All Chapters of SETELAH IBUKU MENIKAHI BERONDONG: Chapter 81 - Chapter 90

207 Chapters

81. Jawaban Jujur

Aku memutar bola mata sambil menghentakkan kaki lalu mengikutinya menuju mobil. Lagi-lagi, tak ada percakapan selama perjalanan. Aku masih belum mengerti kenapa pria ini bisa tahu aku ada di cafe itu bersama Rendy. Apa mungkin kedua sahabatku yang memberi tahu Om Do atau justru Rendy sendiri. Mobil berbelok ke sebuah restoran yang cukup besarnya. Aku tahu ini bukan restoran biasa. Mama dan Papa dulu sering mengajakku makan di restoran yang punya cabang di mana-mana ini. Menunya memang luar biasa enak dan harganya luar biasa mahal. Tapi apakah Om Do punya uang sebanyak itu untuk membayar makanan di sini."Ayo turun, kenapa bengong?""Ah, ya. Aku .... ""Takut aku gak bisa bayar makanan sultan di sini yang harganya bikin dompet jebol?"Ya ampun, kenapa Om Do tahu apa yang sedang kupikirkan? Jangan-jangan dia punya ilmu telepati hingga sering mengetahui isi hatiku. Bagaimana kalau dia tahu juga aku sering merasa nyaman berada di dekatnya? Gawat!"Bu-bukan .... ""Tenang saja, paling jug
last updateLast Updated : 2023-01-18
Read more

82. Cintai Aku

"Kalau aku bilang bahwa aku jatuh cinta beneran padamu, kamu percaya enggak?" tanyanya serius dan kalimat itu sukses membuat mataku membola sempurna. Aku merasa nafasku berhenti untuk beberapa saat. Apa Om Do sedang mengigau di siang bolong?"Eng-gak .... " Aku menggeleng perlahan dengan mata masih fokus padanya."Sudah kuduga .... " jawabnya sambil terkekeh."Jangan bercanda, Om. Aku tahu kriteria istri idaman Om itu bukan seperti aku. Jadi mana mungkin Om jatuh cinta padaku." Aku pun tersenyum sinis sambil mengalihkan pandangan sebelum kembali menatapnya.Pria dihadapanku ini menghentikan tawanya lalu tersenyum lembut dan balas menatapku. "Sebenarnya itu bukan analisa yang tepat. Kriteria itu semacam harapan atau rencana yang tersimpan di dalam otak kita. Sedangkan masalah hati itu beda urusannya. Ketika otak kita berencana A pada kenyataannya hati bisa saja memilih B atau C. Tapi enggak apa-apa kalau kamu tidak percaya aku juga tidak memaksa."Kali ini dia terkekeh sambil mengalih
last updateLast Updated : 2023-01-18
Read more

83. Lulusan Pesantren

"Om!" Akhirnya aku menyerah untuk mengimbangi langkahnya.Mendengar aku memanggilnya seketika dia berhenti."Hem?" Ia berbalik, tanpa merasa berdosa bertanya sambil mengangkat kedua alisnya."Bisa nggak jalannya diperlambat, aku 'kan ketinggalan.""Oh ya, sorry. Aku lupa, kebiasaanku kalau belanja sendiri," ucapnya kemudian sambil mengulurkan tangannya.Aku sedikit melebarkan mata lalu memberikan isyarat dengan mengangkat daguku."Ayo! Katanya tadi ketinggalan. Makanya sekarang berpegangan, supaya aku tahu kalau aku sedang berjalan dengan istriku," lanjutnya sambil tersenyum.Mendengar dia menyebutku sebagai istrinya mendadak pipiku menghangat. Lalu dengan malu-malu aku melangkah sambil mengangkat tanganku dengan ragu. Namun pada akhirnya tangan kami pun bertaut."Kenapa ragu dan malu? Bukankah yang aku katakan tadi benar. Dengan cara berpegangan seperti ini, aku tidak akan lupa kalau aku sedang jalan berdua." Bukannya berjalan, Om Do malah menggodaku sambil menggerakkan tangannya yan
last updateLast Updated : 2023-01-19
Read more

