Keesokan paginya. Teriakan demi teriakan terdengar dari dalam rumah dua lantai. Bi Ida yang baru sampai segera mempercepat langkahnya mendekat ke arah Pak Marwan yang hanya berdiri di depan mobil seraya memandangi bangunan itu.“Ada apa, Pak? Saya kayak dengar teriakan,” ucap Bi Ida sembari menajamkan pendengaran jika suara samar yang sebelumnya melintas ke telinga, sumbernya dari rumah tempat ia bekerja.Pak Marwan menatap Bi Ida sekilas kemudian kembali beralih pada bangunan rumah di depannya. “Dari tadi Mas Arhan sama ibunya bertengkar, Bi.”Bi Ida mengernyitkan kening, fokus wanita itu kini sepenuhnya hanya kepada Pak Marwan. “Kok bisa? Gara-gara apa?”Terdengar helaan napas lelah. “Yang saya dengar, Mbak Nami kabur sama Elio.” Raut wajah Pak Marwan begitu lesu dengan kepala menunduk. Tak menyangka jika pilihan terakhir Namira adalah pergi dari rumah tanpa memberitahu siapapun.“Hah?”“Nggak nyangka, ya, Bi. Mbak Nami pasti sudah nggak bisa lagi menahan semuanya sampai memilih per
Terakhir Diperbarui : 2024-10-15 Baca selengkapnya