“Tidak bisa ku percaya! Aku pikir Arnav bisa menerimaku lagi, dan aku sudah berhasil mempengaruhi istrinya untuk itu. Tapi ternyata tidak ada yang berubah.”Selepas pulang dari kediaman Arnav, Chyntia benar-benar menumpahkan seluruh kekesalannya di dalam mobil. Hal itu tentu di dengar oleh George dan juga putrinya Louisa. Mereka tidak berkomentar karena masing-masing sudah memiliki paradigma mereka sendiri.“Sayang, sudah aku katakan padamu bahwa kau terlalu tergesa-gesa dalam hal ini. Putramu itu, bukan tipe orang yang lembut seperti Arsene. Jadi setidaknya kita harus melakukannya dengan sangat perlahan,” jawab George dari posisinya yang sedang mengemudi. Sementara Chyntia duduk di sebelahnya dan beberapa kali terdengar mendecakan lidah. “Aku tahu, George. Aku tahu. Tapi aku hanya punya firasat bahwa bila kita tidak segera mendekati Arnav sebagai keluarga. Kita bisa kehilangan kesempatan untuk mendapatkan pengakuan. Aku sangat tahu betul bagaimana putraku. Jika dia sudah mencintai
Jam yang di letakan di atas dinding menunjukan pukul dua malam, tapi Arnav masih pula enggan menyingkir dari meja kerjanya. Belakangan ini memang dia banyak sekali mendapati beban di dalam dirinya. Tentang urusan rumah tangga, bahkan tentang urusan keluarga terutama ibunya. Itu cukup memusingkan untuk Arnav yang dahulu selalu santai dalam melakukan apapun dan bisa menyelesaikannya dengan baik. Namun dia ternyata memiliki kelemahan. Ya, berurusan dengan perempuan selalu tidak mudah dan rumit. Terkadang otaknya selalu sulit untuk mengolah segala situasinya. Logika berkata dia melakukan hal yang benar, tapi tetap saja bagi Raellyn itu masih salah. Terutama perkara soal ibunya yang masih pula belum berakhir. Sudah berlalu satu bulan sejak insiden sang Ibu yang tiba-tiba datang ke kediamannya bersama keluarga barunya tanpa konfirmasi lebih dulu. Hal itu masih menyisakan rasa dongkol yang teramat sangat.Jujur, memang sedikit berat baginya untuk beradaptasi terhadap roda waktu yang rupanya
Sejujurnya Raellyn sangat takut membuka kabar ini. Alasan semalam dia tidak ingin minum obat juga karena sebetulnya dia sedikit curiga dengan badannya yang tiba-tiba mudah merasa lelah dan sensitif terhadap sesuatu. Raellyn bahkan mengalami mual dan muntah-muntah hebat di pagi hari, yang makin memperkuat intuisinya. Hanya dia sama sekali tidak memperkirakan reaksi suaminya. Dia tidak tahu bahwa Arnav akan sesiaga itu terhadapnya. Dia benar-benar melakukan banyak hal yang tidak biasa dia lakukan.Itu membuat hati Raellyn menghangat dan tentu saja dia merasa bahwa tidak aka nada masalah bila dia memberitahukan soal ini kepada Arnav. Walaupun sisi dari dirinya berpikir tentang kontrak pranikah mereka dimana Raellyn akan otomatis di ceraikan oleh Arnav saat dia berhasil melahirkan seorang pewaris laki-laki. Ya, fakta itu sedikit mengganggunya. Tapi membohongi Arnav juga bukan ide bagus karena kehamilan adalah sebuah anugerah yang semestinya di syukuri oleh pasangan suami istri. Begitu pul