84. Perasaan Aneh

"Lala ini dulunya tinggal di luar kota," jawab pria di sampingku ini cepat."Oh pantesan, aku baru tahu kalau Mas Faldo punya keponakan yang sangat cantik," sahut Bu Zaskia yang tak lepas dari senyumnya. Sikap wanita berhijab lebar itu berbeda dengan di kampus."Kalau begitu, kami permisi dulu, Dek." Om Do meraih tanganku bermaksud mengajakku pergi dari sini."Tapi Om, cemilannya .... " Aku menunjuk cemilan yang belum selesai aku pilih."Tidak usah membeli camilan, nanti kamu gendut kalau ngemil terus," jawab Om Do lagi."Assalamualaikum," pamitnya pada Bu Zaskia sambil meraih tanganku lalu mengajak pergi setengah tergesa-gesa. "Waalaikum salam," terdengar suara Bu Zaskia di belakangku.Setelah itu Om Do mengajakku pulang , padahal semula dia sudah menawarkan makan setelah selesai berbelanja."Kita gak jadi makan, Om?" "Nanti saja kita cari tempat lain. Apa kamu sudah lapar?" tanyanya lembut."Enggak juga sih, cuman khawatir Om lupa aja.""Enggak mungkin lah, aku bukan tipe orang ya
last updateLast Updated : 2023-01-19
Read more

85. Pov Faldo

[Faldo besok kamu ke rumah Mbak ya, Rendy akan menikah.]Begitu isi pesan Mbak Renita yang kuterima siang ini. Dia adalah kakak tertuaku, kami satu Ayah lain Ibu. Mbak Renita tiga bersaudara, sementara dari Ibuku, Ayah hanya punya aku. Hubungan kami memang tidak terlalu baik karena aku lahir dari wanita yang disebut-sebut sebagai pelakor. Padahal ibu bilang, saat itu Ayah menikahi Ibu atas izin Ibunya Mbak Renita lantaran kondisi Ibunya Mbak Renita dalam keadaan sakit dan tidak bisa menjalankan kewajibannya sebagai seorang istri. Hingga sebagai pria normal, Ayah membutuhkan wanita lain sebagai pendamping hidupnya. Tapi hubungan anak-anak Ayah dari istri tuanya dengan Ibuku tidak harmonis. Hingga aku pun nyaris tidak pernah dianggap sebagai adik mereka.[Kok, mendadak Mbak?]Aku mengirimkan balasan.[Jangan banyak tanya, yang penting kamu hadir. Atau kamu iri karena Rendy yang lebih muda darimu akan menikah duluan?]Bukannya jawaban yang baik yang aku dapatkan, Mbak Renita malah berka
last updateLast Updated : 2023-01-20
Read more

86. Demi Keluarga

Bagiku itu tidak masalah, karena jodoh sudah diatur oleh Allah. Lahir terlebih dahulu bukan berarti menikah terlebih dahulu atau mati terlebih dahulu. Itu sudah menjadi rahasia Allah dan aku percaya itu."Loh, Ren, kamu mau kemana?" tanyaku ketika melihat Rendy berjalan tergesa-gesa."Aku berangkat duluan, ya, Om. Nanti kita ketemu di sana.""Kenapa tidak bareng saja?" tanyaku heran."Ini, aku mendapat pesan dari calon istriku, supaya aku datang lebih cepat." Rendy mengacungkan ponselnya."Kalau begitu, kenapa kita tidak pergi sama-sama saja?""Mama dan adik-adikku belum selesai dandan," jawab Rendy sambil menyalakan mesin motornya."Kamu nggak pakai mobil, Ren?""Motor aja, Om. Biar lebih cepat," sahutnya kemudian berlalu.***Ternyata Rendy belum sampai di rumah mempelai istri. Ini yang membuatku heran, kemana perginya anak itu. Hingga beberapa jam kami menunggu, Rendy belum juga datang, ponselnya pun tidak bisa dihubungi. Mbak Renita terlihat gelisah sambil sesekali melihat ponseln
last updateLast Updated : 2023-01-20
Read more

87. Tiba-tiba Halal

"Tolong Mbak, Do. Ini harga diri keluarga kita." Sekali lagi Mbak Renita memohon. Aku menarik napas sambil mengedarkan pandangan ke sekeliling hingga tatapanku beradu dengan tatapan Dimas, Papa tirinya Lala, calon istrinya Rendy. Pria itu menajamkan tatapannya begitu beradu pandang denganku. Lalu begitu saja senyum sinisnya mengembang. Waktu kuliah kami memang tidak begitu akrab lantaran bagiku Dimas bukanlah teman yang baik. Dia sendiri mungkin tidak nyaman berteman denganku karena kami tidak satu prinsip. Bahkan Dimas menganggapku sebagai musuh ketika cewek yang dia taksir malah mengatakan cinta padaku.Tiba-tiba terpikir olehku, kenapa Dimas sampai menikahi wanita yang umurnya jauh lebih tua darinya. Sementara wanita itu memiliki anak gadis. Terlintas begitu saja di pikiranku, Dimas bisa melakukan apa saja pada anak tirinya"Baiklah, Mbak. Saya akan menikahinya." Akhirnya kalimat itu terucap dari bibirku. Aku akan menikahi gadis itu dengan dua alasan. Pertama karena menyelamatkan d
last updateLast Updated : 2023-01-21
Read more

