Share

73. Tidak Bertegur Sapa

Penulis: Tetiimulyati
last update Terakhir Diperbarui: 2023-01-17 13:02:02

Hampir satu jam kami di perjalanan, tanpa suara. Begitu sampai di rumah sakit, kami langsung menuju ruangan tempat Mama dirawat. Beberapa menit yang lalu Om Dimas mengirimkan nama ruangannya melalui ponsel Mama.

"Mama," ucapanku lirih ketika melihat Mama terbaring dengan alat bantu pernafasan.

Om Dimas yang duduk di sofa tak jauh dari ranjang tempat Mama berbaring segera berdiri ketika melihat kami datang.

Mama hanya melirikku dengan sedikit gerakkan tangannya.

"Lala sudah di sini, Ma. Mama cepet sembuh, ya." Aku mendekat dan mengusap lengan Mama.

Wanita yang telah melahirkan aku itu mengangguk dengan sedikit senyuman.

"Mama pasti kecapean," lanjutku sambil menatapnya.

"Mama kamu itu pekerja keras, La. Kalau tidak diingatkan mana ada waktu untuk makan dan beristirahat." Tanpa diminta, Om Dimas menjelaskan.

Mendengar pria itupun bersuara, aku hanya melihatnya sekilas. Di depan Mama, aku berusaha untuk bersikap biasa saja pada Papa tiriku itu. Jelas saja Mama bekerja keras, karena
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Prapto Vera
ayolah, La!gak usah ngelak, kamu tu udah cinta sama omDo.segera sadar ngapa sih?omDo juga udah tau semua cerita hidup lo kan
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • SETELAH IBUKU MENIKAHI BERONDONG   74. Bersandiwara

    Aku tahu Om Do hanya sedang bersandiwara di depan Mama. Supaya Mama tidak curiga apa yang terjadi sebenarnya di antara kami dan kehidupan rumah tangga kami. Apalagi sekarang Mama sedang sakit."Faldo terlihat sangat menyayangimu, Sayang," kata Mama lirih sambil tersenyum."Iya, Ma. Mas Faldo baik dan menyayangi Lala.""Satu yang membuat Mama salut sama Faldo, dia mau menerima keadaanmu yang sudah berbadan dua. Kadang pria yang mencintaimu saja akan mundur jika kekasihnya punya kekasih lain. Faldo malah maju ketika tahu Rendy ingkar janji. Kamu beruntung, Sayang. Mama harap kamu mau belajar mencintainya dan jangan pernah meninggalkan pria seperti Faldo." "Ma, Mama istirahat saja, ya. Jangan banyak bicara dulu." Aku membetulkan selimut Mama, berharap wanita ini mau memejamkan mata. Selain karena sudah malam, aku juga sedang tidak ingin membahas pernikahanku lebih lanjut."Kamu juga istirahat, ya. Kasihan cucu Mama kalau diajak begadang." "Iya, Ma. Lala tidur di sofa."Mama mengangguk

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-17
  • SETELAH IBUKU MENIKAHI BERONDONG   75. Sudah Terbiasa

    "Tidak ada yang salah bukan? Kita suami-istri, kita halal. Yang salah itu pikiran kamu. Lagipula yang seharusnya marah itu aku, bukan kamu, kenapa jadi terbalik. Jujur saja aku pun masih marah, tentang kehamilan itu, aku sangat marah. Belum juga reda, kamu sudah kabur. Masih beruntung aku menutupi kejadian ini di hadapan Mama, kalau aku mau jahat, aku bisa saja mengatakan bahwa kamu pergi tanpa pamit dan buktinya ada, trolly bag kamu itu ada di mobil. Aku bisa bilang sama Mama sekarang juga kalau kehamilanmu itu bohong," ucapnya panjang lebar membuatku diam tak bisa berkata. Lagi, kubuang nafas kasar sambil memainkan ujung kerudung."Dan sekarang, hanya karena aku memindahkanmu ke pangkuanku kamu sudah marah-marah tanpa tahu apa yang sebenarnya terjadi.""Tanpa izin aku dulu?""Jangan bicara masalah izin. Seorang istri yang seharusnya minta izin ketika akan pergi, bukankah begitu? Lalu seorang suami disalahkan ketika menyentuh istrinya, bahkan dalam keadaan darurat. Ingat, aku masih m

