All Chapters of Pengantin Pengganti untuk Presdir Lumpuh: Chapter 81 - Chapter 90

124 Chapters

BAB. 81

Shinta berdiri di seberang jalan dan menatap adik semata wayangnya itu dengan kerinduan yang mendalam. Ketika akan berbelok memasuki gerbang rumah sakit, ia melihat seorang gadis berlarian di sepanjang jalan. Sekali lihat saja ia yakin itu Melissa. Tak diragukan lagi itu Melissa. Shinta memutuskan menghentikan mobilnya dan keluar lalu memanggil Melissa. Ia tak menyangka akhirnya bisa melihat Melissa kembali.“Shinta!” teriak Melissa histeris, ia merasa begitu senang. Semua kesedihan dan kebahagiaan berkumpul jadi satu. Ia ingin berlari ke arah Shinta dan menumpahkan semua kesedihan dan ketakutannya.“Tunggu di sana!” teriak Shinta pada Melissa memperingati, pria itu bersiap akan menyebrang namun kendaraan terlalu kencang melaju. Pria itu benar-benar tak sabar untuk menghampiri adiknya. Melissa masih berdiri di seberang jalan menunggu kendaraan mereda.“Melissa!” Melissa menolehkan kepalanya dan menatap Erlangga yang berjalan ke arahnya, gadis itu memundurkan langkahnya panik. Ia menat
last updateLast Updated : 2023-07-31
Read more

BAB. 82

Lampu masih berwarna merah tanda operasi masih berlangsung. Shinta belum beranjak dari posisinya sejak beberapa jam lalu. Pria itu duduk pada bangku panjang dengan kepala yang terus menunduk, ia terus berdoa di dalam hati memohon keselamatan Melissa. Tak pernah ia merasa setakut ini, tak ada tanda-tanda pintu ruang operasi akan terbuka membuat Shinta semakin frustrasi. Ia tak ingin kehilangan Melissa.Shinta menolehkan kepalanya ke arah lorong rumah sakit di mana seorang pria dengan gambaran tak kalah putus asa sama sepertinya tengah duduk di lantai rumah sakit. Erlangga duduk dengan kedua kaki yang tertekuk seolah mendekap tubuhnya, kepalanya tertunduk di antara tekukan kakinya, sementara tangannya bertumpu pada kedua lututnya. Shinta menatap Erlangga tanpa emosi, ia ingin sekali berlari dan menerjang pria itu tapi emosi dan energinya seolah surut begitu saja. Yang bisa ia lakukan sekarang hanya berdoa dan memohon untuk keselamatan Melissa.“Minumlah, Shinta.” Suara Raga membuyarkan
last updateLast Updated : 2023-07-31
Read more

BAB. 83

A Morning National University Hospital09.45 AMSudah hampir empat hari dan Melisa belum menunjukan tanda-tanda akan terbangun, tubuh gadis itu penuh dengan perlatan medis yang menunjang kehidupannya. Shinta sama sekali tak meninggalkan ruang perawatan Melissa, pria itu selalu berada di dekat sahabatnya itu. Ia ingin menjadi orang pertama yang melihat Melissa tersayangnya itu bangun.“Kau tidak mau bangun? Apakah mimpimu benar-benar indah sampai kau tak mau bangun?” tanya Shinta pada Melissa terbaring lemah. Wajah gadis itu begitu pucat seolah tak ada aliran darah di sana.Shinta menggenggam tangan Melissa dengan sayang, pria itu mengecup punggung tangan gadis itu seolah memberi gadis itu kekuatan untuk bangun.“Melissa, aku benar-benar merindukanmu. Bangunlah Melissa sayang, maafkan aku. Aku tak akan meninggalkanmu lagi, aku mohon, aku akan membantumu, aku akan menjadi saudaramu sekarang…” ucap Shinta pilu. Pria itu benar-benar mengharapkan Melissa untuk bangun, ia tak suka melihat
last updateLast Updated : 2023-07-31
Read more