Raellyn tersadar bahwa dia tertidur pulas, makanya ketika dia terjaga dia sedikit takjub lantaran melihat sendiri posisi Arnav yang tertidur di sebelahnya dengan posisi telapak tangan yang berada di atas perutnya. Seulas senyum terukir di wajah wanita itu. Ini bisa di bilang langka. Setelah banyak hal terjadi, seperti debat kusir, pertengkaran, dan beberapa problematika. Raellyn kini bisa kembali menemukan sisi hangat dan juga kelembutan dari suaminya, dan itu cukup untuk membuat hatinya di penuh dengan binar kebahagiaan. Tak ingin mengganggu, Raellyn memutuskan untuk beranjak dari ranjang dan melihat waktu. Sebab tampaknya hari masih gelap di luar sana, dan dia juga tidak mendengar pelayan yang mulai bertugas. Melirik ke arah jam dinding, Raellyn menghela napas. Masih pukul empat pagi. “Oh.” Entah apa guna pula wanita itu menggumam untuk dirinya sendiri. Tapi segelintir kenangan di masa lalu tiba-tiba memenuhi. Dulu sekali, ketika dia masih lajang dia terbiasa pukul empat pagi unt
Begitu pagi seperti biasa, para pelayan di rumah mulai bekerja sesuai kewajiban masing-masing. Hiruk pikuk dapat langsung di rasakan oleh Raellyn ketika dia menyadari eksistensi suami juga ikut menghilang. Ini hari minggu, biasanya Arnav akan sedikit lebih lama di kasur tapi hari ini dia jadi lebih cekatan seperti hari-hari biasanya. Karena itu pula Raellyn tergelitik untuk mulai bangkit dari peraduan sampai pintu kamar terbuka lebar, disana sudah ada Mrs. Maddy yang mendorong sebuah meja beroda. Mirip seperti layanan kamar di hotel berbintang saja.“Nyonya, Anda tidak boleh beraktifitas berlebihan,” ujar Mrs. Maddy ketika dia telah mendekati Raellyn. Wanita itu seperti biasa tidak memperlihatkan ekspresi apa pun tapi Raellyn dapat dengan mudah menebak apa yang ada di kepalanya.“Selamat pagi Mrs. Maddy. Harusnya kau tidak perlu kerepotan begini,” sahut Raellyn. Kali ini dia sudah tidak merasa begitu pening dan tubuhnya juga sudah terasa jauh lebih baik dari beberapa saat yang lalu. M
Arnav pikir Raellyn akan memilih makanan manis untuk mengusir mood-nya yang buruk. Tapi rupanya wanita itu justru memilih daging sebagai pelampiasan dari rasa tak menyenangkan yang dia rasakan. Itu sebetulnya bukanlah hal yang sulit bagi Arnav, dia tidak keberatan bila istrinya menghabiskan uangnya karena Raellyn memilih sebuah restoran fancy yang tentu saja menjual daging sapi dengan kualitas terbaik. Satu persatu Raellyn membalik buku menu dengan teliti. Kemudian menunjuk pada sang pramusaji yang berdiri di dekatnya dan mendengarkan seluruh permintaan Raellyn. Ketika buku menu tersebut di berikan kepada Arnav, pria itu hanya tersenyum seraya menunjuk satu pesanan biasa. Bukan karena dia pelit atau takut karena uangnya habis. Tidak demikian. Hanya saja mendengar Raellyn menyebut satu persatu makanan yang ada di menu membuat perutnya tiba-tiba merasa kenyang untuk sebuah alasan yang tak kasat mata.Ketika sang pelayan pergi, barulah kini tatapan tajam di layangkan oleh Raellyn terhada
Pukul lima sore Arnav dan Raellyn baru tiba dari kegiatan di luar rumah. Ini mungkin bisa di bilang sebagai quality time mereka yang kesekian dan tidak melalui banyak drama dan jadwal. Hanya berlalu begitu saja tanpa melibatkan hal-hal merepotkan. Atau mungkin jadinya sekarang tidak lagi demikian karena Arnav hanya ingin memastikan istrinya selalu bahagia di awal kehamilannya. Sarapan di sebuah restoran daging dan makan siang di restoran rumahan. Benar-benar kombinasi yang luar biasa bagi Arnav. Tapi karena Raellyn yang menginginkannya. Meski keberatan Arnav tetap memberikan pengabulan dan menurut mengunjungi beberapa tempat yang Raellyn ingin tuju. Sepanjang waktu yang mereka habiskan bersama Arnav sungguh sangat puas mendapati senyum lebar sang istri yang tidak memudar. Bahkan meski sekarang mereka menyudahi acara kencan dadakan ini, Raellyn tetap masih tersenyum puas. Hanya tinggal beberapa jam sampai adiknya datang, jadi begitu mereka pulang Arnav memilih melepas lelahnya di ruang