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-17
  • SETELAH IBUKU MENIKAHI BERONDONG   76. Baper

    "Ini, Ma. Mas Faldo terbiasa tidur tanpa bantal," jawabku cepat sebelum Om Do menjawab."Oh ... Mama kira Faldo terbiasa tidur di bawah. Makanya Mama mau marah sama kamu. Masa suami dibiarkan tidur di lantai. Oh iya, tapi kalian di rumah tidur bersama, 'kan, satu ranjang? Biasanya kalau yang nikah dijodohkan atau terpaksa itu yang satu tidur di sofa yang satu tidur di ranjang atau sekalipun tidur di ranjang biasanya saling membelakangi. Mama khawatir itu tidak terjadi sama kalian."Duh, Mama!"Enggak, Ma. Kami enggak seperti itu, kok." Aku melirik Om Do yang tersenyum sinis.Namun detik berikutnya, tanpa kusangka dia bangkit dan duduk di dekatku."Awalnya Lala juga malu-malu, Ma. Maklum saja, karena kami memang tidak saling mengenal. Tapi setelah beberapa hari kehidupan rumah tangga kami berjalan normal. Benar 'kan, Sayang?" Kejutan berikutnya, Om Do memelukku sambil mencubit hidungku, sontak saja itu membuatku kaget."I-iya benar," jawabku setengah gugup sambil menoleh kearah Mama. S

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-17
  • SETELAH IBUKU MENIKAHI BERONDONG   77. Ponsel Rendy aktif

    Aku hanya bisa diam ketika usapannya di kepalaku terus berlanjut hingga aku merasa nyaman. Rasanya semua kegelisahan ini hilang, apakah ini artinya aku sudah mulai menerima pria ini sebagai suamiku. Mungkin bukan juga, karena usapan itu, terlepas dari siapa yang melakukannya, memang akan terasa menenangkan.***Pagi harinya Mama kelihatan segar, penyakit asmanya memang sering kambuh terlebih kalau beliau kecapean dan banyak pikiran. Tapi asal sudah minum obat dan beristirahat, sudah pasti mendingan."Kalau kamu mau berangkat kuliah, berangkat saja, La. Mama sudah baikan kok, sebentar lagi Om Dimas pasti akan ke sini," kata Mama ketika aku dan Om Do baru saja pulang dari musholla selesai menunaikan salat subuh. Aku terpaksa ikut keluar berpura-pura melaksanakan salat karena Mama belum tahu keadaanku yang sebenarnya."Tapi Mama sendirian di sini.""Sebentar lagi Om Dimas juga pasti ke sini, kamu jangan khawatir.""Bagaimana kalau Om Dimas tidak ke sini?""Setelah mengantar Lala ke kampu

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-18
  • SETELAH IBUKU MENIKAHI BERONDONG   78. Bukan Aku

    [Kita ketemu di cafe biasa siang ini. Aku harap kamu bisa datang, La.]Aku menyerahkan ponsel pada Mitha supaya gadis itu membaca pesan dari Rendy barusan."Ya sudah, kita temui Rendy nanti, jangan dulu ngomong sama suami Lo. Kita cari alasan supaya dia tidak menjemput Lo ke sini."Akhirnya aku bersama Mitha dan Ghea bermaksud menemui Rendy siang ini di cafe yang biasa kami gunakan untuk nongkrong sewaktu dulu. Sebelumnya ku mengirim pesan pada Om Do supaya tidak menjemputku dengan alasan aku bersama dua sahabatku akan mengerjakan tugas di rumah Mitha.Pria itu mengizinkan aku tanpa penolakan. Dia sudah tidak se-ketat dulu dan juga sudah percaya pada Mitha setelah insiden aku kabur hari itu.Dengan berpegangan pada tangan Mitha, aku melangkah memasuki cafe. Kenapa aku grogi akan bertemu Rendy siang ini. Hari itu di mana Rendy tidak datang di hari pernikahan kami, jujur saja aku sangat kecewa dan marah pada pria itu. Tapi setelah hampir dua bulan kejadian itu berlalu, aku baru sadar ba

