Perjalanan ini terasa panjang untuk Erland karena sepanjang jalan Bagawara dan William hanya membahas seputar Nitara dan kehidupan si wanita di dalam perjara. Ayahnya duduk di sisinya, tetapi obrolan serta tatapannya selalu mengarah pada William yang sedang mengemudi seiring mencurhakan banyak hal tentang istrinya.Bukan maksud Bagaswara memberikan perhatian lebih pada William, tetapi kali ini William sedang banyak mencurahkan kesedihannya. Jadi mana mungkin pria ini mengabaikan keluh kesah putranya. Sementara, Erland tetap bungkam, tidak sepatah kata pun dikatakan selain berbasa-basi, membahas hal lain selain Nitara.“Sebentar lagi sampai.” William mengakhiri keluh kesahnya saat daerah rumah Amelia sudah mulai dijamah.Bagaswara segera berpesan, “Kedatangan kita tidak boleh terlihat hendak memutus hubungan, kita harus tertawa seolah semua baik-baik saja.”“Iya Pa karena sebenarnya William juga tidak tega melihat keluarga Amelia terluka.”“Sudahlah Nak, jika memang ini sudah keputusan
Amelia mulai memandangi William bersama perasaan tidak karuan. ‘Aku menikah, lalu aku diceraikan. Kehidupan pernikahan seperti apa yang sedang aku jalani ini?’ Namun, bagaimanapun perasaannya kini tidak ada yang bisa disalahkan karena semua berawal dari malam itu. Andai dirinya tidak memata-matai Tio maka tidak akan pernah terjadi pertemuan dengan Erland, tidak akan pernah terlahir seorang putra dan hidupnya akan selalu baik-baik saja. Mungkin dirinya hanya akan dipusingkan oleh sederet pelaturan yang dibuat Sopia. Tapi sepusing apapun pelaturan itu, tetap tidak dapat mengalahkan kepalanya yang berdenyut karena kehidupannya setelah memata-matai Tio.William mulai melirik ke arah Amelia, kemudian berkata, “Saya dan Amei sudah membicarakan hal ini sebelumnya.” Tatapan mata keduanya bertemu, saling memandang bersama makna dalam yang isinya hanyalah perpisahan, tetapi Adhinatha dan Sopia salah mengartikan tatapan bermakna dalam keduanya.“Apa akhirnya kalian akan menjalani kehidupan suami
“Semua akan baik-baik saja.” William ingin menenangkan istrinya sekalian menghapus air matanya, tetapi sebenarnya dirinya juga sedang sangat mengkhawatirkan sesuatu hal buruk akan menimpa Nitara. Bagaswara berada di sana begitupun dengan Erland. Pria ini tidak dapat menahan kesedihannya saat mengetahui tragedi yang menimpa menantunya. Maka, dengan cepat dirinya mengajukan permohonan untuk pelaku yang menganiaya Nitara.William tercengang karena kalimat Bagaswara sangat lantang terhadap polisi yang menjaga Nitara padahal secara logoka istrinya tidak akan bisa melarikan diri. Namun, saat ini William mengerti jika pria itu hanya menjalankan tugas. “Pa, tenanglah ....” Suaranya segera bergeser pada sang ayah.“Mana bisa Papa tenang!” Saat ini pikiran Bagaswara sedang tidak karuan karena melihat keadaan menantunya, sekalian dirinya inginkan keadilan untuk menantunya. Wanita yang menyerang Nitara tidak bisa dibiarkan karena mungkin kejadian seperti ini akan terulang.“Mohon maaf, Tuan. Tuan
