Ketukan pintu di luar sana secara terpaksa harus menghentikan permainan panas yang baru saja akan di mulai. Raellyn sempat melirik kearah suaminya yang terlihat kecewa dengan keadaan. Ekspresi wajahnya carut marut saat itu, sementara Raellyn tidak bisa menahan dirinya untuk tertawa kecil.“Ya? Katakan ada apa?”“Maaf saya hanya ingin mengatakan bahwa Tuan Arsene dan istrinya sudah menunggu di ruang tamu.”Apa?Baik Arnav maupun Raellyn kini saling berpandangan, setelah melirik ke arah jam dinding. Apa Arsene sekali lagi mengubah jam pertemuan secara sepihak? tapi hal tersebut sejatinya bukan hal yang aneh mengingat memang seperti itu lah pria itu. Raellyn sudah sangat kenal betul sifatnya. Alhasil Raellyn mulai beranjak dari posisinya untuk kemudian mengelap dirinya yang basah karena ulah Arnav. Sementara Arnav sendiri dengan sangat enggan merapikan dirinya sendiri dan beranjak dari sofa. Tiba-tiba keduanya sibuk dengan urusan masing-masing sekarang.“Katakan padanya untuk menunggu. A
“Kau sudah mempertimbangkan akan terjadi seperti ini?” Arnav mengujar begitu mereka keluar dari ruangan. Membiarkan istri dan adik iparnya beradu argumen di dalam.Arsene yang sejatinya bertanggung jawab atas kejadian ini hanya menganggukan kepala. Air mukanya terlihat tidak begitu bagus, bisa di bilang dia mungkin cemas terhadap apa yang akan terjadi kepada istri dan juga mantan kekasihnya di dalam sana.“Kau sangat gegabah. Aku setuju karena kau bilang ini tidak akan lama. Tapi rupanya istrimu mengambil alih kendali sehingga kita berdua di usirnya keluar dari sana,” sahut Arnav sambil mengangkat bahu, nada suaranya terdengar meremehkan. Sedikit menyindiri sang adik yang tidak bisa memimpin dengan baik istrinya. Karena Arnav tahu bahwa Sylvia adalah seorang wanita yang penurut, sedikit aneh baginya menemukan wanita itu tiba-tiba saja memimpin situasi seperti ini.“Aku tahu, ini salahku. Tapi apa dayaku? Aku hanya ingin membuktikan padanya bahwa aku dan Raellyn sudah selesai. Dia tida
“Hey, hey!” Raellyn tertawa pelan saat dia sedikit menjaga jarak dari suaminya dan berjalan menjauh dari Arnav. Pria itu langsung pasang wajah kecewa, melihat dia meninggalkan Arnav begitu saja. Melihat reaksi tersebut, Raellyn melirik padanya sambil geleng-geleng kepala lalu tersenyum sebelum kemudian mendekat lagi hanya untuk sekadar berbisik. “Tidakkah kita seharusnya melakukan hal itu di tempat tidur?”Mendengar penuturan tersebut, kontan senyuman suaminya yang lenyap beberapa saat lalu kembali bersinar layaknya matahari terbit. Arnav mengikutinya dengan patuh seperti seseorang yang begitu sangat dahaga akan hubungan seks. Ya, Arnav memang pada dasarnya seperti itu. Apalagi mengingat semakin lama nanti mereka mungkin akan sedikit mengurangi intensitas hubungan untuk beberapa waktu agar tidak mengganggu tumbuh kembang bayi mereka.Ketika mereka sudah memasuki kamar, Raellyn kemudian mencoba untuk berlutut di depan suaminya. Tapi Arnav tiba-tiba saja bergerak cepat untuk menghentika
