All Chapters of SETELAH IBUKU MENIKAHI BERONDONG: Chapter 71 - Chapter 80

207 Chapters

71. Pulang

"Ada apa, La?" tanya Mitha antusias, mungkin karena melihat raut wajahku yang cemas."Mama masuk rumah sakit, asmanya kambuh. Barusan Om Dimas yang menelepon menggunakan nomor Mama.""Terus?""Gue harus ke sana.""Enggak apa-apa, gue antar. Ayo!" Mitha bangkit sambil merapikan rambutnya."Enggak!" Aku menggeleng sambil tetap duduk di atas kasur."Kenapa? Bukankah Mama Lo di rumah sakit, kita harus segera ke sana, La ""Kita berdua?!" Aku menyipit."Terus sama siapa lagi?" Mitha juga memicing."Gak mungkin, masa kita datang berdua ke rumah sakit. Nanti mama akan mempertanyakan kenapa gue malam-malam seperti ini ke rumah sakit tanpa Om Do. Lagian gue tidak berani berhadapan dengan pria itu.""Kan ada Gue."Aku menggeleng. Berangkat berdua bersama Mitha malam-malam seperti ini dan harus berhadapan dengan om Dimas? Aku tidak mau."Oke, kalau begitu kita minta antar sama supir gue aja."Aku tetap menggeleng."Ya terus gimana?"Aku membuang nafas kasar, ini situasi benar-benar tidak bisa di
last updateLast Updated : 2023-01-17
Read more

72. Terima kasih, Mhita.

Aku mencebik. Awalnya malas harus menelepon Om Do karena belum mau berbicara dengannya. Tapi tidak ada pilihan lain, aku memang harus menelepon dia. Baru saja aku mengangkat ponsel bermaksud menghubunginya, bersamaan dengan itu pintu toko terbuka dan sesaat setelahnya pria itu nampak keluar dengan wajah datar.Aku ragu untuk bicara duluan, akhirnya hanya saling pandang dengan Mitha."Aku ... " "Lala pergi ke rumahku, Om, tadi dia yang memintaku menjemputnya di sini. Aku gak tahu dan gak mau tahu urusan kalian, tapi sekarang Lala balik karena barusan ada telepon, katanya Mamanya di rumah sakit." Tanpa diminta Mitha membantuku untuk menjelaskan."Terima kasih, Mitha, sudah menjaga istri saya," jawab Om Do sambil tersenyum ke arah Mitha.Dia tersenyum? Apa karena pada Mitha? Atau memang dia tidak marah?"Kalau begitu, aku permisi ya, Om. Lala sudah aku kembalikan pada yang berhak. Baru saja beberapa jam katanya dia sudah kangen sama suaminya. Hihihi .... " Refleks aku mencubit lengan M
last updateLast Updated : 2023-01-17
Read more

73. Tidak Bertegur Sapa

Hampir satu jam kami di perjalanan, tanpa suara. Begitu sampai di rumah sakit, kami langsung menuju ruangan tempat Mama dirawat. Beberapa menit yang lalu Om Dimas mengirimkan nama ruangannya melalui ponsel Mama."Mama," ucapanku lirih ketika melihat Mama terbaring dengan alat bantu pernafasan. Om Dimas yang duduk di sofa tak jauh dari ranjang tempat Mama berbaring segera berdiri ketika melihat kami datang. Mama hanya melirikku dengan sedikit gerakkan tangannya. "Lala sudah di sini, Ma. Mama cepet sembuh, ya." Aku mendekat dan mengusap lengan Mama. Wanita yang telah melahirkan aku itu mengangguk dengan sedikit senyuman. "Mama pasti kecapean," lanjutku sambil menatapnya."Mama kamu itu pekerja keras, La. Kalau tidak diingatkan mana ada waktu untuk makan dan beristirahat." Tanpa diminta, Om Dimas menjelaskan.Mendengar pria itupun bersuara, aku hanya melihatnya sekilas. Di depan Mama, aku berusaha untuk bersikap biasa saja pada Papa tiriku itu. Jelas saja Mama bekerja keras, karena
last updateLast Updated : 2023-01-17
Read more