Amelia mengerjap. “Maaf, bukan maksud saya memanggil tuan Bagaswara dengan sebutan papa. Tadi ..., saya hanya replek memanggil papa karena merasa dipanggil oleh papa saya. Sekali lagi saya mohon maaf.” Wanita ini memberikan penjelasan dengan sangat santun.Miranda tersenyum hangat. “Saya sudah menduga kalau Nak Amei salah memanggil,” kekehnya sehangat kalimatnya. Amelia mengangguk bersama senyuman kecil.‘Tadi Amei memang salah bicara, Amei terlalu terbawa perasaan padahal Amei bukan menantu karena pernikahan atas dasar restu orangtua. Amei terlalu berharap dianggap sebagai menantu.’Kali ini, pertama kalinya Bagaswara luluh saat melihat reaksi Amelia. ‘Jadi selama ini dia menganggapku sebagai mertua? Jadi selama ini aku yang telah berbuat jahat karena tidak pernah menginginkannya walau dia sudah melahirkan cucuku.’ Embusan udara dibuang. ‘Papa minta maaf Mei, selama ini papa salah menilaimu, papa tidak pernah memandangmu sebagai menantu, tapi ternyata kamu selalu menghargai papa seba
“Apa kau gila!” tatapan William lebih serius lagi. Membidik dengan sangat tajam bak mata pisau yang ujungnya mengkilat-kilat, “bagaimana bisa kau memenjarakan Nitara selama dua tahun. Lihat Tara sekarang, ini baru saja hitungan bulan, tapi peristiwa yang dialaminya sudah fatal. Apa yang akan terjadi pada Tara selama dua tahun. Bahkan besok atau minggu depan pun belum tentu Tara selamat!”“Aku hanya bertanya,” sahutan Erland di luar dugaan William karena saudaranya membalas kalimatnya dengan santai dan seolah tidak terbebani apapun.“Jadi bagaimana. Apa kau setega itu pada Tara?” kekesalan masih dipertontonkan oleh William.“Aku akan membebaskannya asalkan kalian selamat.” Raut wajah Erland tidak terbaca sama sekali oleh William.“Selamat bagaimana maksudmu?” Dahinya berkerut dalam.“Aku tidak mau melihat keluargaku terluka karena memasukan seorang kriminal.” Tatapan Erland kali ini sangat terbaca oleh William. Cinta. Erland sangat mencintai keluarganya.William menarik udara sedalam-d
Sopia segera meralat kata ‘Cupu’ yang diucapkan putrinya. “Kamu tidak cupu. Dan keren itu tergantung masing-masing manusia. Tidak semua orang keren dalam hal yang sama. Kamu jangan berkecil hati hanya karena seorang lelaki!” teguran ditambahkan supaya Amelia tetap memiliki rasa percaya diri.Amelia terkekeh manis, “Kalau dibandingkan dengan wanita itu Amei sangat cupu Ma ..., tapi ... ternyata cupunya Amei membawa perubahan dalam hidup Amei.” Raut wajahnya seakan melukiskan bahwa perubahan itu adalah perubahan baik dan membahagiakan. Seperti niatnya, Amelia tidak ingin kisah tragisnya terdengar begitu miris, kisah itu akan dibungkus dengan manis.“Apa itu?” Sejak tadi Sopia yang selalu menyahut, sedangkan Adhinatha hanya mendengarkan dengan saksama.“Amei bertemu dengan seorang pria tampan!” Garis bibirnya melebar, seolah sedang tersenyum nakal.“Ish, kamu ini Mei. Mama tahu kamu menyukai pria tampan, tapi hati-hati pada pria tampan, lagipula kamu sudah menikah dengan William!” Lagi,
Percakapan ini ditutup dengan restu dari Adhinatha dan Sopia. Kini, pria hebat yang telah berhasil membesarkan seorang putri hingga akhirnya menjadi wanita membanggakan mulai berkata pada calon menantunya, “Mintalah restu dari orangtuamu, adik atau kakakmu. Jika mereka memberikan restu, silakan nikahi putri saya.”“Iya. Erland pastikan keluarga Erland merestui hubungan Erland dan Amei. Erland akan datang melamar secepatnya,” janjinya sebagaimana pria yang akan menggenggam ucapannya. Terlebih, ini tentang keluarga kecilnya, keluarga yang akan membawanya pada kehidupan yang sebenarnya.Kini, Adhinatha dan Sopia harus membiasakan diri menerima Erland, bukan William lagi karena ternyata menantu mereka yang sebenarnya adalah pria di hadapannya ini. Untuk lebih mendekatkan diri pada Erland yang masih sangat asing, keduanya mengajak menantunya menginap, tetapi tentu saja di kamar berbeda karena bagaimanapun Erland dan Amelia belum sah menjadi pasangan suami dan istri. Pasangan ini sempat mer
