Home / Pernikahan / Wanita Penakluk Direktur Muda / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of Wanita Penakluk Direktur Muda: Chapter 61 - Chapter 70

93 Chapters

Suami Nakal

Arnav bisa merasakan betapa hangat sekaligus dinginnya kulit porselen yang baru saja dia sentuh tatkala dia mengusapnya. Gerakannya memang pelan namun tentu saja Arnav memberikan tekanan yang sedikit lebih intens pada beberapa bagian yang bisa dia raih dengan tangannya. Sepasang mata menatapnya, sang istri telah di buai dan tenggelam dalam hasrat keinginan, tangan yang membalas sentuhannya diam tanpa ada niatan untuk menghentikan. Mulutnya bergetar, terlihat ingin memohon seperti bagaimana tubuhnya tersentak setiap kali Arnav memasukan jarinya ke dalam diri dan menariknya keluar berulang-ulang dengan sangat perlahan.“Arnav….”Raellyn berusaha semaksimal mungkin membuat setiap nada yang keluar dari bibirnya jelas terdengar seperti sebuah peringatan. Tapi tidak butuh waktu lama sampai suara tersebut mulai kehilangan ketegasan dan ketajaman.Tubuhnya terasa seperti jelly ketika Arnav berhasil menyentuhnya, dan mendominasi tubuhnya sendiri. Menggapai titik sensitif tubuhnya dengan sangat
Read more

Ranjang Panas

Arnav tidak berkomentar, dia hanya menuruti gestur tubuh istrinya tanpa melepaskan pegangan tangannya di bagian dada wanita itu. Dia tetap menggerakan tangannya disana untuk meremas sesekali memilin puncaknya. Arnav menerima bibir Raellyn dan langsung melumatnya. Tautan alis Raellyn langsung pecah begitu Arnav kembali mendominasi dirinya dengan sangat mudah. Kepalanya terasa sangat pegal lantaran terus menerus menoleh ke arah pasangannya, namun dia sendiri tidak bisa benar-benar menarik dirinya.Tangan Arnav akhirnya menjauh dari dada Raellyn lalu meraih punggung tangannya. Raellyn pikir kegiatan mereka telah berakhir lantaran Arnav menarik dirinya untuk menjauh. Namun pikiran itu tidak berlangsung lama karena Arnav langsung membalikan tubuhnya sehingga dia terbaring di atas ranjang. Raellyn tidak sempat menahan ketika pria itu mulai membuka kedua kakinya dan kembali menjejalkan dirinya masuk ke dalam sana dengan cepat. Akhirnya yang bisa wanita itu lakukan adalah mendongakan kepala—
Read more

Paradigma

“Tidak bisa ku percaya! Aku pikir Arnav bisa menerimaku lagi, dan aku sudah berhasil mempengaruhi istrinya untuk itu. Tapi ternyata tidak ada yang berubah.”Selepas pulang dari kediaman Arnav, Chyntia benar-benar menumpahkan seluruh kekesalannya di dalam mobil. Hal itu tentu di dengar oleh George dan juga putrinya Louisa. Mereka tidak berkomentar karena masing-masing sudah memiliki paradigma mereka sendiri.“Sayang, sudah aku katakan padamu bahwa kau terlalu tergesa-gesa dalam hal ini. Putramu itu, bukan tipe orang yang lembut seperti Arsene. Jadi setidaknya kita harus melakukannya dengan sangat perlahan,” jawab George dari posisinya yang sedang mengemudi. Sementara Chyntia duduk di sebelahnya dan beberapa kali terdengar mendecakan lidah. “Aku tahu, George. Aku tahu. Tapi aku hanya punya firasat bahwa bila kita tidak segera mendekati Arnav sebagai keluarga. Kita bisa kehilangan kesempatan untuk mendapatkan pengakuan. Aku sangat tahu betul bagaimana putraku. Jika dia sudah mencintai
Read more