BAB. 84

Shinta bergerak pelan mendekati Melissa. Pria itu menggengam tangan mungil Melissa.“Hei, dengar aku. Tuhan mungkin sangat menyayanginya hingga mengambilnya dari kita semua.” Ucap Shinta mencoba menenangkan Melissa.“Aku tahu,” bisik Melisa mencoba tegar. Gadis itu memiringkan kepalanya menghindari tatapan orang-orang terutama Erlangga. Walaupun tak melihat wajah Erlangga, Melissa tahu Erlangga tengah menatap ke arahnya. Gadis itu tak ingin melihat Erlangga.Sementara itu di sisi lain, Erlangga berdiri dengan tangan terkepal di sisi tubuhnya. Ia ingin berdiri di samping Melissa dan menghibur gadis itu. Ia ingin gadis itu membagi kesedihannya. Biar bagaimana pun janin itu juga adalah anaknya. Mereka berdua adalah calon orang tua untuk janin itu. Erlangga menelan ludahnya dengan susah payah, ia ingin sekali saja Melissa menatapnya. Ia tahu gadis itu tak ingin menatapnya. Apakah gadis itu membencinya karena semua keegosiannya hingga menyebabkan janin itu pergi meninggalkan mereka?Meliss
last updateLast Updated : 2023-07-31
Read more

BAB. 85

“Pria itu… Erlangga, apakah hatimu tak berat meninggalkannya? Aku tahu hatimu hancur karenanya. Kau marah dan kecewa karena dia yang melakukan semua ini padamu.” Ucap Shinta serius. Matanya menatap lamgsung pada manik mata Melissa.“Aku tidak tahu. Aku hanya… aku hanya ingin pergi. Aku ingin menenangkan hatiku dan melupakan semua ini.” Ucap Melissa dengan kepala tertunduk. Apa yang Shinta katakan benar. Hatinya tak rela pergi begitu saja, tapi bersama dengan Shinta akan membuatnya kembali seperti dulu. Ia sangat butuh Shinta saat ini.“Aku tahu kau butuh semua itu, London adalah tempat yang tepat untukmu. Kau akan menyukai London.” Ucap Shinta berusaha menghibur Melissa.“Hmm.” Ucap Melisa menganggukan kepalanya. Ia percaya dengan semua yang Shinta katakan, saat ini ia hanya butuh Shinta. Bukan hanya saat ini, ia butuh pria itu setiap saat.National University Hospital08.15 AMErlangga tak peduli dengan permintaan Shinta padanya untuk menjauhi Melisa, ia sudah mencobanya dua hari ini
last updateLast Updated : 2023-07-31
Read more

BAB. 86

“Ya! Raga, aku yang tak mau ia tinggal di Jakarta. Lagi pula London adalah kota yang indah. Melissa akan senang tinggal di sana.” Ucap Shinta masih dengan aktivitas membaca koran.“Kalau kau membawanya, aku akan sendirian. Aku butuh adik manis sepertinya.” Ucap Raga merengek. Raga mendengus melihat sikap kekanak-kanakan Raga.“Aishh! Kamu, ingat umurmu berapa. Mengapa kau bertingkah seperti itu. Aku tak ingin berpisah lagi dengan Shinta.” Ucap Melisa tegas.“Aku akan sangat merindukanmu,” ucap Raga lagi.“Teknologi sudah canggih, kau bisa menyalakan laptopmu. Aku akan ada di sana.” Ucap Melissa mencoba bercanda.“Itu maya tak nyata.” Ketus Raga.“Kau bisa mengunjungi kami.” Ucap Shinta.“Kalian memang tak bisa dicegah!” kesal Raga. Melissa hanya tersenyum melihat tingkah Raga. Gadis itu tanpa sadar menatap terus ke arah pintu masuk. Sebenarnya ia tak mengerti mengapa ia berharap Erlangga muncul di sana. Pertemuan terakhir mereka beberapa hari lalu sedikit banyak mempengaruhi perasaann
last updateLast Updated : 2023-07-31
Read more

BAB. 87

“Melissa!” teriakan keras seorang pria membuat langkah Shinta dan Melisa terhenti.“ERLANGGA?” bisik Melisa pelan nyaris berbisik, seketika ia ingin menangis. Ia belum membalikan tubuhnya. Gadis itu mendongak dan menatap Shinta seolah tak percaya dengan suara yang baru saja memanggilnya. Shinta menganggukan kepalanya seolah menyuruh gadis itu untuk berbalik.“Pergi dan bicaralah dengannya.” Ucap Shinta dengan senyum tenang.Tanpa membalas ucapan Shinta, Melissa membalikan tubuhnya dan berjalan kikuk ke arah Erlangga. Ia bisa melihat tatapan emosi, putus asa, dan kesedihan di wajah Erlangga.Langkah Melissa semakin mendekati Erlangga, tampak sekali keringat bercucuran di wajah Erlangga. Nafas pria itu juga tersenggal-senggal.“Erlangga?” ucap Melissa lembut.“Kau tak bisa pergi!” Ucap Erlangga emosi.“Aku harus pergi. Aku ingin bersama Shinta.” Ucap Melissa tenang.“Jangan pergi. Maafkan aku.” Ucap Erlangga memohon.“Aku akan tetap pergi.” Ucap Melissa sendu, melihat sikap Erlangga mem
last updateLast Updated : 2023-07-31
Read more