Ketukan pintu di luar sana secara terpaksa harus menghentikan permainan panas yang baru saja akan di mulai. Raellyn sempat melirik kearah suaminya yang terlihat kecewa dengan keadaan. Ekspresi wajahnya carut marut saat itu, sementara Raellyn tidak bisa menahan dirinya untuk tertawa kecil.“Ya? Katakan ada apa?”“Maaf saya hanya ingin mengatakan bahwa Tuan Arsene dan istrinya sudah menunggu di ruang tamu.”Apa?Baik Arnav maupun Raellyn kini saling berpandangan, setelah melirik ke arah jam dinding. Apa Arsene sekali lagi mengubah jam pertemuan secara sepihak? tapi hal tersebut sejatinya bukan hal yang aneh mengingat memang seperti itu lah pria itu. Raellyn sudah sangat kenal betul sifatnya. Alhasil Raellyn mulai beranjak dari posisinya untuk kemudian mengelap dirinya yang basah karena ulah Arnav. Sementara Arnav sendiri dengan sangat enggan merapikan dirinya sendiri dan beranjak dari sofa. Tiba-tiba keduanya sibuk dengan urusan masing-masing sekarang.“Katakan padanya untuk menunggu. A
Satu pekan kemudian, resepsi pernikahan digelar. Tidak banyak persiapan yang dilakukan, karena Arnav telah menyerahkan seluruh urusan tersebut kepada wedding orgaziner terkemuka dan professional dibidangnya. Sehingga, meskipun serba dadakan tapi hasilnya terkesan seperti sebuah pesta yang telah direncanakan jauh-jauh hari dan ini lebih seperti pertama kalinya Raellyn dinikahi. Belum lagi keramaian ini juga karena ada beberapa wartawan yang meliput acara pesta dan bahkan disiarkan secara langsung. Memang benar pengaruh seorang Arnav bisa mengguncangkan layar kaca dan semua orang. Padahal ini hanyalah acara resepsi tapi makna yang terkandung di dalamnya terasa seperti sebuah pernikahan yang memang selalu Raellyn impikan. Seolah Arnav memang memahami betul dirinya dan Raellyn terkejut karena detail-detailnya sesuai sekali dengan pernikahan impiannya. Padahal obrolan mengenai acara resepsi hanya berlangsung sekali dan itu pun tidak terlalu mendalam karena mereka berdua langsung sibuk deng
“Tolong jangan merusak itikad baikku malam ini. Aku tidak memanggil kalian kemari untuk berdebat dan menuding istriku dengan sesuatu yang tidak masuk akal,” ujar Arnav yang seketika menghentikan perdebatan hanya dalam sekejap mata.Pandangan mata Sylvia berubah, wanita itu langsung menunduk begitu pula dengan adik Arnav yang baru Raellyn ingat bernama Louisa. Keduanya tidak mampu mengatakan sepatah kata pun dan kondisi meja kembali tertib.Raellyn memang sangat menyangkan situasi yang berjalan tidak seharusnya. Sebagai satu keluarga dan di dominasi oleh orang dewasa semestinya mereka memiliki pemikiran yang matang dan bisa menentukan mata yang pantas dan tidak pantas di lakukan. Toh, untuk apa pula berdebat dan mempermasalhkan hal yang tidak benar adanya? Menunjukan siapa yang paling benar dan pantas mendapatkan dukungan dan simpati? Cerita lama.“Nyonya Chyntia alasan aku memanggilmu kemari karena aku ingin minta maaf.”Semua orang di meja langsung menatap Arnav dengan pandangan tida
