“Dia adalah perempuan yang sabar, dan kau pria yang nakal. Kalian adalah kombinasi yang bagus, kurasa. Jika di bandingkan dengan aku, kurasa aku bukan sosok yang cocok untuk mengisi posisi penyabar.” Senyuman di wajah Arsene sedikit terkikis, dia menautkan kesepuluh jarinya di depan perutnya begitu saja. Menatap Raellyn dengan cara yang tidak terdefinisikan. Tapi Raellyn tahu bahwa pria itu kini sedang membawa sisi seriusnya lagi. “Well, sejak aku menghabiskan waktu bersamamu dulu, aku selalu berpikir tentang bagaimana hubungan ini akan berjalan ke depannya. Aku bahkan ragu bahwa kau benar-benar ingin menikahiku jika aku memutuskan menceraikan Sylvia. Kau adalah perempuan yang paling bebas, mandiri dan pemberani. Terkadang aku selalu ragu apa kau membutuhkan aku atau tidak. Terkadang dalam beberapa situasi aku jadi takut saat bersamamu. Kau terlihat bersinar, tapi saat aku bersamamu aku merasa menjadi pihak yang menghalangi sinar itu,” jelasnya panjang lebar. Raellyn hanya tersenyum
Read more