Kali ini Arnav yang mengambil kontrol. Kedua tangannya bergerak untuk menangkup wajah sang istri ketika bibir mereka bertemu satu sama lain, sementara Raellyn meletakan lengannya di dada Arnav dan memiringkan kepalanya. Pria itu bereaksi menggigit bibir bawah Raellyn. Istrinya memberi respon dengan membuka sedikit mulutnya, dan di detik yang sama itulah Arnav melesakan lidahnya ke dalam dengan lembut untuk bertemu dengan lidah istrinya. Mereka saling terkait satu sama lain.Arnav mengerang pelan dan menggerakan tangannya untuk turun tepat ke arah dada Raellyn yang sudah terbuka akibat ulahnya beberapa saat lalu. Meremas bagian itu dengan pelan dan lihai. Membuat Raellyn sekali lagi menggeram dan menggerakan tangannya dengan pelan ke atas tubuh Arnav untuk sekadar memberikan balasan berupa membelai ototnya dengan cara yang lembut.Mereka kemudian melepaskan ciuman.“Fuck,” komentar Raellyn.“Agree, tapi lain kali tolong bicara yang cantik ya—ugh!” Perkataan Arnav terpotong ketika istri
Arnav tersenyum. “Itu dia, my queen.” Kemudian dia menambahkan satu jarinya untuk masuk ke dalam Raellyn.Dengan begitu banyak kenikmatan yang Raellyn dapatkan, wanita itu kini tidak tahu lagi harus seperti apa. Terlalu banyak kenikmatan yang menyebar ke seluruh tubuhnya, tidak lama hingga Raellyn merasakan klimaksnya datang. Raellyn hanya fokus pada pergerakan jempol Arnav di titik tersensitifnya, dengan ahli pria itu membelai bagian dari dirinya yang tegang di bawah sana. Tentu saja Raellyn di buat mengerang keras, Raellyn begetar hebat saat dia membuka kedua matanya, dia memadang kearah dua bola mata suaminya yang penuh kharisma.Arnav mencium ujung hidung Raellyn. “Itu adalah bayaran dariku, sayang,” jawabnya. “Sekarang kita bisa rileks sambil memikirkan apa yang selanjutnya akan kita lakukan.”Pria itu mengatakan segalanya dengan sangat santai. Mengabaikan fakta bahwa jarinya masih berada di dalam diri Raellyn, dan istrinya masih melayang karena sisa-sisa kenikmatan yang dia dapa
Raellyn membuka kedua matanya dan kemudian mereka berdua saling bertatapan satu sama lain ketika dirinya bergerak, dia mengerang keras.“Arnav~ milikmu terlalu besar. Ini terlalu—ugh!” Di balik keluh kesah istrinya Arnav justru malah meningkatkan tempo permainan sehingga istrinya bereaksi dengan mencengkram bahunya yang lebar sebagai pertahanan.Tak hanya Raellyn, Arnav juga merasakannya. Pria itu menggeram ketika Raellyn memberinya perlawanan yang cukup berarti sehingga membuat napas Arnav keluar dengan cepat dan nyaris terputus-putus.Tidak mengherankan bila pergerakannya begitu mudah, milik istrinya telah Arnav pastikan sudah sangat basah sebelum mereka memulai sehingga kini Raellyn bisa dengan mudah melakukan pergerakan tanpa adanya hambatan. Dia mendesah tiap kali Arnav mencapai ujungnya.“Aku tidak sanggup, Arnav!” erangnya.Jika sudah seperti ini Arnav tahu bahwa istrinya memerlukan bantuan, karena itulah dia terus bergerak meskipun Raellyn sudah luluh lantak tak berdaya dengan
Akhir-akhir ini Arnav menemukan banyak kebiasaan baru. Seperti dia akan secara tiba-tiba selalu terbangun karena suara Raellyn yang sedang muntah di kamar mandi. Pria itu kemudian akan menghabiskan waktunya menemani sang istri hingga situasinya terlihat lebih baik. Tidak banyak yang dia lakukan, hanya sekadar mengusap punggung dan pundaknya, memberinya air putih hangat, memberinya sedikit pijatan yang bagi dia mungkin akan sedikit meringankan rasa pusing dan mual istri tercintanya walau hanya sedikit.Sudah hitungan bulan berlalu, Arnav lega karena selama itu pula tidak banyak hal yang terjadi. Dia bersyukur karena Tuhan membiarkan kehidupan rumah tangganya sangat damai dan lenggang tanpa adanya keributan apa-apa. Tidak dengan ibunya, maupun juga adiknya Arsene. Meskipun terkadang Arnav tidak bisa begitu saja melonggarkan kewaspadaannya. Dia sadar bahwa ketenangan tidak berarti kedamaian utuh, akan selalu ada ombak yang tercipta untuk meruntuhkan ketentraman yang ada.Dia kembali meli