Seminggu berlalu sejak moment dimana Arnav bilang ingin meminta maaf pada Nyonya Chyntia dan ingin melepaskan beban masa lalu. Raellyn memang senang mendengarnya, tapi ketika hari dimana suaminya mengajaknya untuk melakukan sebuah pertemuan dengan sang ibu mertua saat itu pula pikiran Raellyn malah tidak tenang.Restaurant mewah yang mereka datangi malah membuat Raellyn dejavu. Suasana ini nyaris serupa dengan saat pertama kali dia bertemu dengan sang ibu mertua. Yang berbeda adalah dia tidak begitu mengenal ibu mertuanya saat itu dan punya tujuan untuk ikut campur bak super hero bijaksana. Tapi sekarang Raellyn hanya menjadi seorang pengamat dan dia tidak di perkenankan ikut campur sebelum Arnav menyelesaikan urusannya. Raellyn sekarang memang sudah berubah, dia sudah bisa memahami posisinya dan tidak lagi keras kepala seperti dulu. Maka beginilah yang terjadi dia menanti dengan sabar sebelum keluarga baru suaminya tiba.Kemarin, Arnav kembali menyinggung soal niatannya dan saat itu
Suara pintu dibuka dan sedikit mengejutkan bagi kedua insan di dalam ruangan ketika seorang pria paruh baya masuk kesana.“Paman,” panggil Raellyn begitu menyadari orang yang datang berkunjung adalah sang paman. Dia melirik kearah Arnav yang tersenyum kearahnya. Raellyn benar-benar terharu, dia pikir pria itu tidak akan membagi kabar ini kepada kerabat ataupun keluarga. Raellyn juga tidak memaksanya karena dia tahu pria itu sudah cukup sibuk dan lelah selama seharian kemarin. Makanya ketika dia melihat pamannya datang Raellyn senang bukan main. Keluarganya menjadi yang pertama mengetahui soal kelahiran putranya.“Dimana cucuku, Raellyn? Aku ingin melihatnya,” ujar sang paman dengan penuh pancaran kebahagiaan. Dia benar-benar menampakan sebuah ekspresi tak sabar untuk melihat cucunya. Perasaan bahagia itu tidak bisa dia sembunyikan setelah mendengar bahwa keponakannya baru saja melahirkan. Tentu saja pria itu langsung melesat ke rumah sakit tanpa perlu memikirkan apapun.“Ini cucumu, p
Operasi caesar telah usai dan berjalan dengan sangat lancar. Kini Raellyn dibawa menuju ke ruang pemulihan khusus dan dia berada di bawah pantauan tim dokter dengan sangat teratur. Tentu saja hal ini tidak lepas dari kuasa sang suami yang memberikan seluruh akses istimewa sehingga Raellyn mendapatkan perawatan secara paripurna. Infus masih terpasang di lengan kiri Raellyn selama istrinya itu masih belum bisa makan dan juga minum dengan sempurna.Arnav, dengan seluruh kuasa yang dia miliki juga meminta agar anaknya berada di dalam satu ruangan yang sama dengan Raellyn. Hal itu tidak terlalu banyak menyita waktu karena memang bayinya sehat dan tidak membutuhkan tindakan medis lebih lanjut.“Berapa lama masa penyembuhan istri saya, dok?” tanya Arnav, saat ini dia berada di ruangan sang dokter muda yang menangani persalinan istrinya.“Kurang lebih sekitar empat sampai dengan enam minggu untuk sembuh total dan bisa beraktifitas seperti biasa. Saya sangat menyarankan istri anda jangan sampa
Memasuki jadwal kontrol bulanan, di fase bulan ke sembilan. Raellyn seperti biasa di dampingi oleh Arnav kembali mengunjungi sebuah klinik yang telah di percayai untuk berkonsultasi mengenai kelahiran buah hati mereka pada dokter yang menanganinya. Bahkan Arnav sendiri juga sudah sampai pada titik melakukan reservasi sebuah kamar VVIP di sebuah rumah sakit untuk berjaga-jaga, karena dari yang dia ketahui melalui pengalaman asisten pria-nya terkadang kelahiran dapat terjadi secara tiba-tiba dan melenceng dari hari yang sudah di jadwalkan. Dalam hati terutama untuk Raellyn sendiri, tentu saja dia terkadang kerap kali di hantui oleh rasa cemas dan juga takut yang berlebih selama menantikan hari persalinan.“Arnav, aku tiba-tiba jadi merasa takut.”Arnav sendiri biar pun tampangnya terlihat tenang, tapi jauh di lubuk hati dia juga cemas bukan kepalang. Dia sangat khawatir kepada istri dan juga calon buah hati mereka. “Tenanglah, sayangku. Apapun yang terjadi nanti aku ada disampingmu.”Ra
