Semua Bab SETELAH IBUKU MENIKAHI BERONDONG: Bab 101 - Bab 110

207 Bab

101. Cinta dalam Diam

Pov Lala"Kamu kok, tegang begitu, La. Santai saja, ini di luar pelajaran saya, kok. Saya tidak akan membahas masalah pelajaran maupun tausiyah." Wanita di hadapanku ini tersenyum manis sekali. Harus kuakui Bu Zaskia memang cantik dan anggun. Siang ini Bu Zaskia mengajakku makan di cafe yang berada di sebelah kampus."Wajar saja kalau saya gugup, Bu. Soalnya baru kali ini saya diajak makan sama ibu." Aku berkata jujur, karena memang heran dengan perubahan sikap Bu Zaskia sejak kami bertemu di mall waktu itu."Santai saja, La. Saya cuma mau lebih dekat saja sama kamu." Lagi, senyumnya mengembang sempurna.Aku memicingkan mata. Bu Zaskia mau lebih dekat denganku? Apa tidak salah? Seharusnya aku yang ingin lebih dekat dengan seorang dosen, bukan sebaliknya. Tapi mungkin ada alasan tertentu bagi Bu Zaskia."Enggak salah, Bu?" tanyaku setelah selesai menyuap."Ya nggak, dong." "Kalau boleh saya tahu alasannya?""Alasannya .... " Wanita di hadapanku ini tersenyum malu-malu."Kamu mau denga
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-28
Baca selengkapnya

102. Harus Mapan

Setelah kami saling tatap sesaat, Bu Zaskia melanjutkan lagi ceritanya."Suatu hari motor saya masuk bengkel dan Mas Faldo terpaksa mengantarkan saya ke rumah. Saat itulah dia bertemu dengan Ayah dan tanpa disangka Ayah berkata kepada Mas Faldo. Ayah bilang begini, 'Ayah tidak tahu apakah kalian pacaran atau tidak, yang jelas menurut pengakuan Zaskia dia tidak punya pacar dan tidak akan pernah pacaran. Tapi jika kalian memang punya perasaan sebaiknya ditunda dulu, sebab kalian sama-sama masih kuliah dan sama-sama punya cita-cita. Lagi pula Ayah tidak akan mengijinkan putri Ayah menikah dengan pemuda yang belum mapan.' Saya tahu saat itu Ayah berkata seperti itu karena khawatir terjadi sesuatu pada anak gadisnya ini. Mas Faldo pun saat itu hanya mengiyakan saja dan menampik bahwa kami memang tidak pacaran, kami hanya berteman dan kebetulan motor saya ada di bengkel." Mata lentik Bu Zaskia menerawang. Wajahnya berbinar, mungkin dia sedang mengingat masa-masa indah saat kuliah dulu."Mu
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-28
Baca selengkapnya

103. Tempat yang dirahasiakan

"Jadi waktu kamu naik taksi bareng saya dan berhenti di komplek ruko itu .... ?" Tangan Bu Zaskia mengetuk keningnya."I-ya, saat itu aku pulang ke tempat Om Do karena kami tinggal di sana." Aku berkata ragu sebab ketahuan berbohong. Bahaya ini, bisa-bisa aku dicap tukang bohong oleh Bu Zaskia."Kenapa kamu tidak jujur? Apa kamu malu punya Om yang tinggal di ruko?"Aku menyeringai. Sementara wanita anggun dihadapanku menggeleng perlahan. "Aku pikir selama ini kalian tinggal di rumah Mas Faldo.""Rumah?!" Sontak mataku melebar. Tak percaya kalau Om Do punya rumah. Tapi kemudian aku mengangguk, itu bisa saja terjadi lantaran mobil pun awalnya dia rahasikan."Iya. Rumah yang tidak jauh dari ruko itu.""Aku enggak tahu kalau Om punya rumah.""Astagfirullah ... kalian itu Om dan ponakan macam apa sih! Kok, tidak saling mengenal begitu?"Aku menggaruk kepalaku yang tidak gatal. Entah sudah seperti apa rupaku sekarang. Duh, sandiwara ini memang tanpa skenario, aku jadi repot sendiri dibuatn
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-29
Baca selengkapnya

