“Tidak,” jawab Arsene secara perlahan. Dai sedikit melirik ke arah Arnav sebelum akhirnya memutuskan melanjutkan perkataannya sendiri. “Tapi yang aku lakukan memang menjurus hampir ke arah sana. Aku tidak tahu bahwa Raellyn akan berpikir apa yang aku katakan saat itu dia artikan sebagai sebuah lamaran. Maksudku, kau tahu bahwa saat itu aku dan Sylvia sedang bertengkar dan kami berada dalam situasi yang terburuk hingga aku cukup terguncang. Raellyn dan aku saat itu sudah dekat sekali dan sangat memungkinkan bagi kami untuk menjadi lebih dari itu. Selain itu aku juga tahu sedikit rahasia kecilnya yang ternyata dia perlu membayar utang tanah untuk keluarga pamannya. Saat itu tiba-tiba saja Sylvia mengabari aku bahwa dia sedang hamil. Aku kemudian meninggalkan Raellyn liontin itu dan kembali pada Sylvia untuk sekadar memastikan kehamilannya sebelum aku membuat keputusan penting. Tapi setelah aku melihat dia dan menyentuh perutnya saat itu aku tidak punya kuasa untuk meninggalkan dia. Sete
Arnav pikir Arsene tidak akan mengikuti, dia juga mengira bahwa adiknya akan berada di pub sedikit lebih lama. Tapi seluruh pemikiran itu langsung pergi seketika ketika dia tiba-tiba mendengar suara langkah kaki dari belakang. Di susul rangkulan di lehernya sebagai bentuk keakraban antara saudara. Arnav tidak menolaknya sama sekali. Malah dia membiarkan Arsene melakukan semua hal yang dia inginkan, sesekali pria itu mengoceh walaupun Arnav tidak tanggapi. Sesungguhnya Arnav berharap bahwa udara dingin yang mengigit ini bisa sedikit memberinya keringanan rasa. Dia berharap dinginnya udara akan membantu meneguhkan hati dan dirinya dalam melawan serbuan emosi semenjak Raellyn tiba-tiba mengutarakan perasaannya cintanya. Tutur kata dan ekspresi perempuan itu masih cukup tergambar jelas di kepala. Dia sungguh berharap bahwa itu hanya mimpi belaka atau hal lainnya. Tapi tentu saja itu adalah kenyataan dan Raellyn tidak sedang berdusta akan rasa cinta yang dia miliki di dalam hatinya.Sudah
20 Januari Hari ini adalah hari perayaan ulang tahun Arnav yang ke tiga belas. Sayang sekali aku tidak bisa menyaksikannya karena tidak di perbolehkan datang. Aku berharap bisa datang, tapi aku tahu bahwa Jullian akan mengusirku dari kediamannya jika aku bersikeras dan dia mungkin akan semakin bertindak jauh sehingga aku tidak bisa melihat putraku sendiri. Sungguh, terkadang aku berpikir bahwa pengasingan akan jauh lebih baik di bandingkan sikap dingin yang harus aku hadapi dari suami dan juga putraku. Aku sudah berulang kali mencoba sebisaku untuk bisa menjalin hubungan yang baik dengan putraku yang tampan. Tapi aku harus tahu diri bahwa anak itu tidak akan mau menganggapku sebagai ibunya lagi. Cara dia memandangku penuh dengan kebencian. Ini sangat menyedihkan. Betapa besar harapanku untuk bisa memeluknya seperti saat dia kecil dulu, dan memberitahu dia seberapa besar cinta yang aku miliki untuknya. Aku selalu bangga pada Arnav. Aku selalu mencintai dia meskipun ada banyak prahara
Setelah insiden pengakuan terjadi, semakin sedikit pula moment yang Raellyn punya untuk berhadapan dengan suaminya. Arnav terkesan menjauhinya dan perempuan itu tahu bahwa dia terlalu tidak sabar untuk yang satu itu. Arnav yang egois dan tidak punya perasaan begitulah hatinya menyumpahi pria itu, tapi di sisi lain hatinya malah mengerti bahwa barangkali tidak mudah bagi seorang yang pernah di khianati untuk dapat mempercayai cinta lagi. Bahkan dia mungkin tidak tahu apa itu cinta karena dia sendiri bahkan bermasalah dengan ibunya.Raellyn menyadari betul dan tahu bahwa meskipun dia telah jatuh cinta pada suaminya, tapi dia tidak bisa memaksakan. Pada akhirnya apa yang dia rasakan mungkin malah akan menjadi beban bagi Arnav.Raellyn mendesah lelah. Arnav benar-benar telah menguras tenaganya. Pikirannya kerap kali di hantui oleh pria itu. Dia tahu bahwa dia telah jatuh cinta pada pria itu. Dia telah memastikan hal itu sebelum benar-benar mengungkapkannya karena takut keliru. Tapi memang