74. Bersandiwara

Aku tahu Om Do hanya sedang bersandiwara di depan Mama. Supaya Mama tidak curiga apa yang terjadi sebenarnya di antara kami dan kehidupan rumah tangga kami. Apalagi sekarang Mama sedang sakit."Faldo terlihat sangat menyayangimu, Sayang," kata Mama lirih sambil tersenyum."Iya, Ma. Mas Faldo baik dan menyayangi Lala.""Satu yang membuat Mama salut sama Faldo, dia mau menerima keadaanmu yang sudah berbadan dua. Kadang pria yang mencintaimu saja akan mundur jika kekasihnya punya kekasih lain. Faldo malah maju ketika tahu Rendy ingkar janji. Kamu beruntung, Sayang. Mama harap kamu mau belajar mencintainya dan jangan pernah meninggalkan pria seperti Faldo." "Ma, Mama istirahat saja, ya. Jangan banyak bicara dulu." Aku membetulkan selimut Mama, berharap wanita ini mau memejamkan mata. Selain karena sudah malam, aku juga sedang tidak ingin membahas pernikahanku lebih lanjut."Kamu juga istirahat, ya. Kasihan cucu Mama kalau diajak begadang." "Iya, Ma. Lala tidur di sofa."Mama mengangguk
last updateLast Updated : 2023-01-17
Read more

75. Sudah Terbiasa

"Tidak ada yang salah bukan? Kita suami-istri, kita halal. Yang salah itu pikiran kamu. Lagipula yang seharusnya marah itu aku, bukan kamu, kenapa jadi terbalik. Jujur saja aku pun masih marah, tentang kehamilan itu, aku sangat marah. Belum juga reda, kamu sudah kabur. Masih beruntung aku menutupi kejadian ini di hadapan Mama, kalau aku mau jahat, aku bisa saja mengatakan bahwa kamu pergi tanpa pamit dan buktinya ada, trolly bag kamu itu ada di mobil. Aku bisa bilang sama Mama sekarang juga kalau kehamilanmu itu bohong," ucapnya panjang lebar membuatku diam tak bisa berkata. Lagi, kubuang nafas kasar sambil memainkan ujung kerudung."Dan sekarang, hanya karena aku memindahkanmu ke pangkuanku kamu sudah marah-marah tanpa tahu apa yang sebenarnya terjadi.""Tanpa izin aku dulu?""Jangan bicara masalah izin. Seorang istri yang seharusnya minta izin ketika akan pergi, bukankah begitu? Lalu seorang suami disalahkan ketika menyentuh istrinya, bahkan dalam keadaan darurat. Ingat, aku masih m
last updateLast Updated : 2023-01-17
Read more

76. Baper

"Ini, Ma. Mas Faldo terbiasa tidur tanpa bantal," jawabku cepat sebelum Om Do menjawab."Oh ... Mama kira Faldo terbiasa tidur di bawah. Makanya Mama mau marah sama kamu. Masa suami dibiarkan tidur di lantai. Oh iya, tapi kalian di rumah tidur bersama, 'kan, satu ranjang? Biasanya kalau yang nikah dijodohkan atau terpaksa itu yang satu tidur di sofa yang satu tidur di ranjang atau sekalipun tidur di ranjang biasanya saling membelakangi. Mama khawatir itu tidak terjadi sama kalian."Duh, Mama!"Enggak, Ma. Kami enggak seperti itu, kok." Aku melirik Om Do yang tersenyum sinis.Namun detik berikutnya, tanpa kusangka dia bangkit dan duduk di dekatku."Awalnya Lala juga malu-malu, Ma. Maklum saja, karena kami memang tidak saling mengenal. Tapi setelah beberapa hari kehidupan rumah tangga kami berjalan normal. Benar 'kan, Sayang?" Kejutan berikutnya, Om Do memelukku sambil mencubit hidungku, sontak saja itu membuatku kaget."I-iya benar," jawabku setengah gugup sambil menoleh kearah Mama. S
last updateLast Updated : 2023-01-17
Read more

77. Ponsel Rendy aktif

Aku hanya bisa diam ketika usapannya di kepalaku terus berlanjut hingga aku merasa nyaman. Rasanya semua kegelisahan ini hilang, apakah ini artinya aku sudah mulai menerima pria ini sebagai suamiku. Mungkin bukan juga, karena usapan itu, terlepas dari siapa yang melakukannya, memang akan terasa menenangkan.***Pagi harinya Mama kelihatan segar, penyakit asmanya memang sering kambuh terlebih kalau beliau kecapean dan banyak pikiran. Tapi asal sudah minum obat dan beristirahat, sudah pasti mendingan."Kalau kamu mau berangkat kuliah, berangkat saja, La. Mama sudah baikan kok, sebentar lagi Om Dimas pasti akan ke sini," kata Mama ketika aku dan Om Do baru saja pulang dari musholla selesai menunaikan salat subuh. Aku terpaksa ikut keluar berpura-pura melaksanakan salat karena Mama belum tahu keadaanku yang sebenarnya."Tapi Mama sendirian di sini.""Sebentar lagi Om Dimas juga pasti ke sini, kamu jangan khawatir.""Bagaimana kalau Om Dimas tidak ke sini?""Setelah mengantar Lala ke kampu
last updateLast Updated : 2023-01-18
Read more