“Aku juga,” balas Amelia hingga keduanya saling memeluk. Saat ini juga Erland kembali melumat bibir Amelia, merasakan semburat manis itu lagi. Dirinya juga sedikit menjamah tubuh bagian atas Amelia. Tubuh si wanita memang terasa sedikit berbeda dibandingkan saat dirinya masih suci, tetapi Erland tidak memermasalahkannya, justru dirinya merasa sangat bangga karena kesucian Amelia menjadi miliknya.Tanpa sadar, kini Erland berada di atas tubuh Amelia, mendekapnya dengan erat. Keduanya sedang mencoba menahan gejolak dalam dada, tetapi ingatan dua tahun lalu meronta inginkan menjejal kepala mereka hingga akhirnya keduanya memutuskan untuk mengulang. Permainan serta milik si pria selalu memabukkan. Amelia tidak dapat menahan semua perasaan yang ada, dirinya kembali menikmati masa-masa yang pernah hilang. Begitupun sebaliknya, Erland ikut mengerang karena milik Amelia membuatnya menggila.Desahan bersahutan, keduanya bergerak aktif karena saling menginginkan. Pinggul Amelia tidak dapat berh
“Eu ... lumayan. Tidak salah kan, Zeel berdekatan sama tantenya.” Saat ini jantung Amelia mulai tidak tenang karena mungkin dirinya salah telah membicarakan hal ini dengan Erland. “Tidak, tidak salah sama sekali. Yang salah adalah jika terlalu dekat. Jangan sampai Zeel menganggap Tara sebagai ibunya. Kamu tahu sendiri seorang bayi akan mengenali aroma ibunya, jika Tara terlalu dekat dan sering berdekatan dengan Zeel bukankah ada kemungkinan Zeel akan nyaman dengan tubuh Tara dan salah mengenali aroma tubuh tantenya sebagai aroma tubuh ibunya.” Tatapan Erland sangat serius kala membahas hal yang tidak disukainya. “I-ya. Tapi itu tidak akan terjadi.” Senyuman hambar Amelia yang mulai gagap hingga Erland mampu membaca hal tidak beres, tetapi dia tidak akan menginterograsi Amelia karena tidak seharusnya seorang istri yang telah melahirkan anak-anaknya mendapatkan pertanyaan memojokan. Justru Erland memberikan kecupan hangat di dahi Amelia. “Beristirahatlah ..., tapi aku tinggal sebenta
Amanda kembali pada Amelia, tetapi tidak mengatakan apapun walaupun mungkin keputusannya kurang tepat. “Kak?” sapa Amelia yang melihat kebingungan di wajah Amanda, “ada apa? Kakak lagi bingung ya, kenapa? Eh, tapi bukan Amei mau ikut campur ya Kak. Hihi ... tapi Kakak bisa berbagi apapun kok sama Amei. Jangan sungkan.”Amanda mendesah. “Iya, ada hal yang membuat Kakak bingung. Apa itu terlihat sangat jelas?” Bukan hanya raut wajahnya saja yang mengatakan isi hatinya, tetapi juga tatapan matanya.Amelia terkekeh sebelum berkata, “Iya Kak, terlihat sangat jelas. Apalagi kita sudah sangat dekat, jadi sepertinya Amei bisa melihat hal sekecil apapun dari Kakak. Hihi ....” Kekeh kecilnya ditambahkan, kemudian memandangi Amanda penuh peduli, “Apa itu, Kak? Cerita saja sama Amei. Jangan sungkan.”Amanda kembali mendesah. “Itu ... tentang hal besar Mei. Kakak masih memikirkannya karena Kakak tidak yakin apa prasangka Kakak benar. Tapi ... Kakak rasa memang benar.”“Ikuti saja kata hati Kakak,