Good News

Jam yang di letakan di atas dinding menunjukan pukul dua malam, tapi Arnav masih pula enggan menyingkir dari meja kerjanya. Belakangan ini memang dia banyak sekali mendapati beban di dalam dirinya. Tentang urusan rumah tangga, bahkan tentang urusan keluarga terutama ibunya. Itu cukup memusingkan untuk Arnav yang dahulu selalu santai dalam melakukan apapun dan bisa menyelesaikannya dengan baik. Namun dia ternyata memiliki kelemahan. Ya, berurusan dengan perempuan selalu tidak mudah dan rumit. Terkadang otaknya selalu sulit untuk mengolah segala situasinya. Logika berkata dia melakukan hal yang benar, tapi tetap saja bagi Raellyn itu masih salah. Terutama perkara soal ibunya yang masih pula belum berakhir. Sudah berlalu satu bulan sejak insiden sang Ibu yang tiba-tiba datang ke kediamannya bersama keluarga barunya tanpa konfirmasi lebih dulu. Hal itu masih menyisakan rasa dongkol yang teramat sangat.Jujur, memang sedikit berat baginya untuk beradaptasi terhadap roda waktu yang rupanya
Read more

Mimpi Indah, Sayangku

Sejujurnya Raellyn sangat takut membuka kabar ini. Alasan semalam dia tidak ingin minum obat juga karena sebetulnya dia sedikit curiga dengan badannya yang tiba-tiba mudah merasa lelah dan sensitif terhadap sesuatu. Raellyn bahkan mengalami mual dan muntah-muntah hebat di pagi hari, yang makin memperkuat intuisinya. Hanya dia sama sekali tidak memperkirakan reaksi suaminya. Dia tidak tahu bahwa Arnav akan sesiaga itu terhadapnya. Dia benar-benar melakukan banyak hal yang tidak biasa dia lakukan.Itu membuat hati Raellyn menghangat dan tentu saja dia merasa bahwa tidak aka nada masalah bila dia memberitahukan soal ini kepada Arnav. Walaupun sisi dari dirinya berpikir tentang kontrak pranikah mereka dimana Raellyn akan otomatis di ceraikan oleh Arnav saat dia berhasil melahirkan seorang pewaris laki-laki. Ya, fakta itu sedikit mengganggunya. Tapi membohongi Arnav juga bukan ide bagus karena kehamilan adalah sebuah anugerah yang semestinya di syukuri oleh pasangan suami istri. Begitu pul
Read more

I Love You

Raellyn tersadar bahwa dia tertidur pulas, makanya ketika dia terjaga dia sedikit takjub lantaran melihat sendiri posisi Arnav yang tertidur di sebelahnya dengan posisi telapak tangan yang berada di atas perutnya. Seulas senyum terukir di wajah wanita itu. Ini bisa di bilang langka. Setelah banyak hal terjadi, seperti debat kusir, pertengkaran, dan beberapa problematika. Raellyn kini bisa kembali menemukan sisi hangat dan juga kelembutan dari suaminya, dan itu cukup untuk membuat hatinya di penuh dengan binar kebahagiaan. Tak ingin mengganggu, Raellyn memutuskan untuk beranjak dari ranjang dan melihat waktu. Sebab tampaknya hari masih gelap di luar sana, dan dia juga tidak mendengar pelayan yang mulai bertugas. Melirik ke arah jam dinding, Raellyn menghela napas. Masih pukul empat pagi. “Oh.” Entah apa guna pula wanita itu menggumam untuk dirinya sendiri. Tapi segelintir kenangan di masa lalu tiba-tiba memenuhi. Dulu sekali, ketika dia masih lajang dia terbiasa pukul empat pagi unt
Read more

Mood Swing

Begitu pagi seperti biasa, para pelayan di rumah mulai bekerja sesuai kewajiban masing-masing. Hiruk pikuk dapat langsung di rasakan oleh Raellyn ketika dia menyadari eksistensi suami juga ikut menghilang. Ini hari minggu, biasanya Arnav akan sedikit lebih lama di kasur tapi hari ini dia jadi lebih cekatan seperti hari-hari biasanya. Karena itu pula Raellyn tergelitik untuk mulai bangkit dari peraduan sampai pintu kamar terbuka lebar, disana sudah ada Mrs. Maddy yang mendorong sebuah meja beroda. Mirip seperti layanan kamar di hotel berbintang saja.“Nyonya, Anda tidak boleh beraktifitas berlebihan,” ujar Mrs. Maddy ketika dia telah mendekati Raellyn. Wanita itu seperti biasa tidak memperlihatkan ekspresi apa pun tapi Raellyn dapat dengan mudah menebak apa yang ada di kepalanya.“Selamat pagi Mrs. Maddy. Harusnya kau tidak perlu kerepotan begini,” sahut Raellyn. Kali ini dia sudah tidak merasa begitu pening dan tubuhnya juga sudah terasa jauh lebih baik dari beberapa saat yang lalu. M
Read more

