Home / Pernikahan / Dianggap Benalu Oleh Suamiku / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Dianggap Benalu Oleh Suamiku: Chapter 41 - Chapter 50

103 Chapters

Mengintip Sedikit Saja

“Yuni siapa, Ma? Apa dia pacar baru papa, seperti yang dibilang Kak Rafni?” Suara lembut Ayuni mengagetkanku dari lamunan.“Hah? Apa, Nak? Memangnya Mama bilang apa barusan?” tanyaku pura-pura lupa.“Mama bilang, papa nginap di rumah Yuni.” Apa yang diucapkan Ayuni sama persis dengan suara yang menari di kepalaku.“Benar kah? Ayuni salah dengar kali, perasaan Mama nggak bilang begitu barusan,” ucapku terus berkilah.Dalam hati aku terus saja menyalahkan diri yang keceplosan di depan Ayuni. Biar bagai mana pun aku masih menjaga perasaannya yang menyayangi Mas Agus. Tidak seperti Rafni yang sudah terang-terangan membenci papanya.“Memang di mana rumah Yuni itu, Ma? Kita ke sana yuk, Ma, cari papa. Kalau papa ada di sana, berarti memang papa sudah tidak sayang kita lagi,” ujarnya dengan raut polos. Mungkin dia mengira perempuan yang aku sebutkan namanya itu seumuran dengannya. Biasanya Ayuni selalu menggunakan embel-embel panggilan sebelum nama jika dia tahu orang tersebut jauh lebih tua
last updateLast Updated : 2023-02-24
Read more

Menunggu Bukti di Depan Mata

“Me–me ....” Aku bahkan tidak sanggup mengucapkan kata sakral itu. Lidahku terasa kelu.“Mbak Atik yakin mereka mau me ... nikah?” ringisku ketika bersusah payah untuk mengucapkannya.“Dari yang aku dengar sih begitu. Tapi, Mbak Selvi jangan marah sama aku, ya. Aku cuma menyampaikannya aja,” ujar Mbak Atik menatap takut ke arahku.Seharusnya aku tidak terkejut lagi mendengar hal ini karena aku sudah menduga Mas Agus akan bersama Yuni. Tapi, aku tidak mengira jika Mas Agus akan mengambil langkah sejauh ini. Bahkan sampai menikah.“Yuni sendiri yang bilang ke ibu-ibu di sekitar sini. Dari sejak seminggu ini malah dia bilang akan menikah. Awalnya kami tidak mengira jika calon suaminya itu suamimu, Mbak. Tapi malam tadi, sebelum pergi dia sempat berpamitan pada tetangga di sebelahnya kalau dia akan pulang kampung bersama suamimu untuk menikah.” Mbak Atik kembali bercerita tanpa kuminta.Penuturannya bagai sambaran petir di siang bolong. Tanpa merasakan firasat yang berarti, aku justru men
last updateLast Updated : 2023-02-24
Read more

Kehilangan Ayuni

Belum juga debaran jantungku mereda mendengar kabar dari Mbak Atik barusan, kini kembali aku senam jantung mendapati Ayuni yang tidak ada di warung Mbak Jum.“Bercandanya jangan gini, Mbak. Aku liat sendiri tadi Ayuni berlari ke sini. Masak iya dia nggak ada di sini?” Kutelisik wajah Mbak Jum yang mungkin mengulum senyum karena mengerjaiku.Sebelumnya dia sering begini, mengatakan anak-anak tidak ada di sini, padahal tengah bermain di dalam rumahnya.Tapi kali ini, rautnya terlihat sama paniknya denganku. “Sumpah, Mbak Selvi! Ayuni memang belum mampir ke sini sejak tadi,” ucapnya serius.“Ya Allah, ke mana perginya anakku, Mbak?” pekikku histeris. Seketika persendianku kehilangan tenaga dan tubuhku merosot begitu saja ke lantai. Duniaku benar-benar runtuh rasanya. Dalam hitungan kurang dari satu jam, aku sudah mendapatkan dua kabar buruk sekaligus.Mbak Jum segera berlari menolongku, tapi aku tidak punya tenaga untuk bangkit. Semangatku menguap ketika orang-orang terdekatku mul
last updateLast Updated : 2023-02-24
Read more