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-18
  • SETELAH IBUKU MENIKAHI BERONDONG   79. Berubah Pikiran

    "Jelas saja aku tidak ada karena itu memang bukan aku."Aku berpikir sejenak, kalau bukan Rendy lalu siapa? Apa jangan-jangan Om Dimas. Bukankah saat itu Mitha bertemu dengan pria itu dan aku melihat mobilnya. Iya, bisa jadi Om Dimas, lalu apa maksudnya mengirimkan pesan mengatasnamakan Rendy. Apa dia mau mencoba mengajakku bertemu lalu berbuat kurang ajar?Aku bergidik membayangkan itu, masih beruntung saat itu aku pergi bersama dua sahabatku. Kalau benar itu Om Dimas yang bermaksud jahat padaku, alhamdulillah aku masih dilindungi."Sudahlah, jangan dibahas, karena maksudku ke sini bukan untuk membahas yang lain. Aku kangen sama kamu, Lala." Aku mengangkat wajah begitu Rendy mengucapkan kalimat terakhirnya. Hatiku berdesir. Rendy merindukan aku, lalu kenapa hari itu ...."Bukan kalimat itu yang ingin aku dengar darimu. Aku ingin penjelasan kenapa hari itu kamu tidak datang. Tahu enggak, kamu telah menghancurkan semuanya, Ren. Impianku, harapanku, cintaku .... " "Sungguh, ini diluar

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-18
  • SETELAH IBUKU MENIKAHI BERONDONG   80. Ayo Kita Pulang

    "Tidak bisa, aku ingin kembali pada Lala. Aku harap Om mau melepaskannya untukku.""Kalau aku bersikeras bilang tidak, kamu mau apa? Apalagi sekarang kami sudah saling jatuh cinta. Aku mencintainya begitupun Lala.""Apa?!" Sontak Aku menoleh ke arahnya dan menajamkan tatapan."Sayang ... Apa kamu akan menyangkalnya di depan Rendy? Bukankah kita sudah saling mengungkapkan perasaan itu?" Om Do mendekat lalu meraih tubuhku, detik berikutnya aku sudah berada dalam pelukannya. Tanpa kusangka wajahnya mendekat seperti hendak mencium kepalaku."Iyakan saja, jangan menyangkal," bisiknya di telingaku setelah itu terasa kecupan lembut di ujung kepalaku."Kalian penghianat!" Rendy berkata dengan geram."Aku bukan penghianat, wahai keponakanku yang baik. Aku hanya sedang menyelamatkan dua keluarga dari pecundang sepertimu," jawab Om Do tenang."Aku bukan pecundang, aku sudah bilang sama Lala kalau saat itu aku dijebak dan disekap.""Kamu pikir aku akan percaya begitu saja pada omonganmu?!""Aku j

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-18
  • SETELAH IBUKU MENIKAHI BERONDONG   81. Jawaban Jujur

    Aku memutar bola mata sambil menghentakkan kaki lalu mengikutinya menuju mobil. Lagi-lagi, tak ada percakapan selama perjalanan. Aku masih belum mengerti kenapa pria ini bisa tahu aku ada di cafe itu bersama Rendy. Apa mungkin kedua sahabatku yang memberi tahu Om Do atau justru Rendy sendiri. Mobil berbelok ke sebuah restoran yang cukup besarnya. Aku tahu ini bukan restoran biasa. Mama dan Papa dulu sering mengajakku makan di restoran yang punya cabang di mana-mana ini. Menunya memang luar biasa enak dan harganya luar biasa mahal. Tapi apakah Om Do punya uang sebanyak itu untuk membayar makanan di sini."Ayo turun, kenapa bengong?""Ah, ya. Aku .... ""Takut aku gak bisa bayar makanan sultan di sini yang harganya bikin dompet jebol?"Ya ampun, kenapa Om Do tahu apa yang sedang kupikirkan? Jangan-jangan dia punya ilmu telepati hingga sering mengetahui isi hatiku. Bagaimana kalau dia tahu juga aku sering merasa nyaman berada di dekatnya? Gawat!"Bu-bukan .... ""Tenang saja, paling jug