104. Bukalah Hatimu

"Kalian ngobrol apa saja?""Mau tahu atau mau tahu banget?" Aku mencoba berseloroh."Aku tak punya waktu untuk bermain teka-teki." Tak kusangka Om Do menjawab dengan ketus."Beliau bercerita banyak hal, terutama masa-masa dia di pesantren dulu." Kulirik sekilas wajah pria di sampingku, sedikit kaget tapi dengan cepat ia bisa menguasai dirinya."Lalu?""Om kelihatannya penasaran banget. Bukankah dulu Om satu pesantren dengan dia?""Di pesantren itu, santriwan dan santriwati terpisah. Jadi meskipun kami satu pesantren kami tidak begitu banyak berinteraksi.""Terus bagaimana kalau misalkan ada seorang santriwati menyukai santriwan atau sebaliknya.""Kalau suka, ya, suka aja.""Maksudnya bagaimana kalian berinteraksi atau pacaran kalau pergaulan kalian dibatasi.""Kami tidak pacaran dan dilarang pacaran. Sebenarnya bukan di pesantren saja, semuanya memang disarankan untuk tidak berpacaran dan kami sebagai santri dan santriwati yang sudah tahu itu jadi ... tidak terbebani.""Jadi kalau kit
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-29
Baca selengkapnya

105. Pak Dosen

"Pak Sulaeman gak datang, gaees," teriak Fito sambil berhambur masuk kelas."Serius?!" tanya beberapa teman-temanku antusias."Si Fito paling cuma berharap," sahut Kinara santai sambil merapikan riasannya, tatapannya fokus pada cermin kecil di tangan kirinya. Di kelas ini dia terkenal paling memperhatikan penampilan, baik pakaian maupun riasan wajah. "Gue serius. Barusan gue dari parkiran, dan mobil Pak Sulaeman gak ada di sana. Itu artinya .... ""Dia ke kampus naik motor, ha-ha-ha .... " Galih memotong kalimat Fito yang kemudian disambut gelak tawa yang lainnya."Beneran!" Lama-lama Fito merasa kesal karena tidak ada yang mempercayainya. Lagipula selama ini pemuda berambut ikal itu dikenal sebagai tukang prank."Kalau Pak Sulaeman gak datang, biasanya beliau memberikan tugas. Ini sudah lewat sepuluh menit belum ada. Paling beliau terlambat." Itu suara Yoga, mahasiswa paling aktif di kelas ini yang merangkap sebagai asisten dosen.Dari awal aku tidak berminat menimbrung obrolan mere
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-30
Baca selengkapnya

106. Anugerah atau Cobaan

Ya Tuhan, kenapa harus pria ini yang menggantikan Pak Sulaeman. Lagi pula, apa Om Do bisa mengajar? Ah, bukankah dia kuliah di fakultas yang sama dengan Bu Zaskia?Aku kembali memutar bola mata dan membuang napas berat. Sementara pria itu tersenyum tipis ke arahku lalu mengedarkan pandangan ke arah teman-temanku."Lala ini baru saja hijrah loh, Pak. Baru beberapa bulan yang lalu dia berkerudung. Awalnya dia selalu tampil memakai celana jeans dan kaos oblong juga topi. Kali aja dia perlu pembimbing untuk hijrah. Kayaknya cocok sama Bapak." Tak disangka Fito menyeru, sontak saja mendapat teriakkan dari teman-temanku. Kulirik Ghea dan Mitha, keduanya tertawa cekikikan."Oh ya, bagus lah bisa buat contoh juga buat yang lainnya, bahwa cewek tomboy yang berkaos oblong dan celana jeans juga bisa merubah penampilannya seperti sekarang ini, lebih cantik dan elegan. Boleh ... boleh, bisa saja, kalau misalkan ada yang perlu di diskusikan atau ditanyakan bisa hubungi saya." Pria berkumis tipis da
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-30
Baca selengkapnya

107. Suamiku Ternyata

"La! Lala tunggu!" Mitha berusaha menyusul dan mengimbangi langkahku."Jadi, lo beneran enggak tahu kalau suami lo seorang dosen?" Mitha bertanya dengan nafas tersengal."Sttt ... jangan kenceng-kenceng! Gue bener nggak tahu apa-apa tentang dia. Gue tahunya dia punya toko doang. Dan sehari-hari dia memang tidak di ruko. Om Do pergi entah kemana lantaran baru sekarang aku tahu kalau pekerjaannya seorang pengajar. Tapi nggak tahu di universitas mana sebenarnya dia mengajar.Bukankah di kota ini cuma ada dua perguruan tinggi? Yang ini dan Universitas swasta yang dekat pusat kota itu.""Bentar, lo bilang ruko? Om Do punya toko?" tanya Ghea yang belum tahu kalau aku tinggal di ruko karena waktu itu hanya Mitha yang menjemputku ketika aku kabur."Iya, Om Do punya ruko dan selama ini gue tinggal di lantai dua rukonya.""Apa?! Jadi enggak tinggal di rumah?! Ya ampun, gue kira selama ini lo tinggal di rumah. Kenapa lo enggak kabur aja, sih, La. Kalau gue gak mau deh, harus tinggal di ruko gitu.
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-31
Baca selengkapnya