Arnav membuka pintu ruangan kerjanya di kantor agensi, pria itu membawa beberapa lembaran dokumen dan juga map yang berisi laporan dari beberapa divisi yang harus dia review dan tanda tangani untuk dapat di setujui bersamanya. Setelah melakukan pertemuan beberapa saat lalu, pria itu tidak banyak bicara dan hanya menyusun barang bawaannya di atas meja kerja. Meletakannya dengan sangat hati-hati, agar tidak membuat kacau beberapa dokumen dan laporan yang telah terorganisir dengan baik. Mungkin asistennya telah menyusun semua itu agar mempermudah Arnav dalam mengerjakan semuanya. Itu bagus, mungkin dia harus memberikan asistennya apresiasi untuk tindakan kecilnya yang punya makna lebih berarti.Dengan posisi yang dia tempati di kantor ini, dia punya beberapa tugas yang sedikit rumit di bandingkan sebagai atasan di tempat lain. Karena Arnav punya sisi yang terbilang perfeksionis sehingga terkadang bila ada sedikit kesalahan dia selalu tidak terima dan bawahannya perlu menyesuaikan dengan
Satu pekan kemudian, resepsi pernikahan digelar. Tidak banyak persiapan yang dilakukan, karena Arnav telah menyerahkan seluruh urusan tersebut kepada wedding orgaziner terkemuka dan professional dibidangnya. Sehingga, meskipun serba dadakan tapi hasilnya terkesan seperti sebuah pesta yang telah direncanakan jauh-jauh hari dan ini lebih seperti pertama kalinya Raellyn dinikahi. Belum lagi keramaian ini juga karena ada beberapa wartawan yang meliput acara pesta dan bahkan disiarkan secara langsung. Memang benar pengaruh seorang Arnav bisa mengguncangkan layar kaca dan semua orang. Padahal ini hanyalah acara resepsi tapi makna yang terkandung di dalamnya terasa seperti sebuah pernikahan yang memang selalu Raellyn impikan. Seolah Arnav memang memahami betul dirinya dan Raellyn terkejut karena detail-detailnya sesuai sekali dengan pernikahan impiannya. Padahal obrolan mengenai acara resepsi hanya berlangsung sekali dan itu pun tidak terlalu mendalam karena mereka berdua langsung sibuk deng
“Tolong jangan merusak itikad baikku malam ini. Aku tidak memanggil kalian kemari untuk berdebat dan menuding istriku dengan sesuatu yang tidak masuk akal,” ujar Arnav yang seketika menghentikan perdebatan hanya dalam sekejap mata.Pandangan mata Sylvia berubah, wanita itu langsung menunduk begitu pula dengan adik Arnav yang baru Raellyn ingat bernama Louisa. Keduanya tidak mampu mengatakan sepatah kata pun dan kondisi meja kembali tertib.Raellyn memang sangat menyangkan situasi yang berjalan tidak seharusnya. Sebagai satu keluarga dan di dominasi oleh orang dewasa semestinya mereka memiliki pemikiran yang matang dan bisa menentukan mata yang pantas dan tidak pantas di lakukan. Toh, untuk apa pula berdebat dan mempermasalhkan hal yang tidak benar adanya? Menunjukan siapa yang paling benar dan pantas mendapatkan dukungan dan simpati? Cerita lama.“Nyonya Chyntia alasan aku memanggilmu kemari karena aku ingin minta maaf.”Semua orang di meja langsung menatap Arnav dengan pandangan tida
