Share

Pria di Masa Lalu

“Bisa nggak kamu nggak usah datang? Merusak mood aku aja mendengar ucapanmu itu,” dengkusku membuang muka mendapati Salman yang berdiri di depan pintu.

“Apalagi melihat wajah menyebalkanmu itu. Rasanya dari semenjak zaman purba dulu kita sudah ditakdirkan untuk bermusuhan,” sambungku tapi dengan suara dipelankan. Biar bagaimana pun aku juga enggan mencari masalah terang-terangan.

“Aku harus datang supaya pikiranmu itu terbuka. Nggak melulu cinta buta pada pria tak tau diri itu.” Dengan santainya dia berucap seperti itu sambil berjalan mendekatiku. Salman pun tidak peduli dengan Tika dan Bidan Fitri yang mendengar ucapannya.

Tuh ‘kan, aku rasa mulutnya itu sudah disetel untuk selalu berucap ketus.

“Aku rasa kamu di sini yang lebih tidak tahu diri, ikut campur dalam urusan rumah tangga orang. Memangnya kamu siapa?” Mulutku tak kalah pedas mencecarnya.

Bukannya aku menutup mata atas bantuan Salman selama ini, tapi setiap kalimat yang keluar dari mulutnya selalu memancing emosiku. Sepert
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status