88. Tantangan

Dalam hati aku ragu, apa aku akan rela melepaskan gadis secantik ini meski untuk keponakanku sendiri yang notabene kekasihnya. Tapi bukankah Allah telah mempermudah pernikahan kami, itu artinya kami memang berjodoh. Aku percaya itu.***Aku membawa Lala ke lantai dua ruko yang menjadi salah satu tempat usahaku. Gadis itu nampak terkejut ketika aku membawanya ke tempat ini. Mungkin dia tidak menyangka kalau akan tinggal di tempat yang sempit. Tapi aku ingin menguji seberapa keras sifat gadis ini. Apakah dia mau menjalani hari-harinya bersamaku di lantai dua ruko yang boleh dibilang tidak begitu layak untuk ditempati.Seperti dugaanku, Lala sangat keras kepala, manja dan tentu saja angkuh. Terbiasa hidup diantara para pelayan yang siap melayaninya kapan saja, Lala tidak tumbuh menjadi gadis yang mandiri. Dia bahkan sama sekali tidak bisa membuat telur ceplok. Keterlaluan. Seharusnya aku marah karena telah menikahi gadis manja seperti Lala, tapi justru ini suatu tantangan bagiku. Apakah
last updateLast Updated : 2023-01-21
Read more

89. Pergi Diam-diam

Lala menolak ketika aku akan mengantarnya ke kampus. Aku mengerti, mungkin dia tidak ingin teman-temannya tahu kalau dia sudah punya suami, secara pernikahannya memang setengah dirahasiakan. Kemarin yang hadir hanya dua temannya saja. Selain itu, mungkin dia juga malu jika ketahuan bersuamikan aku. Pagi tadi Lala memang terlihat heran ketika melihatku berpakaian seperti ini. Mau bagaimana lagi, selain sudah nyaman karena sudah terbiasa, ini juga karena tuntutan pekerjaanku.Gadis itu tidak tahu pekerjaanku sebenarnya. Lala hanya tahu aku memiliki toko di sini, padahal itu hanya sampingan saja. Pekerjaan utamaku adalah mengajar. Aku mengajar di Madrasah Aliyah yang ada di lingkungan pesantren. Selain itu, sesekali aku juga diundang pada acara-acara tertentu di kampus atau menggantikan dosen yang tidak hadir. Biarlah, untuk saat ini, gadis itu tidak tahu tentang pekerjaanku itu. Kalau pun aku memberitahu, nanti dikiranya aku pamer. Untuk saat ini, Lala memang masih memandangku sebelah ma
last updateLast Updated : 2023-01-22
Read more

90. Aku Mendengarnya

Entah mengapa, aku sangat khawatir ketika mengetahui Lala berada di kantor Mamanya. Bisa jadi saat itu Dimas juga ada di sana, lalu berinisiatif mengantarkan Lala karena Mamanya Lala tidak akan curiga dan dia akan mengizinkan anaknya untuk pergi pulang bersama Dimas. Lala sendiri mungkin tidak bisa menolak perintah Mamanya itu.Dan benar saja, ketika sampai di parkiran, dari kejauhan aku melihat dua orang yang sedang berjalan. Yang kutahu salah satunya adalah Dimas. Karena badan Lala yang lebih pendek sedikit terhalang oleh jajaran mobil-mobil.Segera kupacu langkah dan setengah berlari untuk bisa segera sampai pada mereka. Aku melihat Dimas mendekat dan meraih tangan Lala dengan paksa. Samar-samar aku mendengar suara mereka yang sedikit keras."Oh, jadi sekarang kamu sudah pintar bernegosiasi? Apa pria norak itu yang mengajarimu?" Terdengar suara lantang Dimas. Aku yakin orang yang disebut sebagai pria norak itu adalah aku, lantaran dulu Dimas selalu menghina gaya berpakaianku yang k
last updateLast Updated : 2023-01-22
Read more
PREV
1
...
7891011
...
21
DMCA.com Protection Status