Saat ini Nitara sedang menyaksikan Amelia saat bersama dengan Grizelle. Miranda sudah turun lebih dulu, tetapi wanita ini ingin menyaksikan malaikat kecil dari atas sini karena wajahnya begitu manis dan cantik dengan sentuhan kehangatan. Dia menilai jika bayi perempuan itu akan tumbuh menjadi manusia yang sangat ramah. “Sayang ...,” panggilan Miranda saat beberapa anak tangga sudah dipijaknya seiring menggendong Galaxy. “Eu-iya Ma.” Nitara segera bergegas menuju punggung Miranda. Tangga rumah ini cukup luas, bisa langsung dipijak tiga sampai empat orang sekaligus, hanya saja Nitara tetap ingin berada di belakang mertuanya dibandingkan di sisinya supaya tetap dapat menyaksikan wajah Grizelle. ‘Andai kamu menjadi anakku. Bagaimanapun caranya, jadilah anakku.’Kini, Nitara dan Miranda sudah bergabung dengan Amelia dan Sopia yang asik mengasuh Grizelle. Saat Galaxy tiba, tentunya semua orang merasa lebih bahagia. Saat ini Sopia menyisipkan kata pamitannya pada sang besan. “Saya akan pu
Saat ini hati Cristy bergetar, entah mengapa?“Astaga ... sepertinya karena aku sering bertemu Tio jadi sekalinya tidak bertemu akhirnya seperti ini. Aku memikirkannya. Ck!” Cristy tidak menyukai perasaan seperti ini, tetapi terpaksa harus menjalaninya karena sudah menjadi ketentuan alam. Wanita ini sedang merias bunga kertas di rumahnya untuk nantinya sekalian dijajakan di butik. “Tio bisa melibatkanku dalam acara amalnya, tapi aku tidak mau bukan tidak bisa melibatkan Tio dalam kegiatanku, biarkan saja dia beristirahat di masa pemulihannya.” Udara panjang dibuang.Namun, karena isi kepalanya sering mengarah pada Tio akhirnya Cristy mencoba menghubungi saat menuju butiknya. “Hi, apa kabar hari ini?” kekeh kecilnya.Di luar dugaan Cristy, karena Tio terkekeh ceria, “Aku suka mendapatkan panggilan darimu. Jadi sudah dapat disimpulkan jika aku baik-baik saja.”“Ayolah ... yang serius, jangan menggoda. Bukan waktunya!” Cristy tidak luluh karena saat ini dia sedang ingin mendengar kabar p
Bibi tidak meninggalkan kamar Amelia karena Kenzo asik bermain mobilannya di sana. Maka, saat Amelia menyelesaikan mandinya wanita ini kembali bertemu dengan anak sulungnya. “Kenzo lagi apa ... Mama jemput Zeel ya sebentar biar kalian main berdua,” kekeh bahagianya karena kehidupannya penuh warna dan cerita. Amelia segera menuju anak keduanya setelah wanita ini membersihkan diri, tetapi dia belum memompa asi, lagipula Grizelle barusaja menyusu pada Nitara, asinya juga belum terkumpul banyak, terlalu tanggung jika harus dipompa sekarang. Di ambang pintu, dia kembali menyaksikan jika Nitara bersenandung untuk putrinya walaupun Grizelle terlelap sangat nyenyak. Senyuman melengkung. “Sesayang itu Tara sama Zeel ....” Amelia merasa sosok Nitara tidak akan ditemuinya pada diri orang lain. Saat ini Galaxy menangis, maka Nitara segera menyuruh babysitter menggendong putranya sekalian menghangatkan susu. Saat ini Amelia sedikit keheranan karena seharusnya Galaxy bisa menyusu langsung pada ib
Bibi menghampiri Amelia yang sedang bersiap-siap mandi sekalian memompa asi. “Non, sedang sibuk?” tanya santai wanita ini seiring menuntun Kenzo masuk ke dalam kamar Amelia.“Tidak Bi, ada apa, Kenzo rewel mau sama Amei?” tebak Amelia karena bibi tiba bersama putranya walaupun itu tidak aneh, Kenzo adalah tanggung jawab bibi selama dirinya dan keluarganya tidak dapat memerhatikan malaikat kecil satu ini. “Tidak Non. Bibi hanya mau bicara sebentar, apa Non Amei ada waktu?” Sedekat apapun wanita ini dengan nyonya muda Amelia, dia tetap harus mengingat posisinya, dan walaupun dirinya mendapatkan kepercayaan penuh menjaga Kenzo. Maka, sikapnya tidak pernah berlebihan, selalu di dalam batas. “Silakan, Bi ....” Amelia tidak akan pernah menolak kehadiran wanita itu. Maka, kini keduanya duduk bersebelahan di atas sofa yang sama, sedangkan Kenzo anteng bermain di karpet empuk di dekat kaki ibunya. Tidak lupa, wanita ini menjamu bibi. Jadi, keduanya meminum teh bersama. “Apa yang akan bibi bi