Sayangnya sejak hari itu Arnav tidak pernah buka suara tentang apa yang terjadi. Arsene juga sudah tidak pernah terlihat lagi batang hidungnya. Raellyn memang penasaran dengan apa yang terjadi, tapi untuk sekarang dia merasa tidak perlu mengulik atau pun mencari tahu. Dia sudah mempercayai Arnav dan tidak lagi meragukan dirinya yang dulu. Kedua pria itu pasti punya alasan, dan Raellyn tidak akan mengusik hal tersebut.Waktu sudah berlalu, menginjak bulan ke sembilan dari kehamilannya. Raellyn makin hari makin di manjakan saja. Sesungguhnya Raellyn hanya bisa berdoa agar dia tidak meleleh setiap paginya karena pria itu selalu saja punya cara untuk memanjakannya dengan penuh cinta. Apalagi saat perutnya dibelai sambil dibisiki kata-kata mesra. Ah… sungguh, apakah Arnav memang seperti ini? rasanya dia benar-benar seperti tokoh pria fiksi idamannya jika begini terus.“Raellyn sayang, bangun.”“Tidak mau.” Raellyn masih merasa sangat berat, semalam mereka bermain cukup lama. Ini karena Arn
Lita dan Raellyn kini asyik berceloteh ria di ruang tamu kediaman sang paman. Sepupunya itu langsung melonjak gembira begitu membuka pintu dan mendapati Raellyn ada disana dengan perut buncitnya. Padahal sedari tadi dia kata Sharon, Lita hanya menatap ponselnya tanpa memiliki niatan beranjak sedikit pun. Raellyn hanya terkikik mendengarkan celotehan adik sepupunya itu sambil sesekali Lita akan angkat bicara untuk menyanggah apa yang adiknya katakan. Reuni kecil setelah sekian lama memang membawa sedikit rasa nostalgia.Kini setelah ditinggal oleh Sharon, kedua wanita itu mulai bercerita banyak hal. Terutama topik mengenai kehamilan Raellyn yang sejak tadi selalu diungkit oleh Lita.“Kau sudah siapkan nama untuk calon anakmu belum?”Raellyn hanya menggeleng. “Aku belum punya nama untuk bayiku, tapi aku rasa Arnav sudah punya beberapa. Dia sangat antusias sejak dokter bilang bahwa calon bayi kami akan lahir sebagai bayi laki-laki.” Raellyn mengujar seraya mengusap perut besarnya dengan
Mendengar suara Mrs. Maddy dari balik pintu Raellyn tersedak saliva-nya sendiri dan terbatuk-batuk. Muka wanita itu langsung merah padam tak tertahankan ketika melihat ke arah pintu kamar yang sudah terbuka dan menampakan si kepala pelayan. Sementara Arnav susah payah untuk menggeram menahan hasratnya yang harus dia tenangkan. Kehadiran Mrs. Maddy benar-benar sangat tidak tepat.“A-ah ya Mrs. Maddy ada apa?” Raellyn menghampiri wanita itu untuk mengurangi kecanggungan meskipun tentu saja kesalah tingkahannya tidak benar-benar bisa dia sembunyikan.“Maaf bila saya mengganggu aktivitas pagi Anda. Tapi ada tamu.”Mati aku! Raellyn sempat merutuk sebelum akhirnya dia terhenti dan menatap Mrs. Maddy dengan tatapan tidak percaya.“Tamu? Pagi-pagi begini?” tanya Raellyn yang sekarang benar-benar murni telah melepaskan seluruh kecanggungannya beberapa saat lalu menjadi sebuah tanda tanya besar di kepala.Mrs. Maddy diam sejenak, wanita itu bergantian memandangi wajah Raellyn yang ada di hadap