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-18

Bab terbaru

  • SETELAH IBUKU MENIKAHI BERONDONG   207. Bahagia Akhirnya

    Lala"Sah!!" ucap dua orang saksi secara bersamaan. Kami yang berada di ruangan tengah rumah orang tua Bu Zaskia pun serempak mengucap alhamdulillah. Setelah sempat gagal satu kali, Mas Danang akhirnya lancar mengucap ijab kabul. Detik ini juga Mas Dadang dan Bu Zaskia resmi menjadi suami istri. Kudengar Mas Faldo pun mengucap syukur dengan suara yang begitu lirih. Sesaat setelah itu aku pun menoleh ke arahnya. Ternyata suamiku itu pun sedang melakukan hal yang sama. "Terima kasih sudah membantu," ucapnya lirih. "Aku tidak melakukan apa pun, Mas.""Sekecil apa pun, sangat berarti. Sekarang aku sangat lega. Akhirnya Zaskia berada di tangan yang tepat."Aku bisa mengerti kenapa Mas Faldo merasa lega seperti itu. Dalam hatinya mungkin masih ada rasa bersalah telah membiarkan Bu Zaskia salah paham selama bertahun-tahun. Lima hari yang lalu, pagi-pagi sekali Bu Zaskia datang ke rumah kami. Beruntung saat itu kami belum berangkat ke rumah Mama karena malamnya Mas Faldo sudah merencanak

  • SETELAH IBUKU MENIKAHI BERONDONG   206. Kesaksian

    "Di mana kamu, Zaskia?! Cepat pulang! Jangan bikin malu Ayah!!"Suara Ayah bagai petir menyambar telingaku. Sampai-sampai aku menjauhkan benda pipih tersebut dari kepalaku. Tidak seperti biasanya, Ayah berkata dengan nada tinggi seperti itu. Apa telah terjadi sesuatu? Jangan-jangan Anjar mengadu pada Ayah melalui telepon, karena tidak mungkin kalau pria itu sudah sampai di rumah Ayah. "Iya, Yah. Sebentar lagi aku sampai di rumah .... ""Ayah tunggu kamu dan jelaskan semuanya!"Tak salah lagi, Anjar bergerak cepat mengadu pada Ayah. Bisa jadi ia memutar balik fakta atau mengarang cerita supaya aku salah di mata Ayah. Jika benar seperti itu, maka makin ketahuan sifat aslinya. Beruntung, aku belum menyetujui perjodohan ini. "Tunggu! Apa bapak-bapak bisa menolong saya sekali lagi?" Aku menghentikan langkah, dua orang yang ada di depanku pun spontan berhenti."Maksudnya gimana, Neng?" tanya salah satunya.Akhirnya aku menceritakan detail permasalahan ini pada dua orang di hadapanku secar

  • SETELAH IBUKU MENIKAHI BERONDONG   205. Cepat Pulang!

    "Beneran tidak ada jalan lain, Pak?" "Beneran, Neng." Untuk beberapa saat aku hanya mematung. Bingung harus bagaimana. Mana malam semakin larut. Aku juga tidak terbiasa pergi sendirian apalagi malam-malam seperti ini. Apa baiknya aku menelepon Mas Faldo atau Danang. Ah, malu rasanya jika meminta tolong padanya.Pada saat bersamaan, tiba-tiba telingaku menangkap suara derap langkah beberapa orang. Sepertinya ada yang berlari lebih dari satu orang. Selain gelap, di sini juga banyak tanaman seperti pohon pisang dan pohon lainnya. Jadi tidak begitu terlihat orangnya, hanya suaranya. Curiga kalau itu Anjar yang mencariku, maka tanpa pikir panjang lagi aku langsung berlari ke arah pintu pagar warga yang rumahnya terletak di belakang pos ronda ini."Tolong jika ada yang mencari saya, jangan kasih tahu. Mereka orang jahat." Kuucapkan itu sebelum tubuhku hilang di balik pagar. Aku pun segera berjongkok dan memasang telinga karena pagarnya hanya sebatas dada orang dewasa. Beruntung tadi pintu