Pria Bernama Salman

“Kamu apakan anak saya? Nggak pernah ada penjahat di sini! Jika Anda tidak berniat untuk menculiknya maka dia akan tetap aman.” Darahku seketika mendidih mendengar ucapan pria asing yang datang dari kota ini. Seenaknya dia menuduhku tidak bisa menjaga anak.Dia tidak mengerti seluk beluk daerah sini. Selama ini belum pernah ada kejadian penculikan anak atau pencurian barang berharga lainnya di perumahan ini karena letaknya yang terbilang cukup jauh ke pedalaman. Jarak dengan kampung sebelah mungkin ada sekitar 30km yang sepanjang perjalanan hanya dipenuhi perkebunan kelapa sawit.“Nggak di apa-apain, tanya saja sama Ayuni,” jawab pria bernama Heru itu santai sambil menunjuk pada Ayuni yang berada dalam pelukanku. Aku ikut menoleh pada Ayuni.“Tadi Ayuni teleponan sama oma dan opa, Ma. Ternyata paman Salman kenal sama Opa, Ma,” ucap Ayuni girang. Jawaban Ayuni tak pelak membuatku terkejut. Dia memanggil pria asing ini dengan sebutan paman Salman. Bukan kah kemarin pria ini memperlihat
last updateLast Updated : 2023-03-01
Read more

Mulut Super Kepo

Sempat kulihat sesaat Salman melotot kaget ketika mendengar pertanyaanku sebelum dia berhasil menguasai diri kembali. Terlebih tadi dia sempat bilang sudah melaporkan kepergian Mas Agus pada papa. Selain itu dia memperkenalkan nama yang berbeda padaku dan pada Ayuni. Aku semakin yakin jika dia datang ke sini memang mempunyai tujuan tersembunyi.“Aduh, saya nggak nyaman dikerubungi emak-emak begini. Bikin jantung serasa mau terbang. Kalau begitu pamit permisi dulu.” Salman merentangkan kedua tangannya ke depan untuk mengurai kerumunan ibu-ibu di depannya. Dalam beberapa langkah lebar dia berhasil mengeluarkan diri dari kerumunan.Salman pergi begitu saja tanpa memberi penjelasan padaku. Dia seperti sengaja menghindariku. Biar nanti kutanyakan pada papa langsung, pikirku.Begitu Salman kabur, para ibu-ibu pun membubarkan diri. Sebagian dari mereka ada yang kembali ke rumah masing-masing dan sebagian lagi memilih nongkrong ke warung Mbak Jum. Seperti aku yang ikut nongkrong ke sana ka
last updateLast Updated : 2023-03-02
Read more

Foto Pernikahan Mas Agus

“Siapa, Tik? Mas Agus?” Aku kembali mendekati Tika untuk memastikan foto yang diperlihatkannya.Kusentak ponsel dari tangan Tika dengan kasar. Perasaanku sudah tak menentu lagi ketika mendengar nama Mas Agus disebut. Aku ingin melihat rupa suamiku itu dalam balutan gaun pengantin.“Auu, pelan-pelan dong, Mbak. Kalau jatuh ponselku gimana? Mampu Mbak ganti?” ringis Tika mengusap jemarinya. Tak sengaja kukuku menggores jemarinya ketika aku meraih ponselnya.'Jangankan ponsel macam beginian. Ponsel dengan merek apel tergigit pun mampu aku beli. Kalau minta ke papa,' ucapku membatin. Tapi bukan ini fokusku sekarang, aku tidak peduli dengan sikap Tika yang mulai lancang padaku.“Maaf, maaf, Tik. Aku penasaran liat foto Mas Agus.” Kata yang akhirnya keluar dari mulutku.“Penasaran sih penasaran, Mbak. Tapi hati-hati juga dong. Ponsel mahal aku tuh, 2 juta setengah aku beli. Kalau rusak, aku yakin Mbak nggak bakalan mampu beli.” Tika kembali mencecarku. Sekarang baru aku mengerti ucapannya
last updateLast Updated : 2023-03-03
Read more

Pria Penuh Misteri

Aku berdecak kesal menyadari Salman yang berjalan di samping Rafni. ‘Dia pasti akan meledekku lagi,' ringisku membatin. Entah kenapa, bawaannya aku langsung emosi melihat wajah Salman mengingat dia yang mulai ikut campur dalam kehidupanku.“Itu Rafni sudah pulang, Mbak Sel.” Tika ikut menyadari kedatangan Rafni. “Wuaah, baik bener Mas wartawan, sampai belain jemput Rafni,” sambung Tika menegur Salman yang berada di samping Rafni.“Kasian liat anak orang clingak clinguk di depan gerbang sekolah mencari orang tuanya. Sementara bapaknya sudah sibuk dengan perempuan lain, sementara mamanya lagi stress mikirin kelakuan lakinya.” Salman ternyata mendengar ucapan Tika. Sindiran pria berpostur tinggi itu tepat menghunjam jantungku. Tanpa melihat pun aku yakin dia sedang tersenyum mengejek ke arahku.“Aku nggak pernah meminta kamu untuk menjemput anakku! Kalau tujuanmu menyelamatkan anak-anakku hanya untuk mengejekku, terima kasih banyak atas perhatian pura-puramu itu,” dengkusku meluapkan k
last updateLast Updated : 2023-03-06
Read more

