuku.’ Embusan udara dibuang. ‘Papa minta maaf Mei, selama ini papa salah menilaimu, papa tidak pernah memandangmu sebagai menantu, tapi ternyata kamu selalu menghargai papa seba
Read more

Bab 168. Restu dari Bagaswara untuk Erland dan Amelia

“Apa kau gila!” tatapan William lebih serius lagi. Membidik dengan sangat tajam bak mata pisau yang ujungnya mengkilat-kilat, “bagaimana bisa kau memenjarakan Nitara selama dua tahun. Lihat Tara sekarang, ini baru saja hitungan bulan, tapi peristiwa yang dialaminya sudah fatal. Apa yang akan terjadi pada Tara selama dua tahun. Bahkan besok atau minggu depan pun belum tentu Tara selamat!”“Aku hanya bertanya,” sahutan Erland di luar dugaan William karena saudaranya membalas kalimatnya dengan santai dan seolah tidak terbebani apapun.“Jadi bagaimana. Apa kau setega itu pada Tara?” kekesalan masih dipertontonkan oleh William.“Aku akan membebaskannya asalkan kalian selamat.” Raut wajah Erland tidak terbaca sama sekali oleh William.“Selamat bagaimana maksudmu?” Dahinya berkerut dalam.“Aku tidak mau melihat keluargaku terluka karena memasukan seorang kriminal.” Tatapan Erland kali ini sangat terbaca oleh William. Cinta. Erland sangat mencintai keluarganya.William menarik udara sedalam-d
Read more

Bab 169. Pengakuan Amelia dan Erland pada Adhinatha dan Sopia

Sopia segera meralat kata ‘Cupu’ yang diucapkan putrinya. “Kamu tidak cupu. Dan keren itu tergantung masing-masing manusia. Tidak semua orang keren dalam hal yang sama. Kamu jangan berkecil hati hanya karena seorang lelaki!” teguran ditambahkan supaya Amelia tetap memiliki rasa percaya diri.Amelia terkekeh manis, “Kalau dibandingkan dengan wanita itu Amei sangat cupu Ma ..., tapi ... ternyata cupunya Amei membawa perubahan dalam hidup Amei.” Raut wajahnya seakan melukiskan bahwa perubahan itu adalah perubahan baik dan membahagiakan. Seperti niatnya, Amelia tidak ingin kisah tragisnya terdengar begitu miris, kisah itu akan dibungkus dengan manis.“Apa itu?” Sejak tadi Sopia yang selalu menyahut, sedangkan Adhinatha hanya mendengarkan dengan saksama.“Amei bertemu dengan seorang pria tampan!” Garis bibirnya melebar, seolah sedang tersenyum nakal.“Ish, kamu ini Mei. Mama tahu kamu menyukai pria tampan, tapi hati-hati pada pria tampan, lagipula kamu sudah menikah dengan William!” Lagi,
Read more

Bab 170. Pintu Menuju Kebahagiaan

Percakapan ini ditutup dengan restu dari Adhinatha dan Sopia. Kini, pria hebat yang telah berhasil membesarkan seorang putri hingga akhirnya menjadi wanita membanggakan mulai berkata pada calon menantunya, “Mintalah restu dari orangtuamu, adik atau kakakmu. Jika mereka memberikan restu, silakan nikahi putri saya.”“Iya. Erland pastikan keluarga Erland merestui hubungan Erland dan Amei. Erland akan datang melamar secepatnya,” janjinya sebagaimana pria yang akan menggenggam ucapannya. Terlebih, ini tentang keluarga kecilnya, keluarga yang akan membawanya pada kehidupan yang sebenarnya.Kini, Adhinatha dan Sopia harus membiasakan diri menerima Erland, bukan William lagi karena ternyata menantu mereka yang sebenarnya adalah pria di hadapannya ini. Untuk lebih mendekatkan diri pada Erland yang masih sangat asing, keduanya mengajak menantunya menginap, tetapi tentu saja di kamar berbeda karena bagaimanapun Erland dan Amelia belum sah menjadi pasangan suami dan istri. Pasangan ini sempat mer
Read more
PREV
1
...
1516171819
...
30
DMCA.com Protection Status