Seminggu berlalu sejak moment dimana Arnav bilang ingin meminta maaf pada Nyonya Chyntia dan ingin melepaskan beban masa lalu. Raellyn memang senang mendengarnya, tapi ketika hari dimana suaminya mengajaknya untuk melakukan sebuah pertemuan dengan sang ibu mertua saat itu pula pikiran Raellyn malah tidak tenang.Restaurant mewah yang mereka datangi malah membuat Raellyn dejavu. Suasana ini nyaris serupa dengan saat pertama kali dia bertemu dengan sang ibu mertua. Yang berbeda adalah dia tidak begitu mengenal ibu mertuanya saat itu dan punya tujuan untuk ikut campur bak super hero bijaksana. Tapi sekarang Raellyn hanya menjadi seorang pengamat dan dia tidak di perkenankan ikut campur sebelum Arnav menyelesaikan urusannya. Raellyn sekarang memang sudah berubah, dia sudah bisa memahami posisinya dan tidak lagi keras kepala seperti dulu. Maka beginilah yang terjadi dia menanti dengan sabar sebelum keluarga baru suaminya tiba.Kemarin, Arnav kembali menyinggung soal niatannya dan saat itu
Suara pintu dibuka dan sedikit mengejutkan bagi kedua insan di dalam ruangan ketika seorang pria paruh baya masuk kesana.“Paman,” panggil Raellyn begitu menyadari orang yang datang berkunjung adalah sang paman. Dia melirik kearah Arnav yang tersenyum kearahnya. Raellyn benar-benar terharu, dia pikir pria itu tidak akan membagi kabar ini kepada kerabat ataupun keluarga. Raellyn juga tidak memaksanya karena dia tahu pria itu sudah cukup sibuk dan lelah selama seharian kemarin. Makanya ketika dia melihat pamannya datang Raellyn senang bukan main. Keluarganya menjadi yang pertama mengetahui soal kelahiran putranya.“Dimana cucuku, Raellyn? Aku ingin melihatnya,” ujar sang paman dengan penuh pancaran kebahagiaan. Dia benar-benar menampakan sebuah ekspresi tak sabar untuk melihat cucunya. Perasaan bahagia itu tidak bisa dia sembunyikan setelah mendengar bahwa keponakannya baru saja melahirkan. Tentu saja pria itu langsung melesat ke rumah sakit tanpa perlu memikirkan apapun.“Ini cucumu, p
Operasi caesar telah usai dan berjalan dengan sangat lancar. Kini Raellyn dibawa menuju ke ruang pemulihan khusus dan dia berada di bawah pantauan tim dokter dengan sangat teratur. Tentu saja hal ini tidak lepas dari kuasa sang suami yang memberikan seluruh akses istimewa sehingga Raellyn mendapatkan perawatan secara paripurna. Infus masih terpasang di lengan kiri Raellyn selama istrinya itu masih belum bisa makan dan juga minum dengan sempurna.Arnav, dengan seluruh kuasa yang dia miliki juga meminta agar anaknya berada di dalam satu ruangan yang sama dengan Raellyn. Hal itu tidak terlalu banyak menyita waktu karena memang bayinya sehat dan tidak membutuhkan tindakan medis lebih lanjut.“Berapa lama masa penyembuhan istri saya, dok?” tanya Arnav, saat ini dia berada di ruangan sang dokter muda yang menangani persalinan istrinya.“Kurang lebih sekitar empat sampai dengan enam minggu untuk sembuh total dan bisa beraktifitas seperti biasa. Saya sangat menyarankan istri anda jangan sampa
Memasuki jadwal kontrol bulanan, di fase bulan ke sembilan. Raellyn seperti biasa di dampingi oleh Arnav kembali mengunjungi sebuah klinik yang telah di percayai untuk berkonsultasi mengenai kelahiran buah hati mereka pada dokter yang menanganinya. Bahkan Arnav sendiri juga sudah sampai pada titik melakukan reservasi sebuah kamar VVIP di sebuah rumah sakit untuk berjaga-jaga, karena dari yang dia ketahui melalui pengalaman asisten pria-nya terkadang kelahiran dapat terjadi secara tiba-tiba dan melenceng dari hari yang sudah di jadwalkan. Dalam hati terutama untuk Raellyn sendiri, tentu saja dia terkadang kerap kali di hantui oleh rasa cemas dan juga takut yang berlebih selama menantikan hari persalinan.“Arnav, aku tiba-tiba jadi merasa takut.”Arnav sendiri biar pun tampangnya terlihat tenang, tapi jauh di lubuk hati dia juga cemas bukan kepalang. Dia sangat khawatir kepada istri dan juga calon buah hati mereka. “Tenanglah, sayangku. Apapun yang terjadi nanti aku ada disampingmu.”Ra