  • SETELAH IBUKU MENIKAHI BERONDONG   204. Kabur

    Aku terus berlari melewati koridor hotel yang sepi. Suara sepatuku yang beradu dengan lantai terdengar jelas. Tak peduli orang-orang akan heran melihat dan mendengarnya, aku terus berlari hingga mencapai pintu lift. Dengan tangan gemetar, aku menekan angka satu. Kedua tanganku saling bertaut dengan keringat dingin mengucur di sana. Sekarang sudah jelas, Anjar berniat melecehkan aku, dari sini aku bisa mengambil kesimpulan kalau dia bukan pria baik-baik. Pantas saja begitu mudahnya saling bersentuhan dengan Nabila. Semua terjawab sudah dalam beberapa menit saja. Setelah pintu lift terbuka, tergesa-gesa aku menuju satu-satunya pintu keluar yang terdapat di lobby hotel ini. Namun, langkahku tertahan lantaran di sana terlihat Nabila tengah berdiri bersama teman prianya. Apa mungkin gadis itu sengaja menungguku. Di sini aku yakin kalau Nabila dan Anjar bekerja sama. Bisa jadi, ketika aku berada di lift tadi, Anjar menghubungi Nabila supaya mencegatku di tempat itu.Tanpa pikir panjang la

  • SETELAH IBUKU MENIKAHI BERONDONG   203. Janggal

    "Kita naik lift saja." Anjar berbelok ke arah lift. Padahal kami hanya berada di lantai dua, tadi saja sewaktu naik kami menggunakan tangga biasa. Kenapa sekarang turun harus menggunakan lift?"Pake tangga saja." Aku menolak secara halus sebab risih jika harus berduaan di dalam lift. "Perutku sudah kenyang, rasanya enggan untuk melangkah meskipun itu menuruni anak tangga." Anjar beralasan sambil mengusap perutnya. Sementara satu tangannya sibuk mengetik di layar ponsel."Kalau begitu, Mas saja yang naik lift. Saya turun pakai tangga saja." Setelah berkata seperti itu aku pun hendak melangkah."Tunggu! Bagaimana kata orang nanti kalau kita jalan masih pisah-pisah. Please," kata Anjar seraya menahan langkahku dengan cara meraih tangan kananku meskipun detik berikutnya aku menariknya hingga terlepas.Tidak mau berdebat yang akhirnya hanya akan menjadi pusat perhatian. Akhirnya aku mengalah. Dalam hati berdoa mudah-mudahan ada orang lain yang akan menggunakan lift bersama kami.Ternyata k

  • SETELAH IBUKU MENIKAHI BERONDONG   202. Aku Normal

    Selama kami makan, satu hal yang membuat aku tidak nyaman-selain cara Anjar dan Nabila berkomunikasi-yaitu cara Anjar menatapku. Ketika pria itu melihatku, tatapannya begitu dalam seolah ingin menerkamku. Bukan itu saja, dia juga kerap tersenyum miring sehingga aku merasa seperti seorang mangsa yang sedang diincar."Kamu tidak mau bertanya tentang Nabila?" tanyanya beberapa saat setelah gadis itu pergi."Tidak. Saya bukan tipe orang yang kepo pada kehidupan orang lain," jawabku jujur. Tak disangka, mendengar jawabanku Anjar mencebik."Kamu tidak cemburu melihat Nabila memeluk dan menciumku?""Cemburu itu harus berdasar. Dan hanya bisa dirasakan oleh orang yang sudah menaruh perasaan. Sementara kita belum ada komitmen apapun, jadi saya tidak berhak untuk cemburu." Ia pun melirik sekilas ke samping kirinya, seperti reaksi kecewa tapi Anjar mencoba untuk tetap tenang. Apa ada yang salah dengan jawabanku."Mas Anjar jangan salah paham. Sekali lagi saya tekankan, kalau saya belum menyetuj