William dan Erland tiba bersamaan ke kediaman Bagaswara. Keduanya membawa makanan buah tangan dari restoran milik Tio hingga Amelia dan Nitara antuasias menyambut karena sudah cukup lama keduanya tidak merasakan cita rasa menu dari restoran berbintang itu. “Aku rasa Tio sukses mengguncang dunia kuliner,” kekeh Erland saat berkelakar. Amelia segera menyahut saat menyuap, “Memangnya kenapa, apa restoran Tio menjadi sangat viral?” Kekeh ditambahkan. “Aku rasa hanya Tio yang mengadakan acara amal di restoran. Itu sangat bagus, gerakan yang dilakukannya sangat bermanfaat untuk banyak orang. Apalagi untuk orang-orang jalanan karena Tio tidak pandang bulu saat memberi,” penjelasan terperinci diberikan Erland bersama pujiannya. “Ya, itu bagus sekali.” Pun, Amelia melanjutkan kalimat pujian suaminya, tetapi saat ini terdapat tatapan tidak suka Sopia.‘Kamu ini Mei. Memuji mantan pacar di hadapan suami!’ Ingin sekali segera menyampaikan kalimat itu, tetapi suasana makan tidak boleh dirusak
Sopia barusaja kembali pada sore hari karena kegiatannya hari ini bukan hanya bertemu dengan ibunya Tio saja. Wanita ini menceritakan aksi sosial pemuda itu pada Amelia, tetapi bukan berarti mengagumi, dirinya hanya merasa heran karena Tio membagikan makanan gratis sebanyak itu. Maka, Amelia menyahut sesuai dengan pandangannya. “Bagus kan, Ma. Lagian tidak aneh kok Tio berbagi. Dari dulu Tio memang begitu. Cuma yang Amei tahu tidak sebanyak dan sebesar itu sikap sosialnya.” “Sayang sih kalau menurut Mama. Terlalu mubajir.”“Ya ampun Ma ... tidak ada kebaikan yang mubajir.” Bukan mencerami ibunya, Amelia hanya sedang mengingatkan.Namun, pembahasan Sopia beralih. “Mama jadi khawatir pada pemuda itu. Bukan Mama menyumpahi, hanya saja apakah usianya masih panjang?” ceplosnya bersama keraguan karena kalimatnya cukup kasar.“Ish, Mama. Jangan bilang begitu dong!” Tentu saja Amelia langsung memerotes.“Tiba-tiba saja Mama kepikiran kesana saat mamanya Tio bercerita.” Sopia sudah bisa mene
Acara amal yang diselenggarakan Tio berlangsung sangat lancar, banyak sekali peminat, tetapi semuanya berbaris dengan rapih bahkan tidak sedikit orang yang tidak mendapatkan meja, maka pihak restoran mengemas makanannya dengan sangat rapih.Cukup lama Sopia berada di sana karena ibunya Tio mengajaknya berbicara ini dan itu termasuk menanyakan Amelia, “Bagaimana kabar Amei sekarang dan anak keduanya?”“Baik-baik saja ... Grizelle tumbuh dengan pesat,” kekeh bahagia Sopia.“Syukurlah ... saya ikut senang mendengarnya.”“Sudah beberapa hari ini Amei dan Grizelle tinggal di kediaman mertuanya, jadi kali ini saya dan suami menginap untuk melepas rindu pada kedua cucu kami,” kekeh bahagia Sopia lagi.“Pasti kalian tidak dapat berjauhan dengan cucu,” kekeh wanita ini, “andai Tio sudah menikah, kami juga akan menimang cucu,” desahnya kemudian.Sopia tersenyum kecil. “Mungkin tidak akan lama lagi.”Saat ini tanpa sengaja Jesica mendengar kalimat ibunya. Maka hatinya kembali bersedih. ‘Kalau ka