Sayangnya sejak hari itu Arnav tidak pernah buka suara tentang apa yang terjadi. Arsene juga sudah tidak pernah terlihat lagi batang hidungnya. Raellyn memang penasaran dengan apa yang terjadi, tapi untuk sekarang dia merasa tidak perlu mengulik atau pun mencari tahu. Dia sudah mempercayai Arnav dan tidak lagi meragukan dirinya yang dulu. Kedua pria itu pasti punya alasan, dan Raellyn tidak akan mengusik hal tersebut.Waktu sudah berlalu, menginjak bulan ke sembilan dari kehamilannya. Raellyn makin hari makin di manjakan saja. Sesungguhnya Raellyn hanya bisa berdoa agar dia tidak meleleh setiap paginya karena pria itu selalu saja punya cara untuk memanjakannya dengan penuh cinta. Apalagi saat perutnya dibelai sambil dibisiki kata-kata mesra. Ah… sungguh, apakah Arnav memang seperti ini? rasanya dia benar-benar seperti tokoh pria fiksi idamannya jika begini terus.“Raellyn sayang, bangun.”“Tidak mau.” Raellyn masih merasa sangat berat, semalam mereka bermain cukup lama. Ini karena Arn
Lita dan Raellyn kini asyik berceloteh ria di ruang tamu kediaman sang paman. Sepupunya itu langsung melonjak gembira begitu membuka pintu dan mendapati Raellyn ada disana dengan perut buncitnya. Padahal sedari tadi dia kata Sharon, Lita hanya menatap ponselnya tanpa memiliki niatan beranjak sedikit pun. Raellyn hanya terkikik mendengarkan celotehan adik sepupunya itu sambil sesekali Lita akan angkat bicara untuk menyanggah apa yang adiknya katakan. Reuni kecil setelah sekian lama memang membawa sedikit rasa nostalgia.Kini setelah ditinggal oleh Sharon, kedua wanita itu mulai bercerita banyak hal. Terutama topik mengenai kehamilan Raellyn yang sejak tadi selalu diungkit oleh Lita.“Kau sudah siapkan nama untuk calon anakmu belum?”Raellyn hanya menggeleng. “Aku belum punya nama untuk bayiku, tapi aku rasa Arnav sudah punya beberapa. Dia sangat antusias sejak dokter bilang bahwa calon bayi kami akan lahir sebagai bayi laki-laki.” Raellyn mengujar seraya mengusap perut besarnya dengan
Mendengar suara Mrs. Maddy dari balik pintu Raellyn tersedak saliva-nya sendiri dan terbatuk-batuk. Muka wanita itu langsung merah padam tak tertahankan ketika melihat ke arah pintu kamar yang sudah terbuka dan menampakan si kepala pelayan. Sementara Arnav susah payah untuk menggeram menahan hasratnya yang harus dia tenangkan. Kehadiran Mrs. Maddy benar-benar sangat tidak tepat.“A-ah ya Mrs. Maddy ada apa?” Raellyn menghampiri wanita itu untuk mengurangi kecanggungan meskipun tentu saja kesalah tingkahannya tidak benar-benar bisa dia sembunyikan.“Maaf bila saya mengganggu aktivitas pagi Anda. Tapi ada tamu.”Mati aku! Raellyn sempat merutuk sebelum akhirnya dia terhenti dan menatap Mrs. Maddy dengan tatapan tidak percaya.“Tamu? Pagi-pagi begini?” tanya Raellyn yang sekarang benar-benar murni telah melepaskan seluruh kecanggungannya beberapa saat lalu menjadi sebuah tanda tanya besar di kepala.Mrs. Maddy diam sejenak, wanita itu bergantian memandangi wajah Raellyn yang ada di hadap