  • SETELAH IBUKU MENIKAHI BERONDONG   201. Tanpa Batasan

    Obrolan kami berlanjut. Ternyata selain tampan, Anjar sangat pandai bergaul. Terbukti dari awal kami berjumpa, pria itu sama sekali tidak terlihat canggung. Ia bahkan bisa menghidupkan suasana, meskipun aku tidak begitu suka pada caranya berkomunikasi dengan tangannya yang tidak bisa dikondisikan. Begitu mudah menyentuh tanpa rasa bersalah. Padahal kami bertemu baru dalam hitungan jam. Aku pun jadi ragu padanya.Meskipun tidak suka, tapi aku masih berpikiran positif. Mungkin hal itu disebabkan oleh pergaulannya. Kami menikmati hidangan yang tersedia di atas meja. Anjar begitu lahap, lain denganku yang canggung karena ini pertama kalinya makan dengan pria asing. Perhatian Anjar beralih ke samping kirinya ketika tiba-tiba ponselnya bergetar. Setelah melihat layar ponselnya, ia pun lalu mengambilnya."Ya, hallo .... "" .... ""Ah ya, memangnya kamu di mana?"" .... ""Aku di resto, sedang makan bersama calon istriku." Anjar melirikku ketika dia menyebutku calon istri. Pria itu pun ters

  • SETELAH IBUKU MENIKAHI BERONDONG   200. Lancang

    Sore ini aku pulang cepat karena harus bertemu dengan pria yang menurut ayah adalah calon suami pilihannya. Meskipun ibu memintaku berdandan dengan sempurna, tapi aku menolak. Aku mau, jika seorang pria menyukaiku, itu karena dia melihat fisikku apa adanya. Tanpa polesan yang berlebihan.Pukul lima sore tepat, pria yang kuketahui bernama Ginanjar itu datang dengan membawa kendaraan mewahnya. Pantas jika ayah menyebut pria dengan postur tinggi tegap ini sudah mapan. Sebenarnya Ginanjar pria yang tampan, penampilannya pun stylish. Tapi kenapa di usianya yang sudah matang belum juga berumah tangga, sehingga ia perlu dicarikan jodoh. Mungkin benar kata ayah kalau Ginanjar terlalu banyak pilih-pilih. Kukira dia akan mengobrol di rumah, tapi ternyata Ginanjar mengajakku keluar. Aku sudah menolak karena selama ini tidak pernah keluar dengan pria asing apalagi berduaan. Tapi entah kenapa, ayah malah mengijinkan. Padahal sebelumnya Ayah tidak pernah bersikap seperti itu. Aku curiga, jangan-ja

  • SETELAH IBUKU MENIKAHI BERONDONG   199. Meski Berat

    Pertemuanku dengan Danang tidak membuahkan hasil yang sesuai dengan keinginanku. Pria itu terang-terangan menolak untuk menikahiku di atas sebuah perjanjian. "Silakan Mbak Zaskia mencari orang lain, jika maksud dan tujuannya seperti itu. Tapi jika orang tersebut tidak Mbak temukan, maka saya siap menikahi Mbak Zaskia dengan catatan tidak ada perjanjian apapun. Kecuali janji kita kepada Allah untuk sama-sama membangun rumah tangga dan niatkan beribadah padaNya."Kalimat itu diucapkan Danang di akhir pertemuan kami. Sekarang sudah dua hari kejadian itu berlalu. Aku belum mendapatkan solusi. Selama ini aku tidak punya banyak kenalan laki-laki karena memang cukup membatasi diri. Pagi tadi ketika sarapan, Ayah sudah membahas perihal jodohku lagi. Sementara Fitria dari beberapa hari yang lalu tetap memasang wajah yang kurang bersahabat. Di dalam lingkup pertemananku, hanya ada tiga laki-laki yang kukenal cukup dekat. Mas Faldo, mas Danang dan Ilham. Tidak mungkin kalau aku meminta tolong

DMCA.com Protection Status