78. Bukan Aku

[Kita ketemu di cafe biasa siang ini. Aku harap kamu bisa datang, La.]Aku menyerahkan ponsel pada Mitha supaya gadis itu membaca pesan dari Rendy barusan."Ya sudah, kita temui Rendy nanti, jangan dulu ngomong sama suami Lo. Kita cari alasan supaya dia tidak menjemput Lo ke sini."Akhirnya aku bersama Mitha dan Ghea bermaksud menemui Rendy siang ini di cafe yang biasa kami gunakan untuk nongkrong sewaktu dulu. Sebelumnya ku mengirim pesan pada Om Do supaya tidak menjemputku dengan alasan aku bersama dua sahabatku akan mengerjakan tugas di rumah Mitha.Pria itu mengizinkan aku tanpa penolakan. Dia sudah tidak se-ketat dulu dan juga sudah percaya pada Mitha setelah insiden aku kabur hari itu.Dengan berpegangan pada tangan Mitha, aku melangkah memasuki cafe. Kenapa aku grogi akan bertemu Rendy siang ini. Hari itu di mana Rendy tidak datang di hari pernikahan kami, jujur saja aku sangat kecewa dan marah pada pria itu. Tapi setelah hampir dua bulan kejadian itu berlalu, aku baru sadar ba
last updateLast Updated : 2023-01-18
Read more

79. Berubah Pikiran

"Jelas saja aku tidak ada karena itu memang bukan aku."Aku berpikir sejenak, kalau bukan Rendy lalu siapa? Apa jangan-jangan Om Dimas. Bukankah saat itu Mitha bertemu dengan pria itu dan aku melihat mobilnya. Iya, bisa jadi Om Dimas, lalu apa maksudnya mengirimkan pesan mengatasnamakan Rendy. Apa dia mau mencoba mengajakku bertemu lalu berbuat kurang ajar?Aku bergidik membayangkan itu, masih beruntung saat itu aku pergi bersama dua sahabatku. Kalau benar itu Om Dimas yang bermaksud jahat padaku, alhamdulillah aku masih dilindungi."Sudahlah, jangan dibahas, karena maksudku ke sini bukan untuk membahas yang lain. Aku kangen sama kamu, Lala." Aku mengangkat wajah begitu Rendy mengucapkan kalimat terakhirnya. Hatiku berdesir. Rendy merindukan aku, lalu kenapa hari itu ...."Bukan kalimat itu yang ingin aku dengar darimu. Aku ingin penjelasan kenapa hari itu kamu tidak datang. Tahu enggak, kamu telah menghancurkan semuanya, Ren. Impianku, harapanku, cintaku .... " "Sungguh, ini diluar
last updateLast Updated : 2023-01-18
Read more

80. Ayo Kita Pulang

"Tidak bisa, aku ingin kembali pada Lala. Aku harap Om mau melepaskannya untukku.""Kalau aku bersikeras bilang tidak, kamu mau apa? Apalagi sekarang kami sudah saling jatuh cinta. Aku mencintainya begitupun Lala.""Apa?!" Sontak Aku menoleh ke arahnya dan menajamkan tatapan."Sayang ... Apa kamu akan menyangkalnya di depan Rendy? Bukankah kita sudah saling mengungkapkan perasaan itu?" Om Do mendekat lalu meraih tubuhku, detik berikutnya aku sudah berada dalam pelukannya. Tanpa kusangka wajahnya mendekat seperti hendak mencium kepalaku."Iyakan saja, jangan menyangkal," bisiknya di telingaku setelah itu terasa kecupan lembut di ujung kepalaku."Kalian penghianat!" Rendy berkata dengan geram."Aku bukan penghianat, wahai keponakanku yang baik. Aku hanya sedang menyelamatkan dua keluarga dari pecundang sepertimu," jawab Om Do tenang."Aku bukan pecundang, aku sudah bilang sama Lala kalau saat itu aku dijebak dan disekap.""Kamu pikir aku akan percaya begitu saja pada omonganmu?!""Aku j
last updateLast Updated : 2023-01-18
Read more
PREV
1
...
678910
...
21
DMCA.com Protection Status