BAB. 88 MENYIMPAN BRONDONG

MENYIMPAN BERONDONG.‘Sebetulnya ini kesempatan emas yang tak boleh disia-siakan. Kapan lagi aku mendapatkan penawaran dengan Cuma-Cuma? Semoga saja apa yang dituturkan olehnya benar,’ batin Dikta meruntuki pilihannya itu.“Hey bocah! Diajak ngobrol malah melamun. Bagaimana kau mau atau tidak? Aku ini orang sibuk! Tidak mempunyai banyak waktu.”“Aku mau t-tapi—““Aku paling tidak suka manusia plin-plan sepertimu. Sudah awas! Kau hanya menganggu waktuku saja!”“Tolong bersabarlah! Aku sedang mempertimbangkannya,” tambah Dikta kesal.“Kau bilang, kau itu seorang ayah juga suami. Tapi menentukan keputusan saja lama. Hey! Dunia tak bisa ditentukan oleh kata bersabar!Kau harus bisa menentukan sesuatu dengan cepat disaat tertekan seperti ini. Ah, ya sudah lah kalau tidak mau. Sepertinya aku salah memberikan penawaran. Lebih baik aku pergi. Kau membuang banyak waktuku!” ejek Sierra melengos pergi.Sierra langsung beranjak tanpa sepatah kata apapun. Namun Dikta lebih dulu mencengkram lengan
last updateLast Updated : 2023-07-31
Read more

BAB. 89

“Lantas?”“A-aku hanya teringat mendiang ibuku yang baru saja ... meninggal.”“Oh, astaga Tuhan. Maafkan aku. Aku turut berduka atas kematian ibumu.”“Terima kasih. Sudah cukup tak perlu merasa kasihan padaku. Jadi kapan kita bisa memulainya?”“Jika kau siap hari ini, aku akan melakukannya sekarang. Bagaimana? Aku akan menghadap pada kepala lapas untuk menebusmu. Namun ... terhitung aku membebaskanmu, aku akan membawamu langsung sebagai pelayanku.”Dikta mengangguk setuju. “Tapi apa aku bisa memegang janjimu itu?”“Jika aku berbohong padamu, kau boleh membunuhku detik ini juga. Setuju?” Sierra menyodorkan tangannya untuk berjabat tangan. Dikta langsung meraih tangan lentik itu sebagai tanda kepercayaannya. Disaat mereka menjabat tangan, disitulah kemistri mulai muncul di benak mereka masing-masing. Dan ada setitik harapan di batin Sierra juga. “Jika kau benar-benar tak banyak tingkah. Maka aku akan menjamin hidupmu bahagia setelah bersamaku!” tutur Sierra membuat Dikta tersenyum bah
last updateLast Updated : 2023-07-31
Read more

BAB. 90

Waktu yang ditunggu pun akhirnya tiba. Udara sejuk yang lama Dikta rindukan ini akhirnya berhasil menguasai lagi paru-parunya. Langkah kaki mereka terhenti pada pintu mobil yang sudah dibuka oleh sang sopir itu.Mobil Limousine seharga 3,4 Miliar menyambut keluarnya Dikta dari lapas binaan. Sierra sudah lebih dulu memasuki mobil mewahnya karena merasa kepanasan. Agaknya Dikta ragu-ragu untuk menginjakan kakinya ke dalam mobil mewah itu. Ia takut membuat mobil mahal itu kotor.“Sampai kapan kau akan berdiri layaknya orang bodoh seperti itu, Dikta. Kau masih betah untuk tinggal di sini?”Dikta terkesiap malu. Ia melepas lebih dulu sandal yang dikenakannya itu sebelum masuk ke dalam. Ia berjalan setengah membungkuk memasuki mobil itu.Ini adalah kali pertama Dikta menumpangi mobil mewah ini. Bahkan ia baru pertama kali menumpanginya. Seumur hidup Dikta, menumpangi mobil sedan jadul saja sudah terkesan mewah baginya.Dikta duduk malu-malu di bawah kursi mobil. Sierra malah menepuk dahinya
last updateLast Updated : 2023-07-31
Read more
PREV
1
...
7891011
...
13
DMCA.com Protection Status