Pingsan Lagi

“Mbak Selvi, kamu bisa mengenalku?”Suara serta wajah Tika yang kulihat pertama kali. Mengapa pula dia harus bertanya seperti itu, pikirku. Tanpa melihat wajahnya pun aku sudah tahu kalau itu dia dari suaranya.“Seluruh wajahmu memenuhi penglihatanku, Tika. Bagaimana mungkin aku tidak mengenalmu,” racauku terdengar sengau, seperti orang bangun tidur.Kenapa pula aku tertidur? Bukannya tadi aku berada di warung Mbak Jum? Rasa penasaran mulai berkecamuk di kepalaku. Tapi aku tidak bisa menemukan jawaban apa pun.kukerjapkan mata untuk menjernihkan penglihatan. Selain wajah Tika yang tampil penuh di depanku, aku berusaha mengenali tempatku terbaring saat ini, ruangannya terasa asing.Seingatku tadi sedang berbelanja di warung Mbak Jum. Entah kenapa aku bisa berujung terbaring di ruangan asing ini.“Kita berada di ruangan praktik Bidan Fitri. Tadi Mbak Selvi pingsan di warung Mbak Jum.” Tika sepertinya menyadari netraku yang melirik ke segala arah. Dia langsung menjelaskan tanpa aku bert
last updateLast Updated : 2023-03-09
Read more

Pria di Masa Lalu

“Bisa nggak kamu nggak usah datang? Merusak mood aku aja mendengar ucapanmu itu,” dengkusku membuang muka mendapati Salman yang berdiri di depan pintu.“Apalagi melihat wajah menyebalkanmu itu. Rasanya dari semenjak zaman purba dulu kita sudah ditakdirkan untuk bermusuhan,” sambungku tapi dengan suara dipelankan. Biar bagaimana pun aku juga enggan mencari masalah terang-terangan.“Aku harus datang supaya pikiranmu itu terbuka. Nggak melulu cinta buta pada pria tak tau diri itu.” Dengan santainya dia berucap seperti itu sambil berjalan mendekatiku. Salman pun tidak peduli dengan Tika dan Bidan Fitri yang mendengar ucapannya.Tuh ‘kan, aku rasa mulutnya itu sudah disetel untuk selalu berucap ketus.“Aku rasa kamu di sini yang lebih tidak tahu diri, ikut campur dalam urusan rumah tangga orang. Memangnya kamu siapa?” Mulutku tak kalah pedas mencecarnya. Bukannya aku menutup mata atas bantuan Salman selama ini, tapi setiap kalimat yang keluar dari mulutnya selalu memancing emosiku. Sepert
last updateLast Updated : 2023-03-12
Read more

Berduaan

“Oh, oh. Aku baru ingat, pantas saja bawaannya aku pengen marah setiap ketemu kamu. Ternyata memang dari dulu kita sudah musuhan.” Di kepalaku seperti menyala sebuah bohlam, membuka semua tabir masa lalu ketika dulu aku sering melihat wajah itu sembunyi-sembunyi tak jauh dari tempatku nongkrong bersama Mas Agus.“Aku baru ingat, ternyata itu memang kamu!” sambungku ketika wajah Salman semakin jelas dalam ingatanku.Kuperhatikan Lamat wajah pria dengan garis rahang sedikit menonjol di depanku ini. Dalam hati aku merutuki diri yang tidak bisa mengenalnya lebih cepat. Jika aku sedikit teliti, wajahnya tidak terlalu banyak berubah, hanya guratan halus di dahinya yang menandakan usianya sudah bertambah.Meski berusaha menutupi, aku tahu Salman salah tingkah mendengar ucapanku. Wajah putih bersihnya itu terlihat memerah hingga ke daun telinganya.“Aku tak sangka, hingga usia tua begini ternyata kamu masih saja mau mengikuti perintah papa untuk membuntutiku,” ujarku menyunggingkan senyum mir
last updateLast Updated : 2023-03-13
Read more
PREV
1
...
34567
...
11
DMCA.com Protection Status