I'll be by Your Side

Arnav pikir Raellyn akan memilih makanan manis untuk mengusir mood-nya yang buruk. Tapi rupanya wanita itu justru memilih daging sebagai pelampiasan dari rasa tak menyenangkan yang dia rasakan. Itu sebetulnya bukanlah hal yang sulit bagi Arnav, dia tidak keberatan bila istrinya menghabiskan uangnya karena Raellyn memilih sebuah restoran fancy yang tentu saja menjual daging sapi dengan kualitas terbaik. Satu persatu Raellyn membalik buku menu dengan teliti. Kemudian menunjuk pada sang pramusaji yang berdiri di dekatnya dan mendengarkan seluruh permintaan Raellyn. Ketika buku menu tersebut di berikan kepada Arnav, pria itu hanya tersenyum seraya menunjuk satu pesanan biasa. Bukan karena dia pelit atau takut karena uangnya habis. Tidak demikian. Hanya saja mendengar Raellyn menyebut satu persatu makanan yang ada di menu membuat perutnya tiba-tiba merasa kenyang untuk sebuah alasan yang tak kasat mata.Ketika sang pelayan pergi, barulah kini tatapan tajam di layangkan oleh Raellyn terhada
Read more

Bumil Caper

Pukul lima sore Arnav dan Raellyn baru tiba dari kegiatan di luar rumah. Ini mungkin bisa di bilang sebagai quality time mereka yang kesekian dan tidak melalui banyak drama dan jadwal. Hanya berlalu begitu saja tanpa melibatkan hal-hal merepotkan. Atau mungkin jadinya sekarang tidak lagi demikian karena Arnav hanya ingin memastikan istrinya selalu bahagia di awal kehamilannya. Sarapan di sebuah restoran daging dan makan siang di restoran rumahan. Benar-benar kombinasi yang luar biasa bagi Arnav. Tapi karena Raellyn yang menginginkannya. Meski keberatan Arnav tetap memberikan pengabulan dan menurut mengunjungi beberapa tempat yang Raellyn ingin tuju. Sepanjang waktu yang mereka habiskan bersama Arnav sungguh sangat puas mendapati senyum lebar sang istri yang tidak memudar. Bahkan meski sekarang mereka menyudahi acara kencan dadakan ini, Raellyn tetap masih tersenyum puas. Hanya tinggal beberapa jam sampai adiknya datang, jadi begitu mereka pulang Arnav memilih melepas lelahnya di ruang
Read more

Intervensi

Ketukan pintu di luar sana secara terpaksa harus menghentikan permainan panas yang baru saja akan di mulai. Raellyn sempat melirik kearah suaminya yang terlihat kecewa dengan keadaan. Ekspresi wajahnya carut marut saat itu, sementara Raellyn tidak bisa menahan dirinya untuk tertawa kecil.“Ya? Katakan ada apa?”“Maaf saya hanya ingin mengatakan bahwa Tuan Arsene dan istrinya sudah menunggu di ruang tamu.”Apa?Baik Arnav maupun Raellyn kini saling berpandangan, setelah melirik ke arah jam dinding. Apa Arsene sekali lagi mengubah jam pertemuan secara sepihak? tapi hal tersebut sejatinya bukan hal yang aneh mengingat memang seperti itu lah pria itu. Raellyn sudah sangat kenal betul sifatnya. Alhasil Raellyn mulai beranjak dari posisinya untuk kemudian mengelap dirinya yang basah karena ulah Arnav. Sementara Arnav sendiri dengan sangat enggan merapikan dirinya sendiri dan beranjak dari sofa. Tiba-tiba keduanya sibuk dengan urusan masing-masing sekarang.“Katakan padanya untuk menunggu. A
Read more
PREV
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status