Hai, sudah lama ya? Atau mungkin baru sebentar dan hanya aku yang merasa demikian. Aku tiba-tiba menjadi rindu padamu, bisa kita bertemu? sepertinya kita berdua akan memiliki banyak percakapan menarik nantinya. Aku akan menunggu di tempat pertemuan pertama kita malam ini. Itu pun kalau kau masih ingat. Dari Arsene, kekasihmu. Oh atau mungkin sekarang tepatnya sudah mantan, iya kan?Raellyn memandang deretan kalimat yang dia dapatkan dari pesan masuk di ponselnya. Dari nomor yang beberapa waktu lalu selalu terlihat indah dan selalu dia nantikan balasan pesannya. Kenapa orang itu tiba-tiba saja menawarkan bertemu saat rumah tangganya dengan Arnav saja sekarang sedang carut marut?Dia benar-benar sangat emosional sekarang. Lebih tepatnya dia memang tidak mengira akan mendapatkan pesan seperti ini dari Arsene yang telah kabur mengkhianati dan menghinanya beberapa waktu lalu. Ketika pria itu muncul lagi di hidupnya setelah semua yang berlalu, sesuatu yang terkubur tiba-tiba saja muncul ke
“Karena itu terjadi begitu saja, maksudku aku tidak pernah berencana untuk suka padamu dan hal-hal seperti itu. Kau hanya datang di saat yang tepat ketika aku butuh seseorang disisiku. Tapi setelah itu….”“Kau lari seperti seorang pecundang. Memberiku liontin dan berkata bahwa kita bisa melanjutkan hubungan ini ke pernikahan. Tapi setelah itu kau menghilang tanpa kabar dan aku mendapati fakta kau menikah dengan perempuan lain. Pernikahan palsu untuk tidak menghilangkan pamor-mu.”“Kau boleh mengatakan apapun padaku sekarang Raellyn. Ya, aku tahu bahwa aku adalah pria yang buruk. Aku memang yang terburuk. Tapi aku bersumpah demi Tuhan bahwa aku tidak pernah punya pikiran untuk mempermainkan perasaanmu. Aku jatuh cinta padamu saat itu, aku memang sungguhan merasakan itu padamu. Tapi kemudian aku merasa bahwa itu tidak benar. Aku terlalu terbuai dan membuat banyak kesalahan. Aku akan menjadi seorang ayah, tapi aku malah bersamamu saat itu. Hati nuraniku kemudian memikirkan segalanya dan
“Dia adalah perempuan yang sabar, dan kau pria yang nakal. Kalian adalah kombinasi yang bagus, kurasa. Jika di bandingkan dengan aku, kurasa aku bukan sosok yang cocok untuk mengisi posisi penyabar.” Senyuman di wajah Arsene sedikit terkikis, dia menautkan kesepuluh jarinya di depan perutnya begitu saja. Menatap Raellyn dengan cara yang tidak terdefinisikan. Tapi Raellyn tahu bahwa pria itu kini sedang membawa sisi seriusnya lagi. “Well, sejak aku menghabiskan waktu bersamamu dulu, aku selalu berpikir tentang bagaimana hubungan ini akan berjalan ke depannya. Aku bahkan ragu bahwa kau benar-benar ingin menikahiku jika aku memutuskan menceraikan Sylvia. Kau adalah perempuan yang paling bebas, mandiri dan pemberani. Terkadang aku selalu ragu apa kau membutuhkan aku atau tidak. Terkadang dalam beberapa situasi aku jadi takut saat bersamamu. Kau terlihat bersinar, tapi saat aku bersamamu aku merasa menjadi pihak yang menghalangi sinar itu,” jelasnya panjang lebar. Raellyn hanya tersenyum
Raellyn tidak menyangka bahwa kini dia bisa berada di sebuah kafe yang lumayan nyaman dengan seseorang yang tidak dia sangka mau bertemu dengannya. Tadinya Raellyn ingin berkunjung langsung ke kediamannya, namun tanpa dia duga wanita itu justru meminta Raellyn untuk menunggu di sebuah kafe yang tidak jauh dari kediamannya.Sejujurnya Raellyn tidak pernah menduga bahwa seluruh urusannya akan berangsur-angsur begini. Selepas dia menyudahi kisahnya dengan putra bungsu si wanita, kini dia mulai lagi berurusan dengan Nyonya Chyntia. Wanita yang adalah ibu dari suami dan mantan pacarnya. Raellyn mendapatkan sebuah pesan yang lumayan menarik di malam hari sebelum pertemuan mereka. Pesan yang berisikan ajakan untuk bertemu sekaligus perkenalan diri singkat dari wanita itu sebagai ibu mertuanya. Intinya dia mendapatkan kontak Raellyn dari putra bungsunya Arsene. Itu memang masuk akal karena Raellyn memang tidak pernah mengganti nomor ponselnya. Hanya saja dia tidak menyangka bahwa pria itu mas