108. Pekerjaan Sebenarnya

"Tapi kalimat dan nada bicaramu meng-iya-kan." Pede sekali Om Do berkata seperti itu."Itu perasaan Om Do saja yang kegeeran.""Tapi aku senang kalau kamu cemburu.""Jangan berharap!""Aku berharap, sangat berharap." Aku tidak tahu bagaimana raut wajahnya ketika mengucapkan kalimat itu karena aku masih fokus ke luar jendela. Tanpa sadar aku tersenyum tipis karena tiba-tiba saja hatiku terasa hangat. Apalagi ketika aku merasakan jemari Om Do kembali meraih tanganku. Menggenggamnya lalu meletakkannya di atas paha kirinya. Aku tahu karena aku sedikit mengintip, lalu kembali kupalingkan wajah keluar jendela ketika aku merasakan pipiku juga menghangat. "Lihat ke sini, aku suka melihat pipimu yang memerah itu."Tuhan, tolong redakan gemuruh ini.***"Selama pacaran dengan Rendy, kamu sudah diapain saja?" Pertanyaan itu sontak membuat aku menoleh."Om jangan sembarangan, ya, aku enggak pernah diapa-apain sama Rendy!" Aku menjawab dengan nada sedikit tinggi."Kalau gak diapa-apain, kok, bis
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-31
Baca selengkapnya

109. Ustaz?

"Huum, alhamdulillah Kiai Mustofa memberiku pekerjaan setelah aku lulus Madrasah Aliyah. Sambil kuliah, aku mengamalkan ilmuku di sini.""Kenapa Om tidak jadi dosen tetap saja dia kampus?"Tempo hari aku sempat bertanya kenapa Om Do bisa mengajar di kelasku. Dia bilang, dia sudah biasa menggantikan beberapa dosen yang kebetulan berhalangan."Di sana aku juga mendapat tawaran, tapi aku lebih memilih untuk mengajar di pesantren, lantaran Kiai Mustofa sudah begitu banyak membantuku ketika aku tidak dianggap keluarga oleh kakak-kakakku dan Ayah mengirimku ke pesantren ini.""Maksudnya, oleh Tante Renita? Eum ... maaf, Mbak Renita?""Ya, ceritanya panjang. Sekarang kita temui dulu Kiai Mustofa. Aku sudah bercerita tentang istriku yang cantik dan keras kepala ini pada beliau. Dan beliau memintaku untuk membawamu ke sini. Tenang saja, beliau orangnya sangat baik." Om Do meraih tanganku lalu mengajakku melangkah."Kenapa santrinya laki-laki semua?"Sebelum menjawab, Om Do terkekeh."Bukankah
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-02-01
Baca selengkapnya

110. Nasehat Ummi

Selanjutnya, tanpa aku minta, Ummi Fathimah menceritakan semuanya perihal Om Do. Tentang Tante Renita dan kakaknya yang lain. Pantas saja, selama ini aku melihat hubungan mereka tidak harmonis. Hubungan yang tidak nampak seperti kakak dan adik. "Ummi sangat mengerti bagaimana posisi Ibunya Faldo yang dianggap perebut suami orang oleh kakak-kakaknya Faldo. Posisi istri kedua memang selalu salah di mata orang. Mereka dengan mudah menghakimi dan mengambil kesimpulan tanpa mau mencari kebenarannya terlebih dahulu. Padahal Ibunya Faldo mau menerima lamaran pria itu atas izin dari istri pertama. Tapi tetap saja, pandangan buruk terhadap istri kedua itu tetap melekat." Ummi Fathimah menghela napas panjang ia seperti dapat merasakan bagaimana jadi Ibunya Om Do saat itu.Sejak awal Ummi Fathimah bercerita, aku tidak mengeluarkan sepatah kata pun. Tapi di akhir cerita Ummi, aku merasakan sesak yang sama. Bagaimana saat itu Om Do dibesarkan oleh seorang Ibu tanpa ada pengakuan dari kakak-kakakn
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-02-01
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
910111213
...
21
DMCA.com Protection Status